PPKS Kembangkan Mobile Sawmill untuk Pemanfaatan Batang Sawit Hasil Peremajaan
Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) – Medan, mengembangkan riset rancang bangun Mobile Oil Palm Trunk Sawmill (Mobile Sawmill) sebagai salah satu upaya guna memanfaatkan batang sawit menjadi kayu gergajian yang akan digunakan sebagai bahan baku produk laminasi sawit (PLS).
Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) – Medan, saat ini sedang mengembangkan riset rancang bangun Mobile Oil Palm Trunk Sawmill (Mobile Sawmill) sebagai salah satu upaya guna memanfaatkan batang sawit menjadi kayu gergajian yang akan digunakan sebagai bahan baku produk laminasi sawit (PLS) melalui pendanaan Grant Riset Sawit (GRS) Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Swit (BPDPKS) tahun 2018/2019.
Adapun produk laminasi sawit telah berhasil dikembangkan melalui pendanaan GRS-2015/2016 dan telah menghasilkan berbagai jenis produk laminasi untuk penggunaan baik interior maupun eksterior dengan menerapkan teknologi Sandwich Laminated Lumber (SLL).
Menurut Ketua Tim Periset (Dr. Erwinsyah), Mobile Sawmill yang sedang dirancang bangun diharapkan menjadi solusi bagi pemanfaatan batang sawit hasil peremajaan (replanting) kebun sawit dan mesin ini akan beroperasi secara mobile dari satu areal replanting ke areal replanting lainnya.
Batang sawit gergajian yang dihasilkan akan digunakan sebagai bahan baku produk laminasi sawit dengan berbagai tujuan penggunaan. Hasil akhir dari riset yang didanai oleh BPDPKS ini tidak hanya unit Mobile Sawmill tetapi juga Mobile OPT Mill atau pabrik batang sawit yang juga bersifat mobile.
Saat ini, di Indonesia lebih dari 300.000 hektar lahan perkebunan kelapa sawit yang perlu diremajakan setiap tahunnya mulai dari 2016. Lebih dari 30 juta m3 batang sawit dihasilkan per tahunnya dari kegiatan peremajaan ini dan sampai saat ini pemanfaatannya masih sangat terbatas, baik sebagai bahan produk perkayuan maupun sebagai sumber energi.
Hal ini juga disebabkan karena keunikan karakteristik batang sawit yang memiliki keragaman densitas dalam satu batang sawit. Dengan meningkatnya kebutuhan dunia terhadap produk-produk perkayuan dan energi terbarukan, hal ini justru menjadikan pemanfaatan batang sawit sebagai sumber material alam menjadi semakin atraktif, apalagi dengan ketersediaannya yang tersedia sepanjang tahun. Tentu saja, hal ini juga akan mendukung industri kelapa sawit yang berkelanjutan dan menguntungkan bagi Indonesia.
Selanjutnya menurut Dr. Erwinsyah, teknologi SLL yang diterapkan juga memperhatikan aspek lingkungan, dimana batang sawit yang digunakan mencapai 52,5% dari total biomasa tanaman sawit untuk setiap hektarnya (atau sekitar 164 m3/ha), sehingga masih tersisa di areal perkebunan sekitar 47,5% dan sekaligus sebgaai sumber bahan organik tanah untuk menjaga kesuburan lahan.