BRIN dan BPDPKS Latih Petani Sawit Rakyat Aplikasi Pengolahan Buah Sawit

BRIN dan BPDPKS Latih Petani Sawit Rakyat Aplikasi Pengolahan Buah Sawit

Cibinong - Humas BRIN. Kelapa sawit merupakan tanaman perkebunan dan menjadi salah satu komoditas ekspor andalan Indonesia. Peran petani sawit bagi perekonomian nasional pun sangat besar karena persentase perkebunan yang dimiliki petani sawit lebih dari 40% yang tersebar minimal di 22 provinsi di Indonesia, salah satunya di Provinsi Bangka Belitung.

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Organisasi Riset Pertanian dan Pangan (ORPP), Pusat Riset Agroindustri bekerjasama dengan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) dan Pemerintah Provinsi Bangka Belitung menggelar pelatihan bertajuk "Aplikasi Pengolahan Buah Sawit Menjadi Pra-CPO Untuk Peningkatan Daya Tawar Petani Sawit Mandiri di Sentra Sawit Rakyat" yang berlangsung selama 4 (empat) hari 20 – 23 Juni 2023 di Fox Harris Hotel Pangkalpinang, Bangka Belitung.

Kepala ORPP BRIN, Puji Lestari mengatakan kegiatan ini merupakan salah satu kontribusi BRIN terkait inovasi yang lebih menyentuh masyarakat dan seperti kita ketahui sawit merupakan salah satu penyumbang devisa terbesar bagi negara.

"Peran petani masih termarginalkan karena produktivitas kebun rendah, tata kelola kebun belum baik, ditambah dengan persoalan logistik dan pascapanen, serta pungutan-pungutan yang diterapkan terhadap penjualan tandan buah segar (TBS), dan adanya pedagang perantara,"ungkap Puji saat memberikan sambutan.

Selain itu, masalah yang dihadapi para petani adalah kendala rantai pasok panjang, waktu tunggu TBS untuk diterima pabrik tidak menentu, budi daya, dan pascapanen yang kurang baik menjadikan kualitas buah rendah. Petani sawit mandiri masih menjadi aktor terlemah dalam industri perkebunan kelapa sawit.

"Diharapkan dengan adanya pelatihan ini dapat mengefektifkan produk TBS dan harganya tidak jatuh, sehingga petani mendapatkan keuntungan dan dapat memanfaatkan aplikasi pengolahan buah sawit pra-CPO (Crude Palm Oil) dari TBS," tambah Puji.

Pada kesempatan yang sama, Kepala Pusat Riset Agroindustri BRIN, Mulyana Hadipernata menyampaikan kegiatan ini merupakan bagian dari riset pengembangan sawit dan salah satu tupoksi kami. "Provinsi Bangka Belitung terpilih karena kerjasamanya dengan pihak provinsi, petani sawit, dan stakeholder yang terkait berjalan dengan baik," ungkapnya.

Mulyana juga menambahkan, buah sawit TBS harus dengan cepat diolah setelah dipetik untuk memperoleh kualitas CPO yang baik, dan sebaiknya sebelum  berumur 24 jam. Melebihi waktu ini, TBS akan terdegradasi dan membusuk.

Sementara itu, Kepala Divisi UKMK BPDPKS, Helmi Muhansyah menuturkan kami mendukung kegiatan ini dengan menyelenggarakan pelatihan selama 4 hari dan diharapkan hasil riset Pusat Riset Agroindustri BRIN ini dapat dimanfaatkan dan menjadi peningkatan daya tawar petani dalam rantai pasok industri sawit.

"Selain pengenalan teknologi, para petani juga dikenalkan skema bisnis dalam pengolahan hasil panen buah sawit berbasis kawasan. Kesejahteraan petani diharapkan bisa meningkat dengan meningkatnya daya tawar dalam penjualan buah sawitnya. Dengan memiliki pengolahan sawit petani memiliki pilihan dalam penjualan buah sawit," ucap Helmi.

Hal senada juga dikatakan periset Pusat Riset Agroindustri, Indra Budi Susetyo hasil riset BRIN untuk pascapanen dalam pengolahan sawit pada skala petani yaitu press buah sawit, bekerja sama dengan peneliti MAKSI dan pemurnian hasil pemerasan buah supaya mendapatkan hasil CPO yang memenuhi standar industri dengan menerapkan teknologi tepat guna dan sederhana.

MAKSI (Masyarakat Perkelapasawitan Indonesia) adalah salah satu mitra strategis Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), khususnya dalam bidang penelitian dan pengembangan dan berbagai program terkait sawit lainnya yang berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi.

Lebih lanjut, Sekretaris Daerah Pemerintah Provinsi Bangka Belitung, Sunardi pun menyambut baik kegiatan ini. Sawit merupakan komoditas unggul di Babel dan berkontribusi menopang perekonomian di Babel. Perkebunan sawit masyarakat telah berkembang pesat hingga 75 ribu H lebih, ini menjadi potensi besar bagi peningkatan ekonomi masyarakat.

"Dengan adanya pelatihan ini semoga petani kelapa sawit dapat termotivasi serta meningkatkan kesejahteraan sehingga mampu berkontribusi kepada daerah maupun negara," pungkasnya. 

Peserta pelatihan tercatat ada 25 (dua puluh lima) orang yang terdiri dari petani perorangan, kelompok tani maupun koperasi serta pemangku kebijakan di daerah sentra sawit yang memiliki luas kebun sawit mandiri di Provinsi Bangka Belitung. (yl/ed.sl)

 

Sumber