Joint Exploration On Oil Palm Germplasm Indonesia-Tanzania: Dukungan BPDP Dalam Menelusuri Keragaman Baru Untuk Keberlanjutan Sawit Indonesia

Joint Exploration On Oil Palm Germplasm Indonesia-Tanzania: Dukungan BPDP Dalam Menelusuri Keragaman Baru Untuk Keberlanjutan Sawit Indonesia
Foto: TIm Riset Program Pengayaan Sumber Daya Genetik Kelapa Sawit Indonesia melalui Kegiatan Eksplorasi ke Tanzania. (Dok. BPDP)

Jakarta - ‘Benih itu hasil hari ini janji esok hari,’ salah satu falsafah benih yang dikemukakan oleh Prof. Dr. Ir. Sjamsoe'oed Sadjad, Bapak Benih Indonesia, yang menggambarkan betapa pentingnya peran benih dalam mendukung industri pertanian. Benih yang dihasilkan harus memiliki kemampuan untuk menjanjikan yang baik di masa yang akan datang. Benih itu mengandung optimisme, karena yang dihasilkan hari ini adalah janji untuk esok hari. Demikian halnya dengan benih kelapa sawit. Proses perakitannya memakan waktu yang lama, dan saat ditanam perlu waktu setidaknya 28-30 bulan setelahnya untuk mengetahui keragaan hasil dari benih sawit tersebut. Penggunaan benih yang baik dan benar merupakan awal kesuksesan dalam usaha perkebunan.

Suksesnya perkembangan industri kelapa sawit di Indonesia tidak terlepas dari upaya berkesinambungan melalui penyediaan benih kelapa sawit unggul untuk peningkatan produktivitas tanaman. Benih unggul  kelapa sawit diperoleh melalui proses pemuliaan tanaman yang panjang, meliputi penyediaan material genetik sebagai populasi pemuliaan, seleksi awal populasi pemuliaan, persilangan, pengujian projeni di lapangan, serta pemilihan projeni terbaik yang selanjutnya dilepas sebagai varietas unggul oleh Pemerintah. Proses pemuliaan kelapa sawit yang terstruktur mampu meningkatkan potensi produktivitas crude palm oil (CPO) projeni terbaik dari 4,3 ton/ha/tahun pada 1960an menjadi >10 ton/ha/tahun pada era 2020-an. Ketersediaan material genetik dengan keragaman yang tinggi menjadi fondasi dalam perakitan varietas. Semakin beragam karakter yang dimiliki, semakin mudah kita memilih persilangan terbaik yang sesuai dengan kondisi spesifik.

Dalam upaya penyediaan material genetik sebagai sumber keragaman baru untuk perakitan varietas kelapa sawit dengan karakter yang lebih unggul, Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian bersama Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Konsorsium Plasma Nutfah Kelapa Sawit Indonesia, PT Riset Perkebunan Nusantara (RPN), dan Perhimpunan Ilmu Pemuliaan dan Perbenihan Sawit Indonesia (PIPPSI) berkolaborasi menyusun menyusun riset inisiatif berjudul ‘Program Pengayaan Sumber Daya Genetik Kelapa Sawit Indonesia melalui Kegiatan Eksplorasi ke Tanzania. Riset ini mendapatkan pendanaan Riset Inisiatif dari Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) dan juga dukungan dari perusahaan-perusahaan perkebunan yang tergabung dalam Konsorsium Plasma Nutfah Kelapa Sawit Indonesia.

Negara Tanzania dipilih sebagai negara tujuan eksplorasi karena merupakan salah satu center of origins kelapa sawit. Program riset eksplorasi Tanzania dilakukan selama 2 (dua) tahun dengan tahapan kegiatan berupa: Pra Eksplorasi, Eksplorasi, dan Pasca Eksplorasi. Kegiatan Pra Eksplorasi diinisiasi oleh Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) dan Konsorsium Plasma Nutfah Kelapa Sawit Indonesia melalui negosiasi dengan Pemerintah Tanzania. Kesepakatan antara Tanzania Agricultural Research Institute (TARI) dengan GAPKI telah dituangkan dalam Agreement on Oil Palm Germplasm Collaboration.

