Memanfaatkan Biodiesel Konsentrasi Tinggi pada Sektor Maritim

Sektor maritim nasional menghadapi berbagai macam tantangan dalam implementasi program biodiesel di Indonesia.

Memanfaatkan Biodiesel Konsentrasi Tinggi pada Sektor Maritim
Suasana di pabrik kelapa sawit. Produksi biodiesel terus meningkat sehingga Indonesia menjadi salah satu negara produsen biodiesel kelapa sawit terbesar di dunia.

Indonesia telah mencanangkan komitmen untuk mencapai emisi nol bersih atau net zero emission (NZE) maksimal pada tahun 2060 mendatang. Pemerintah Indonesia menerapkan lima prinsip utama guna mencapai target nol emisi, yaitu peningkatan pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT), pengurangan energi fosil, penerapan kendaraan listrik di sektor transportasi, peningkatan pemanfaatan listrik pada rumah tangga dan industri, serta pemanfaatan carbon capture and storage (CCS).

Salah satu cara yang dilakukan oleh pemerintah untuk memanfaatkan energi baru terbarukan (EBT) adalah mencanangkan program biodiesel. Di Indonesia, pengembangan biodiesel dimulai sejak tahun 2006 dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2006 tentang Penggunaan Bahan Bakar Nabati untuk Bahan Bakar Kendaraan Bermotor. Sejak saat itu, produksi biodiesel kelapa sawit di Indonesia terus meningkat dan menjadi salah satu negara produsen biodiesel kelapa sawit terbesar di dunia.

Indonesia memulai program ini pada tahun 2006 melalui B2,5; kemudian B20 pada tahun 2016; dan terus berlanjut ke program B30 secara nasional pada tahun 2020 lalu.

Pengembangan biodiesel kelapa sawit di Indonesia memiliki latar belakang pentingnya menjaga keberlanjutan lingkungan dan meningkatkan kemandirian energi nasional. Dalam menghadapi tantangan perubahan iklim dan ketergantungan pada bahan bakar fosil yang semakin tinggi maka upaya-upaya untuk mengembangkan energi terbarukan seperti biodiesel harus terus dilakukan bersama-sama oleh pemerintah, produsen biodiesel, serta masyarakat.

Pada awal tahun 2023 penggunaan B35 pada sektor transportasi darat dan sektor lain mulai direalisasikan. Program B35 menjadi mandatori di semua sektor, termasuk angkutan air dan TNI Angkatan Laut (AL). Meski begitu, tantangan dihadapi oleh sektor maritim Indonesia. Pasalnya, angkutan air maupun kapal TNI Angkatan Laut memiliki karakter berbeda dengan transportasi darat.

Mesin pada Kapal Republik Indonesia (KRI) memililki spesifikasi lebih ketat dibandingkan transportasi darat karena stabilitas penyimpanan bahan bakar di tangki kapal yang berubah-ubah. Masalah yang sering terjadi adalah filter blocking, deposit pada injektor, dan perawatan mesin yang lebih cepat sehingga mengganggu tugas KRI di laut dan meningkatkan biaya perawatan.

Kemudian sistem filtrasi dan metode penyimpanan yang tidak tepat pada kapal dengan penampungan besar dan lama sangat rentan terhadap degradasi kualitas biodiesel. Selain itu, biodiesel yang menyerap air dari lingkungan dapat menyebabkan pertumbuhan bakteri atau jamur sehingga menghasilkan kontaminan sludge yang dikenal sebagai soft particle.

Sektor maritim memang memerlukan perhatian khusus karena kondisi lingkungan ekstrem dan penyimpanan bahan bakar yang lama dapat meningkatkan kontaminan dan kadar air, menurunkan kualitas bahan bakar, serta berdampak negatif pada mesin kapal.

Terkait hal tersebut, tim peneliti yang terdiri dari Ahmad Syihan Auzani, Muhammad Arif Budiyanto, Jajang Amir Hidayat, M Taufik Suryantoro, Hari Setiapraja, Rizqon Fajar, Ahmad Taufiqur Rohman, Nur Muhamad Fuad melakukan penelitian bertajuk Pemanfaatan Biodiesel Konsentrasi Tinggi pada Sektor Maritim pada tahun 2024 lalu. Penelitian yang didanai oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) tersebut dirilis pada 8th Pekan Riset Sawit Indonesia/PERISAI.

Penelitian ini berusaha untuk melakukan pemetaan kualitas bahan bakar dan filter eksisting di Indonesia, membuat desain fuel conditioning, menciptakan desain filter wasable, membuat desain ceramic filter, hingga membuat SOP penggunaan biodiesel pada sektor maritim.

Ahmad Syihan Auzani (2024) dalam penelitian tersebut melaporkan bahwa inovasi teknologi pemisahan kontaminan dan pengondisian bahan bakar nabati di tangki kapal perlu dikembangkan agar bahan bakar tetap aman digunakan. Selain itu, penelitian ini mengungkapkan bahwa perlu ada optimasi sistem filtrasi wasable dan membran yang dapat digunakan di KRI maupun kapal komersial.

Selain itu, optimasi desain sistem filtrasi dan pengondisian bahan bakar pada tangki kapal komersial akan mengurangi kontaminan dan degradasi bahan bakar sehingga sistem filter yang cocok dapat mengurangi kemungkinan filter blocking dan kerusakan mesin.