Industri Sawit Nasional Hadapi Tantangan Bea Impor

ADA sejumlah tantangan  yang dihadapi industri kelapa sawit di Indonesia. Tantangan itu bukan hanya dari Uni Eropa.

Industri Sawit Nasional Hadapi Tantangan Bea Impor
ADA sejumlah tantangan  yang dihadapi industri kelapa sawit di Indonesia. Tantangan itu bukan hanya dari Uni Eropa. Namun juga aturan perdagangan yang ada di sejumlah negara. Tantangan ini tentunya membutuhkan kepiawaian diplomasi pemerintah Indonesia agar tidak merugikan industri sawit di dalam negara. Salah satu tantang itu adalah bea impor yang tinggi yang dikenakan oleh sejumlah negara pada produk kelapa sawit. Misalnya di Argentina.  Pemerintah RI kini berharap Argentina dapat menurunkan bea impor kelapa sawitnya sehingga bisa memberi akses pasar yang lebih luas bagi salah satu komoditas ekspor andalan Indonesia itu. Hal tersebut diungkapkan oleh Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi setelah melakukan pertemuan bilateral dengan Menteri Luar Negeri Argentina Jorge Faurie di Palacio San Martin, Buenos Aires, hari Selasa (22/5/2018). `Kelapa sawit merupakan komoditas penting bagi perekonomian dan masyarakat Indonesia. Indonesia berharap tarif bagi produk kelapa sawit negara Mercosur, termasuk Argentina, dapat diturunkan,` kata Retno melalui pernyataan resmi yang diterima CNBC Indonesia hari Rabu (23/5/2018). Ia berpendapat bea impor ke Argentina dan negara-negara Mercosur (blok perdagangan di Amerika Selatan) masih terlalu tinggi, terutama untuk produk kelapa sawit.  Indonesia mendorong Argentina untuk membuka akses lebih luas bagi produk Indonesia ke pasar Argentina dengan mengurangi dan menghapuskan berbagai hambatan tarif dan non-tarif. Sementara dari India tantang serupa juga muncul. Pemerintah India berniat untuk menaikkan bea masuk impor minyak kelapa sawit. Untuk itu Kementerian Perdagangan (Kemendag) siap membuka pembicaraan terkait rencana pemerintah India. Kebijakan tersebut bisa menganggu ekspor komoditas sawit RI serta menurukan produktivitas produk sawit. `Masih, mereka masih dikenakan. Nanti akhir bulan ini perdana menteri India  akan datang dan kita akan bicara,` ujar Mendag di Kemendag, Rabu (23/5/2018). Ekspor sawit Indonesia ke India saat ini dikenakan tarif impor sebesar 7,5% hingga 15%, dengan tarif untuk produk turunan sawit sebesar 15% sampai 25%. Tantangan menjadi kian berat ketika pemerintah India berencana menambah tarif kepabeanan sebesar 45% untuk produk sawit dan 54% untuk produk turunan sawit. Kinerja ekspor minyak sawit Indonesia pada Februari 2018 menurun sekitar 14%. Padahal sepanjang Februari, harga minyak sawit global cukup rendah yang hanya bergerak di kisaran USD652.50-USD685 per metrik ton. ***