Yesica; Dari Muara Wahau Mengejar Mimpi

Yesica; Dari Muara Wahau Mengejar Mimpi
Yesica saat praktek semasa masih menjadi siswi di SMK Negeri 1 Muara Wahau. foto: dok. pribadi

SumberSedari balita sudah tinggl di kebun sawit. Dia pun ingin berkarir di sana. 
Langit di Bawen, Ungaran, Jawa Tengah dua pekan lalu masih kelihatan gelap gulita. Waktu menunjukkan pukul 04:50 wib. 
Samar-samar, perempuan 18 tahun ini nampak berlari kecil dari belakang mess dosen menuju lapangan yang ada di bagian depan komplek seluas 16,5 hektar itu. 
Orang-orang di sana jamak menyebut komplek Kebun Pendidikan dan Penelitian (KP2) Stiper Edu Agro Tourism (SEAT). 
Ini hari kelima Yesica Dwi Mariani berada di sana, bersama 149 orang mahasiswa program Diploma Satu lainnya. 
Mereka adalah mahasiswa Akademi Komunitas Perkebunan Yogyakarta (AKPY) yang tergabung dalam gelombang kedua dari tiga gelombang. AKPY sendiri adalah 'anak' dari Instiper Yogyakarta.  Yesica mengambil jurusan Pemeliharaan Kelapa Sawit di sana. 


Yesica saat bersama rekan seangkatan dan guru-gurunya. foto: dok. pribadi
Selama 10 hari para mahasiswa ini mengikuti kuliah Learning Factory (LF) di sana. Tiap gelombang mendapat jatah waktu selama itu. 


Lantaran angkatan 2023 beasiswa sawit Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) ini berjumlah 450 orang lah makanya mereka sengaja dibagi seperti itu. Masing-masing gelombang 150 orang. Pekan depan gelombang terakhir. 
Di lapangan depan gedung utama komplek itu, Yesica bergabung dengan lima temannya. Sedari awal LF  berlangsung, memang sudah dibagi seperti itu. Enam orang satu kelompok atau afdeling. 
Selama 10 hari ini, masing-masing akan kebagian jatah menjadi Mandor Satu sekali dan menjadi Krani sekali pula. Sisanya menjadi karyawan. 
Ragam yang mereka lakukan dari pukul 05:00 wib hingga pukul 21:00 wib nanti. Mulai dari apel, senam, ke lapangan, masuk kelas siang, hingga masuk kelas lagi pada malamnya. 
"Kalau hari itu tugas kami di selter pembibitan, berarti posisi mandor saat itu ya mandor pembibitan. Maka dia harus menyampaikan apa saja pekerjaan kami di hari itu. Normanya berapa, outputnya berapa, semuanya disampaikan," cerita anak kedua dari dua bersaudara ini saat berbincang dengan myelaeis.com, kemarin. 
Habis senam pagi kata alumnus Agri Bisnis Tanaman Perkebunan SMK Negeri 1 Muara  Wahau, Kutai Timur, Kalimantan Timur (Kaltim) ini, mereka kemudian berurutan ke gudang mengambil alat-alat dan bahan yang dibutuhkan untuk pekerjaan hari itu. "Jam 6.30 Wib, semua sudah harus di lapangan sesuai selternya. Kami bekerja hingga pukul 08:00 wib. Habis itu makan pagi di lapangan itu," ujarnya. 
Setengah jam waktu makan, lanjut lagi kerja hingga pukul 12:00 wib. Sejam kemudian masuk kelas siang hingga pukul 15.30 wib. 
"Selama kelas siang itu kami mengevaluasi kerja kami dari pagi hingga siang tadi. Termasuk administrasi dan pelaporan kerja hari itu," terangnya. 
Pulul 19:00 wib, masuk kelas malam. Di sini Dosen Pendamping Lapangan (DPL) akan menyampaikan teknis pekerjaan yang akan dilakukan besok. Rencana Kerja Harian (RKH) besok, dibikin di situ. 
"Aktifitas itu berlangsung hingga jam 20.30 wib. Habis itu kita apel malam, baru istirahat. Saya terbiasa bangun jam 03:00 wib. Biar enggak terburu-buru. Soalnya kalau mau mandi kadang kita harus antri," perempuan yang langganan juara kelas ini sewaktu di SMK Negeri 1 Muara Wahau ini tertawa.   
Lantaran rutinitas begitu padat, di awal-awal kata Yesica semuanya terasa sangat melelahkan meski beberapa hari kemudian, dia menjadi terbiasa. 
"Selama 10 hari aktifitas itu berjalan, kami enggak boleh pegang HP. Kalaupun ada yang ditugasi bawa HP, itu cuma untuk mendokumentasikan. HP nya juga dimodeterbangkan," katanya. 
Tak pernah terbayangkan oleh Yesica akan menjadi mahasiswi beasiswa sawit. Soalnya, sebelum tamat sekolahpun, pikirannya sudah ingin bekerja di PT. Dharma Satya Nusantara (DSN) Group saja. Mengikuti jejak keluarga besarnya. 
Ayahnya, Rinhard Agung Saharjo adalah karyawan pengawas pengangkutan TBS di perusahaan itu. Ibunya, Yasiroh, karyawan peratawan dan kakaknya Acep Devgianto Raharjo, karyawan panen. 
Alasan Yesica sederhana saja. Lantaran dari kecil sudah kenal sawit, dia ingin berkarir di perkebunan sawit saja. 
Mau lanjut kuliah, perempuan kelahiran Kebumen Jawa Tengah ini enggak tega pula terus-terusan membebani orang tuanya. 
Itulah makanya setelah tamat sekolah, dia memberanikan diri datang Learning Center (LC) perusahaan itu untuk menanyakan lowongan kerja apa yang ada. 
Syukur-syukur ada lowongan mandor. Sebab menurut Yesica, ijazah yang sudah dia kantongan, bisa kok diganjar dengan jabatan mandor. 
Yesica tak sungkan datang ke sana lantaran sedari umur 4 tahun diboyong ayahnya dari Kebumen, dia sudah terbiasa dengan suasana di sana. Kebetulan mereka tinggal di salah satu afdeling di perusahaan itu. 
"Kenapa enggak kuliah saja Yes? Kan ada program beasiswa sawit. Coba saja dulu, mana tahu lulus," petugas di LC itu memberi saran. 
Lantaran masih asing dengan bahasa-bahasa beasiswa, Yesica menganggap kalau informasi beasiswa sawit itu hoax saja. Apalagi selama ini, Yesica enggak tahu apa itu BPDPKS. Tapi setelah dikasi brosur, barulah Yesica percaya. 
Singkat cerita, Yesica pun mendaftar online. Pilihan pertama adalah Instiper, lalu AKPY, LPP Yogya hingga Politeknik CWE. 
Perempuan cantik ini pun sengaja menempuh perjalanan 15  kilometer dari rumahnya di kebun ke SMK Negeri 1, demi dapat sinyal bagus. "Kebetulan di sekolah wifi nya sudah ada," kenang.
Jelang pengumuman, sempat juga kepikiran oleh Yesica untuk tetap lanjut melamar kerja di DSN kalau enggak lulus. 
"Alhamdulillah ternyata lulus. Orangtua saya senang sekali. Apalagi besiswa ini benefitnya sangat banyak. Full pembiayaan. Mulai dari transport berangkat dan pulang, biaya hidup, uang buku, ditanggung. Terus, bisa pula magang di perusahaan besar," katanya.
Awal September 2023, Yesica pun siap-siap terbang ke Kulon Progo, Yogyakarta. Tiket pesawat Super Air Jet sudah dia kantongi. 
Ini kali pertama dia menumpangi 'burung besi'. Sendirian pula. Orang tuanya hanya mengantar sampai di Bandar Udara Internasional Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan Balikpapan. Di Kulon Progo, jemputan dari Kampus AKPY ada.  
 