Kegiatan Eksplorasi (joint exploration) dilaksanakan pada Maret hingga April 2024 melibatkan 6 (enam) orang Tim Peneliti dari Indonesia dan 10 orang yang mewakili TARI dan Tanzania Plant Health and Pesticide Authority (TPHPA). Eksplorasi dilakukan di 10 wilayah meliputi 5 (lima) wilayah pesisir pantai (coastal) dan 5 wilayah dataran tinggi (highland). Tanaman kelapa sawit yang dikoleksi tumbuh pada ketinggian yang cukup berbeda, mulai dari 3 meter di atas permukaan laut (mdpl) di Tanga dan 1142 mdpl di Tabora. Area koleksi berada diantara 40 LS (Kigoma) sampai 110 LS (Ruvuma) dan 290 BT (Kigoma) dan 400 BT (Mtwara). Beberapa area koleksi berbatasan langsung dengan negara lain, seperti Mtwara berbatasan langsung dengan Mozambik, Ruvuma berbatasan dengan Malawi, Tanga berbatasan dengan Kenya, Mbeya dengan Malawi dan Zambia, Katavi  berbatasan dengan Kongo, serta Kigoma berbatasan dengan Burundi dan Kongo (Gambar 1).

Tim Eksplorasi telah berhasil mengumpulkan tandan dari 102 aksesi kelapa sawit. Dari 102 aksesi tersebut, terdapat 84 aksesi kelapa sawit bertipe Dura dan 18 aksesi bertipe Tenera, dengan tipe warna buah nigrescens dan virescens,  Karakter vegetatif, tandan, dan buah kelapa sawit masing-masing aksesi menunjukkan keragaman yang sangat tinggi. Melalui proses pengolahan tandan kelapa sawit secara manual, telah diperoleh 83.004 butir benih. Benih hasil eksplorasi kemudian diproses di Lembaga CABI – United Kingdom untuk dilakukan serangkaian perlakuan dan pengujian sesuai persyaratan karantina yang ditetapkan oleh Pemerintah Indonesia dan berfungsi sebagai intermediate quarantine. Saat ini benih dalam proses pengolahan menjadi kecambah di PT Socfindo, dan akan menjalani rangkaian pengujian melalui kegiatan pengasingan dan pengamatan selama proses pembibitan di bawah supervisi Badan Karantina Indonesia.

Sebagai bentuk implementasi dari kolaborasi yang sangat baik antara Indonesia dengan Tanzania, pada akhir Mei 2025 Pimpinan Tanzania Agricultural Research Institute (TARI) berkunjung ke Indonesia untuk mempelajari lebih dekat industri kelapa sawit di Indonesia mulai dari aspek hulu hingga ke hilir. Dalam kunjungan tersebut, pihak TARI mengunjungi Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan dan PPKS Unit Marihat untuk mendapat informasi tentang peran riset dalam pengembangan industri, PT Socfin Indonesia untuk melihat dari dekat proses produksi benih dan budidaya perkebunan, dan PT SMART Tbk untuk melihat proses pengolahan inti sawit dan refinery.

Apa dampak yang diperoleh dari riset eksplorasi ini? Dalam konteks sumberdaya genetik, kehadiran material genetik dari Tanzania akan menambah keragaman koleksi plasma nutfah kelapa sawit di Indonesia, melengkapi hasil eksplorasi sebelumnya dari negara Kamerun, Angola, dan Ekuador. Dalam jangka panjang, material genetik Tanzania ini akan menjadi materi pemuliaan yang dapat diintegrasikan dengan populasi kelapa sawit eksisting untuk perakitan varietas baru dengan karakter yang lebih adaptif dan tahan terhadap perubahan iklim, lebih toleran dalam menghadapi serangan hama dan penyakit, dan memiliki produktivitas yang lebih tinggi lagi. Berbekal sumber keragaman genetik yang baru, upaya perakitan varietas kelapa sawit oleh institusi pemuliaan di Indonesia masih akan terus berlanjut. Kolaborasi dan sinergi oleh berbagai pihak (stakeholders) yang ditunjukkan dalam pelaksanaan riset eksplorasi ini memberikan gambaran bahwa membangun sawit adalah kerja dan tanggung jawab bersama. Kita merangkai keragaman genetik, membangun fondasi kuat melalui benih unggul, dan menjaga keberlanjutan industri sawit nasional. *** (Anwar/Fitriyah/BPDP)

 

Sumber: Dr Edy Suprianto

PT Riset Perkebunan Nusantara/Ketua Tim Periset Eksplorasi SDG Tanzania