Belanda Pertegas Komitmen Dukungan Sawit Berkelanjutan

Pemerintah Belanda sangat mendukung upaya pengembangan industri minyak kelapa sawit berkelanjutan di Indonesia. Komitmen tersebut ditunjukkan dengan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) Indonesia dengan Belanda mengenai pelaksanaan program peningkatan pengetahuan dan teknologi bagi petani sawit lokal.

Belanda Pertegas Komitmen Dukungan Sawit Berkelanjutan
Raja Belanda Willem-Alexander dan Ratu Maxima Zorreguieta Cerruti bersama Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana Joko Widodo di Istana Bogor, Selasa (10/3/2020). (FOTO: Humas Setkab/Agung)

JAKARTA--Pemerintah Belanda sangat mendukung upaya pengembangan industri minyak kelapa sawit berkelanjutan di Indonesia. Komitmen tersebut ditunjukkan dengan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) Indonesia dengan Belanda mengenai pelaksanaan program peningkatan pengetahuan dan teknologi bagi petani sawit lokal.

Sigrid Kaag, Menteri Perdagangan Luar Negeri dan Kerjasama Pembangunan Belanda mengatakan, Belanda akan konsisten bekerja sama dengan petani lokal demi mengembangkan teknologi dan pengetahuan untuk menghasilkan sawit secara berkelanjutan.

"Itulah tujuan yang ingin kami capai, bekerja sama dengan petani untuk meningkatkan pengetahuan dan teknologi mereka, mengajarkan mereka dan membuat mereka menghasilkan sawit secara berkelanjutan,” ujar Kaag di Jakarta, sebagaimana dikutip kantor berita Antara, (11/3/2020).

Menurutnya, program tersebut dapat membantu Indonesia dalam mengatasi masalah deforestasi dan emisi karbon yang mungkin terjadi secara bersamaan saat memproduksi minyak kelapa sawit. Hal ini tentu perlu dibangun dengan kesadaran tentang pembangunan keberlanjutan, mengingat minyak kelapa sawit masih menjadi komoditi ekspor utama bagi Indonesia, termasuk saat bertransformasi menuju ekonomi baru.

“Jadi, saya percaya pada pendekatan transformatif dan itulah sebabnya kami menandatangani kontrak tahun lalu. Saya berharap ada kemajuan untuk program ini agar ditingkatkan,” ungkap Kaag.

Skala dari program itu sendiri dinilai masih sangat kecil untuk mencakup seluruh petani sawit di Indonesia, untuk itu Kaag mendorong pihak lain, termasuk Pemerintah Indonesia, untuk memperbesar ruang lingkup untuk melaksanakan program serupa. “Langkah itu bisa sangat menarik. Tetapi, bisa jadi hal tersebut yang dinginkan dari Pemerintah Uni Eropa,” kata Kaag.

Belanda merupakan importir 25 persen minyak sawit Indonesia untuk sebagian besar diproses kemudian diekspor kembali. Program ini, tambah Kaag, memberikan konsep bagaimana produksi minyak kelapa sawit dapat dilakukan secara berkelanjutan.

“Saya akan mendorong teman-teman di Asian Development Bank (ADB), investor besar lainnya agar dapat melihat program ini untuk dipercepat dan tentu saja dilakukan di daerah lain,” katanya. [sumber: Antara]