Mengoptimalisasi Pengunaan Palm Acid Oil sebagai Bahan Baku Biodiesel untuk Industri Sawit

Palm acid oil (PAO) bisa menjadi solusi inovatif dalam produksi biodiesel yang bernilai tambah, ramah lingkungan, dan berkelanjutan.

Mengoptimalisasi Pengunaan Palm Acid Oil sebagai Bahan Baku Biodiesel untuk Industri Sawit
Ilustrasi pekerja di perkebunan kelapa sawit. Palm acid oil (PAO) yang merupakan produk samping limbah cair pabrik kelapa sawit bisa menjadi alternatif bahan baku biodiesel.

Biodiesel merupakan bahan bakar alternatif yang terbuat dari bahan-bahan organik seperti minyak nabati, lemak hewan, dan minyak jelantah. Biodiesel menjadi salah satu solusi untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil yang semakin menipis dan berdampak buruk pada lingkungan (PASPI, 2024).

Di Indonesia, pengembangan biodiesel dimulai sejak tahun 2006 dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2006 tentang Penggunaan Bahan Bakar Nabati untuk Bahan Bakar Kendaraan Bermotor. Sejak saat itu, produksi biodiesel kelapa sawit di Indonesia terus meningkat dan menjadi salah satu negara produsen biodiesel kelapa sawit terbesar di dunia (PASPI, 2025).

Meskipun sudah banyak hasil riset dengan menggunakan beragam teknologi dalam produksi biodiesel di Indonesia, namun optimalisasi teknologi terus dilakukan oleh para akademisi nasional, salah satunya optimalisasi penggunaan palm acid oil (PAO).

Pengolahan limbah PAO bisa menjadi solusi inovatif dalam produksi biodiesel yang bernilai tambah, ramah lingkungan, dan berkelanjutan. PAO yang merupakan produk samping limbah cair pabrik kelapa sawit atau palm oil mill effluent (POME) bisa menjadi alternatif bahan baku biodiesel.

Hal yang juga perlu diperhatikan dalam pengoptimalan tersebut adalah PAO memiliki kadar asam lemak bebas (FFA) dan kadar air yang sangat tinggi. PAO mencatatkan kadar asam lemak bebas lebih dari 50 persen dan kadar air lebih dari 10 persen. Tingginya kadar FFA dan air membuat PAO sulit diolah dengan metode konvensional sehingga dibutuhkan dua tahap proses yang cukup kompleks dan mahal, yakni proses esterifikasi atau transesterifikasi.

Tim peneliti yang terdiri dari Nova Rachmadona, Ph.D; Prof. Dr. Iman Rahayu, M.Si; Dr. Eng. Irwan Kurnia; Ari Hardianto, Ph.D; Haryono, M.T; Witta Kartika Restu, Ph.D; Dr. Ika Rahmatul Layly, S.Si, M.Si, MP; dan Ahmad Zikri, M.T mencoba untuk menjawab tantangan tersebut melalui penelitian bertajuk Optimalisasi Penggunaan Palm Acid Oil (PAO) sebagai Bahan Baku Pembuatan Biodiesel untuk Industri Sawit di Indonesia dalam 8th Pekan Riset Sawit Indonesia/PERISAI yang didanai oleh BPDP.

Nova Rachmadona, dkk (2024) menggunakan pendekatan bioteknologi dengan bantuan enzim lipase sebagai biokatalis yang memungkinkan proses satu tahap agar lebih efisien. Penggunaan enzim lipase juga memungkinkan proses tanpa perlu suhu tinggi serta mengurangi penggunaan bahan kimia seperti katalis asam atau basa. Penggunaan enzim ini bisa lebih ramah lingkungan dan hemat energi.

Pengoptimalan proses transesterifikasi perlu dilakukan agar biodiesel yang dihasilkan dapat memenuhi standar internasional seperti EN 14214 dan ASTM D6751 yang mensyaratkan angka asam biodiesel di bawah 0,40 mg KOH/g.

Hasil awal penelitian menunjukkan bahwa kenaikan rasio PAO terhadap alkohol secara signifikan mengurangi kadar asam, kadar air, dan gliserol bebas dalam biodiesel. Pada suhu optimal 40°C dengan kecepatan aduk 150 rpm, biodiesel yang dihasilkan memiliki angka asam 1,4 mg KOH/g—mendekati standar internasional. Optimasi lebih lanjut masih diperlukan untuk mencapai angka asam yang lebih rendah (Nova Rachmadona, dkk, 2024).

Tim peneliti berencana untuk mengembangkan proses produksi biodiesel dalam skala lebih besar. Setelah sukses di skala laboratorium lima liter, tahap selanjutnya adalah pengembangan proses di skala 50 liter. Pengembangan reaktor dan sistem pemurnian menjadi fokus untuk memastikan biodiesel yang dihasilkan memenuhi standar spesifikasi nasional dan internasional.

Nova Rachmadona, dkk (2024) memastikan optimalisasi penggunaan PAO bisa menjadi solusi inovatif dan berkelanjutan sebagai bahan baku biodiesel. Berdasarkan target penggunaan B40 oleh pemerintah Indonesia maka biodiesel dari PAO ini bisa berkontribusi dalam memenuhi energi terbarukan sekaligus mengurangi dampak negatif limbah kelapa sawit terhadap lingkungan.

Berdasarkan hasil penelitian Optimalisasi Penggunaan Palm Acid Oil (PAO) sebagai Bahan Baku Pembuatan Biodiesel untuk Industri Sawit di Indonesia (2004) dapat disimpulkan bahwa:

1. Karakterisasi kromatografi gas menghasilkan profil biodiesel yang sesuai;
2. Perlu ada post-treatment untuk menghasilkan biodiesel yang sesuai spesifikasi;
3. Perlu ada optimasi proses post-treatment untuk meminimalkan angka asam.

Dengan teknologi yang semakin maju dan pendekatan yang inovatif, limbah kelapa sawit kini tak lagi jadi masalah, tetapi justru bagian dari solusi. Pemanfaatan PAO sebagai bahan baku biodiesel bukan hanya memperkuat sektor energi hijau, tetapi juga mempercepat transformasi industri sawit yang lebih efisien, berkelanjutan, dan berdampak positif bagi lingkungan (Nova Rachmadona, dkk., 2024).