Di Lampung, Kalangan Kampus Bicarakan Grand Riset Sawit dari BPDPKS

Di Lampung, Kalangan Kampus Bicarakan Grand Riset Sawit dari BPDPKS
Reporter : Hendrik Editor : Hendrik Hutabarat - Teks Foto: Kalangan kampus daei bernagai daerah di Indonesia membicarakan soal GRS dari BPDPKS. (Sumber foro: Ditjen Vokasi)

Bandar Lampung, elaeis.co - Kalangan kampus dari berbagai daerah di Indonesia, termasuk yang tergabung dalam Forum Direktur Politeknik Negeri Se-Indonesia (FDPNI), meriung di Provinsi Lampung.

Perwakilan kampus yang hadir seperti dari Universitas Lampung (Unila), Universitas Bandar Lampung (UBL), Universitas Darmajaya, UIN Raden Intan Lampung.
Kemudian, Universitas Terbuka (UT), Universitas Teknokrat Indonesia (UTI), Poltekkes, Itera Lampung, Polman Bandung, Politeknik Cilacap Jawa Barat, Politeknik Bengkalis Riau, dan lainnya.
Bertempat di di ruang sidang utama Politeknik Negeri Lampung (Polinela) beberapa waktu yang lalu, kalangan cendekia tersebut membicarakan satu topik yang hangat dan terkait kehidupan lingkungan kampus yang ilmiah.
Dari berbagai informasi yang dihimpun elaeis.co, Selasa (20/2/2024), diketahui topik yang dibicarakan yakni soal program grand riset sawit (GRS) yang didanai oleh pihak Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS).


Acara itu dibuka oleh Direktur Politeknik Manufaktur (Polman) Bandung, Mohammad Nurdin, diikuti oleh Sarono selaku Direktur Polinela, Surono selaku perwakilan FPDN, dan utusan dari berbagai kampus laonnya.

Di acara tersebut, hadir dua pembicara berkompeten yakni Tim Ahli BPDPKS Arfie Thahar dan guru besar dari Fakultas Pertanian (FP) Universitas Lampung (Unila), Udin Hasanudin.

"Kami optimistis bahwa melalui kolaborasi ini, akan lahir inovasi-inovasi baru yang dapat membawa dampak positif bagi seluruh industri," ucap Direktur Polman Bandung, Mohammad Nurdin.


"Hasil penelitian dari kalangan kampus yang dibiayai oleh BPDPKS diharapkan dapat memberikan manfaat luas, baik bagi industri kelapa sawit, pemerintah, masyarakat, maupun petani sawit itu sendiri," ujar Nurdin menambahkan.

Sementara itu Direktir Polinela, Surono, mengatakan bahwa perguruan tinggi, termasuk politeknik, memiliki peran penting dalam menghasilkan penelitian yang berkualitas.

"Khususnya untuk mendukung perkembangan industri kelapa sawit yang berkelanjutan," ucap Surono.

Melalui kolaborasi, Surono yakin keilmuan yang dimiliki oleh perguruan tinggi dapat menghasilkan teknologi yang inovatif.

Terutama, ia menambahkan, untuk meningkatkan produktivitas dan mengatasi permasalahan yang ada di industri kelapa sawit. 

“Kegiatan ini sekaligus menjadi ajang kolaborasi antar-politeknik dalam mendukung penelitian dan pengembangan industri kelapa sawit secara berkelanjutan,” kata Surono.

Sekadar mengingatkan, GRS dari BPDPKS merupakan program pendanaan yang ditujukan untuk penelitian dan pengembangan oleh berbagai Lembaga Penelitian dan Pengembangan di Indonesia. 

Program ini bertujuan untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi, keberlanjutan, serta mendorong penciptaan produk atau pasar baru dan nilai kelapa tambah sawit. 

Hasil penelitian terkait sawit yang didanai BPDPKS ini diharapkan dapat memberikan manfaat luas, baik bagi industri kelapa sawit, pemerintah, maupun masyarakat petani sawit. 

Sementara itu Arfie Thahar selaku Tim Ahli BPDPKS menjelaskan bahwa BPDPKS telah melakukan 329 kontrak penelitian sejak 2015-2023.

Semua kontrak itu, kata dia, terbagi dalam bidang seperti bioenergi, budi daya, pangan dan kesehatan, oleokimia dan biomaterial, pascapanen dan pengolahan, serta lingkungan.

"Dengan kolaborasi antara praktisi, praktisi, dan pemerhati industri kelapa sawit, lokakarya ini diharapkan menjadi wadah untuk berbagi ide, pengalaman, dan menciptakan solusi inovatif," ujar Arfie Thahar.

Selain itu, sambung Arfie Thahar,
acara tersebut juga diharapkan dapat memberikan berbagai kontribusi positif dalam mendukung pertumbuhan sektor perkebunan kelapa sawit yang berkelanjutan dan berdaya saing tinggi. (*)