BPDPKS dan Majalah Sawit Indonesia Usulkan Solo Menjadi Pusat Promosi UKM Berbasis Sawit
Solo – Kelapa sawit telah menjadi bagian dari produk-produk Usaha Kecil Menengah dan Koperasi (UKMK) baik dalam bentuk pangan, kerajinan, dan non-pangan. Upaya memajukan UKMK sawit telah dilakukan agar meningkatkan nilai tambah dan kesejahteraan pelaku UKMK.
Langkah ini dilakukan melalui kegiatan Temu UKMK dan Promosi Sawit Baik yang diselenggarakan Majalah Sawit Indonesia dengan dukungan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) di Solo, Jawa Tengah, Senin (20 Mei 2024).
“Majalah Sawit Indonesia dan BPDPKS telah bekerjasama untuk mendukung pemberdayaan pelaku UKMK khususnya di Solo. Kegiatan Temu UKMK Sawit telah dilakukan juga pada tahun 2023. Dan di tahun ini, kami menyelenggarakan kegiatan serupa sebagai bagian dari edukasi manfaat serta kontribusi kelapa sawit bagi Indonesia,” ujar Qayuum Amri, Ketua Panitia Pelaksana Temu UKMK dan Promosi Sawit Baik dalam keterangan tertulis.
Qayuum menjelaskan bahwa Solo dipilih sebagai tempat penyelenggaraan Temu UKM Sawit karena perkembangan jumlah pelaku UKM bertambah pesat. Pada 2023, jumlah UKM sebanyak 13.203 pelaku usaha di mana terjadi kenaikan 18,33% dibandingkan tahun 2022 yang berjumlah 11.157 pelaku usaha. Faktor lainnya adalah pesatnya kegiatan berskala nasional dan internasional yang menempatkan Solo sebagai destinasi kota MICE (meeting, incentive, convention and exhibition) yang membuka lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi masyarakat.
“Karena itulah, kami ingin mengusulkan Solo dijadikan Pusat Promosi UKM Sawit agar masyarakat dan wisatawan mengetahui manfaat serta kebaikan sawit bagi Indonesia. Bagi masyarakat yang ingin mengetahui batik, makanan, dan kerajinan yang memiliki kandungan sawit dapat belajar langsung dari pelaku UKM di Solo dan sekitarnya,” ujar Qayuum yang juga Pemimpin Redaksi Majalah Sawit Indonesia.
Kegiatan Temu UKMK dan Promosi Sawit Baik ini dibuka oleh Gatot Sutanto, Asisten Perekonomian dan Pembangunan Kota Surakarta.”Kami menyambut baik usulan Solo untuk dijadikan pusat promosi UKM sawit dalam rangka mengedukasi masyarakat dan melawan kampanye negatif sawit,” ujar Gatot yang mewakili Walikota Surakarta, Gibran Rakabuming Raka dalam sambutannya.
Gatot Sutanto mengakui industri kelapa sawit menghadapi kampanye negatif berkaitan isu lingkungan dan persaingan antar minyak nabati seperti minyak kedelai, minyak jagung, dan olive oil. Karena itulah kegiatan promosi seperti Temu UKMK sangat dibutuhkan untuk menyebarkan manfaat positif kelapa sawit kepada masyarakat terutama pelaku UKM.
Kepala Divisi UKMK BPDPKS Helmi Muhansyah menjelaskan bahwa BPDPKS memilki perhatian besar bagi kemajuan UKM yang menjadi pengguna utama produk kelapa sawit. Ada sejumlah produk UKM yang didukung BPDPKS untuk dapat berkembang dan dikenal masyarakat seperti helm, rompi anti peluru, dan batik malam sawit.
“BPDPKS sangat terbuka untuk mendukung kemajuan UKM sawit yang dapat mengembangkan produknya di bidang makanan dan kerajinan,” ujarnya.
Qayuum menjelaskan bahwa industri kelapa sawit menjadi sektor komoditas utama bagi penerimaan negara yang berkontribusi sebesar Rp 500 triliun setiap tahun. Sektor ini juga membuka lapangan kerja lebih dari 16 juta orang baik secara langsung dan tidak langsung.
Pemanfaatan kelapa sawit, dikatakan Qayuum, telah menjadi bagian dari aktivitas masyarakat selama 24 jam. Sebagai contoh, masyarakat menggunakan sabun, pasta gigi, shampoo, dan kosmetik yang memiliki kandungan minyak sawit di dalamnya. Begitupula saat menggunakan kendaraan, minyak sawit telah dipakai sebagai bahan bakar dalam bentuk biosolar dan direncanakan akan dibuat bensin sawit.
“Mulai dari bangun tidur lalu bekerja sampai tidur lagi, kelapa sawit telah digunakan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari,” urainya.
Selain itu, kegiatan ini menghadirkan narasumber dalam diskusi yang terbagi dua sesi. Diantaranya Wahyu Kristina (Kepala Dinas Koperasi, UKM dan Perindustrian Kota Surakarta), Helmi Muhansyah (Kepala Divisi Usaha Kecil Menengah dan Koperasi Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit), Muhammad Fajar Arifin (Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan Surakarta), Dr. Maria Ulfah (Wakil Rektor I INSTIPER Yogyakarta, Miftahudin Nur Ihsan (CEO Sm-art batik), dan Janthi (Koordinator Jaringan Perempuan Usaha Kecil).