"Hanya saya sendiri dari Kutai Timur. Lalu ada pula 1 orang dari Kutai Barat," ujarnya. 
Baru tiga bulan belajar di Kampus AKPY di kawasan Jalan Petung No.2, Papringan, Caturtunggal, Kecamatan Depok, Sleman, Yogyakarta, Yesica sudah dinyatakan pula lulus menjadi karyawan PT. Astra Agro Lestari Tbk. Menjadi mandor. 
Yesica memilih Astra dan tak ikut test di Karya Mas lantaran dia mendapat cerita kalau kebun perusahaan ini ada juga di Kaltim. 
"Mana tahu saya kelak magang dan sekaligus menjadi karyawan di sana. Bisa lebih dekat pula kalau mau pulang ke rumah orang tua," dia berharap.  
Layaknya perempuan seusia Yesica, berat juga berpisah dari orangtua. "Tapi lantaran saya punya mimpi, saya yakin orangtua akan mendukung. Saya mohon doa orangtua saya biar semuamya lancar," lirih suara perempuan ini terdengar. 
Lantaran sudah jelas akan bekerja dimana, Yesica pun makin semangat untuk menuntaskan tugasnya hingga lulus. 
"Saya akan belajar lebih serius, pelajari semua teknis yang nanti dibutuhkan di perkebunan sawit. Jadi nanti pada saat keberangkatan magang, saya benar-benar telah siap bekerja di sana," tekadnya.  
Sebagai Ketua Pelaksana LF, Hartono rupanya sudah mengamati gerak-gerik Yesica. Di mata dosen senior yang juga praktisi ini, Yesica adalah sosok yang rajin dan cekatan. 
"Anaknya cerdas. Bikin Power Point, bikin Excel, bikin laporan, pintar dia," lelaki 53 tahun ini memuji.