Pemanfaatan Biogas Berbasis Limbah Sawit Terus Dikembangkan

LIMBAH hasil pengolahan minyak kelapa sawit atau biasa disebut POME (Palm Oil Mill Effluent) bisa memberikan manfaat yang terbilang besar dalam hal pasokan energi biomassa. POME bisa diolah menjadi biogas yang bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan rumah tangga maupun industri. Terkait dengan hal tersebut, digelar talkshow bertema “Alternative Biogas Ulitisation Based on Palm Oil Mill Effluent (POME)” di Hotel Borobudur, Jakarta (4/10/2018).

Pemanfaatan Biogas Berbasis Limbah Sawit Terus Dikembangkan
LIMBAH hasil pengolahan minyak kelapa sawit atau biasa disebut POME (Palm Oil Mill Effluent) bisa memberikan manfaat yang terbilang besar dalam hal pasokan energi biomassa. POME bisa diolah menjadi biogas yang bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan rumah tangga maupun industri. Terkait dengan hal tersebut, digelar talkshow bertema “Alternative Biogas Ulitisation Based on Palm Oil Mill Effluent (POME)” di Hotel Borobudur, Jakarta (4/10/2018). Talkshow diselenggarkan melalui kerjasama Kementerian ESDM dengan Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit GmbH (GIZ), sebuah perusahaan internasional milik pemerintah federal Jerman, serta Federal Ministry of the Environment, Nature Conservation and Nuclear Safety Jerman. POME adalah air buangan yang dihasilkan oleh pabrik kelapa sawit utamanya berasal kondensat rebusan, air hidrosiklon, dan sludge separator. Pemanfaatan POME untuk biogas dinilai tepat untuk diterapkan saat ini untuk mendukung pasokan energi di dalam negeri. Bahkan dalam kaitan ini, pemerintah tengah mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTBm) dan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas (PLTBg). Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) juga turut mendukung pengembangan POME untuk biogas. Yakni, melalui kegiatan dukungan pendanaan riset kepada Pusat Studi Energi Universitas Gadjah Mada yang merancang reaktor kolom vertical “Anaerobic Fluidized Bed Reactor” untuk alternatif pengolahan POME menjadi Biogas. Saat ini, pengolahan POME biasanya dilakukan secara biologis dengan menggunakan sistem kolam (lagoon). Sistem kolam ini sederhana dan murah namun memerlukan lahan yang luas dan penangkapan metana tidak sempurna sehingga emisi gas rumah kaca dari lagoon ini masih terjadi.*** ``