Emisi Kelapa Sawit Terbukti Rendah

Tingkat emisi kelapa sawit terbukti sangat rendah, tidak sebesar yang dituding Eropa dan Amerika Serikat. Pakar dari IPB University membuktikan emisi kelapa sawit hanya mencapai 20-25 ton CO2 ekuivalen per hektare per tahun.

Emisi Kelapa Sawit Terbukti Rendah

SIAK—Tingkat emisi kelapa sawit terbukti sangat rendah, tidak sebesar yang dituding Eropa dan Amerika Serikat. Pakar dari IPB University membuktikan emisi kelapa sawit hanya mencapai 20-25 ton CO2 ekuivalen per hektare per tahun.

Supiandi Sabiham, Guru Besar IPB yang memimpin penelitian tersebut menyebutkan bahwa hasil penelitian ini membantah anggapan Eropa dan Amerika bahwa emisi kelapa sawit di Indonesia mencapai 90 ton Co2 ekuivalen per hektare per tahun.

"Hasil penelitian kita ini bisa membuat banyak pihak terkejut. Sebab, emisi kelapa sawit yang disampaikan selama ini tidak sebesar itu dan ini bisa meng-counter isu tersebut," kata Supiandi di Siak, Riau, Senin (9/3/2020) sebagimana diberitakan Gatra.

Menurut Supiandi, hasil penelitian pihak lain yang menyebutkan emisi kelapa sawit di Indonesia mencapai 95 ton CO2 ekuivalen per hektar dalam satu tahun itu tidak realistis. Sebab, jumlah itu terlampau besar dan penelitian yang dilakukan pun tanpa data yang jelas.

 "Metode penelitian yang mereka gunakan itu banyak asumsi dan hasilnya tidak realistis. Kalau penelitian kita memakai data dan melakukan pengukuran langsung di lapangan. Walau satu titik yang kita teliti, dapat mewakili 530 hektar lahan di perusahaan ini. Yang paling terpenting, alat yang kita gunakan lebih reasonable daripada penelitan orang lain tadi," jelasnya.

Supiandi menjelaskan, pada dasarnya terdapat dua emisi kelapa sawit. Pertama dari akar dan kedua hilangnya karbon dari gambut. Jika kedua emisi itu digabungkan, maka jumlahnya akan sangat besar. Sebab, emisi dari akar kelapa sawit bisa mencapai sekitar 74%. Padahal yang Net Emissions-nya sangat kecil dan hanya mencapai 20-25 ton CO2 ekuivalen.

"Maka itu dari hasil yang kita teliti dengan yang diisukan tadi sangat signifikan bedanya. Saya rasa, penelitian orang lain menggabungkan kedua emisi tadi. Tentu besar hasilnya dan mereka menyimpulkan perkebunan kelapa sawit sangat merusak lingkungan," ujarnya.

Penelitian dilakukan sejak September 2018 hingga Januari 2020 oleh tim dari IPB yang dipimpin oleh Prof Supiandi Sabiham. Penelitian ini dilaksanakan di kebun kelapa sawit PT Kimia Tirta Utama (Astra Group), Kecamatan Koto Gasib, Kabupaten Siak, Riau.

Penelitian yang didanai oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) tersebut merupakan permintaan Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Perdagangan menyikapi kampanye negatif bahwa sawit menghasilkan emisi yang tinggi.

Kepala Divisi Program Pelayanan Direktorat Penyaluran Dana BPDPKS Arfie Thahar mengatakan, selama ini pihaknya telah mendanai sebanyak 158 penelitian. “Ada beberapa kategori penelitian yang bisa kita biayai, yakni permintaan kementerian, penawaran proposal penelitian, dan seleksi. Sedangkan penelitian yang dilakukan Pak Supiandi dan tim adalah permintaan kementerian," kata dia.

Arfie menjelaskan, program penelitian pada dasarnya bertujuan untuk efisiensi dan produktivitas kelapa sawit, peningkatan sustainabilitas dan penciptaan produk dan pasar baru. "Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Prof Supiandi, ternyata dengan metoda pengukuran emisi yang riil emisi sawit tidak setinggi yang dikampanyekan di Amerika. Penelitian ini menjawab kampanye negatif terhadap sawit di Indonesia," kata Arfie. **