Kelapa Sawit Paling Hemat Lahan

Kelapa sawit merupakan tanaman minyak nabati paling efisien dalam penggunaan lahan.

Kelapa Sawit Paling Hemat Lahan

Empat komoditas tercatat sebagai penghasil utama minyak nabati dunia dan menyumbang sekitar 85-90 persen produksi minyak nabati global. Keempat komoditas tersebut adalah kelapa sawit, kedelai, rapeseed, dan bunga matahari. Berdasarkan data USDA (2021) dan Oil World (2020), luas areal keempat tanaman tersebut menunjukkan pertumbuhan relatif cepat dalam dua dekade terakhir.

Pada periode 2000-2020 luas areal tanaman kedelai meningkat dari 75,5 juta hektare menjadi 127 juta hektare. Luas areal rapeseed juga mengalami pertumbuhan dari 24,7 juta hektare menjadi 35,5 juta hektare. Selanjutnya, tanaman bunga matahari meningkat dari 19,7 juta hektare menjadi 27,6 juta hektare. Adapun luas perkebunan kelapa sawit juga bertambah, namun dengan peningkatan yang tidak sebesar komoditas minyak nabati lain yakni dari 10 juta hektare menjadi 24 juta hektare.

Ekspansi areal keempat tanaman minyak nabati tersebut memperlihatkan bahwa pertambahan luas kedelai lima kali lipat lebih besar apabila dibandingkan dengan kelapa sawit. Sementara ekspansi rapeseed hampir 1,5 kali lipat lebih besar dan ekspansi bunga matahari sekitar 1,2 kali lipat lebih besar apabila dibandingkan dengan ekspansi tanaman kelapa sawit.

PASPI Monitor (2021) dalam jurnal berjudul Industri Minyak Sawit Hemat Deforestasi Dunia? mengatakan bahwa kelapa sawit merupakan tanaman minyak nabati paling efisien dalam penggunaan lahan. Hal tersebut berdasarkan pada perhitungan hasil akhir berupa jumlah minyak nabati yang dihasilkan.

Data produksi minyak nabati dunia pada tahun 2020 memperlihatkan bahwa produksi minyak kedelai mencapai 58,7 juta ton; minyak rapeseed 27,3 juta ton; minyak bunga matahari 21,5 juta ton; dan minyak sawit 83,5 juta ton (USDA, 2021). Jika dibandingkan dengan luas areal masing-masing komoditas maka terlihat ada perbedaan signifikan dalam produktivitas per hektare.

Produktivitas kelapa sawit berupa crude palm oil (CPO) dan crude palm kernel oil (CPKO) tercatat sebesar 4,3 ton per hektare. Sementara itu, produktivitas rapeseed hanya 0,7 ton per hektare; bunga matahari 0,52 ton per hektare; dan kedelai 0,45 ton per hektare. Data tersebut menunjukkan bahwa produktivitas minyak kelapa sawit hampir sepuluh kali lebih tinggi apabila dibandingkan dengan kedelai, delapan kali lebih tinggi dibandingkan bunga matahari, dan enam kali lebih tinggi dibandingkan rapeseed.

Temuan tersebut menegaskan bahwa kelapa sawit merupakan tanaman penghasil minyak nabati yang paling efisien dalam penggunaan lahan. Sebaliknya, kedelai, rapeseed, dan bunga matahari membutuhkan lahan jauh lebih luas untuk menghasilkan volume minyak yang sama.

Efisiensi lahan tersebut juga berarti bahwa keberadaan minyak sawit telah berkontribusi besar dalam menghemat deforestasi global. Besarnya penghematan tersebut dapat dilihat melalui perbandingan dua skenario, yaitu Skenario S0 (Dunia dengan Sawit) dan Skenario S1 (Dunia Tanpa Sawit).

PASPI Monitor (2021) mengatakan bahwa pada Skenario S0 yakni kondisi aktual tahun 2020 tercatat total luas areal keempat tanaman minyak nabati dunia mencapai 214,1 juta hektare dengan produksi minyak nabati sebesar 191 juta ton. Dalam Skenario S1 apabila minyak sawit tidak tersedia maka produksi 191 juta ton minyak nabati harus dipenuhi dari kedelai (54 persen), rapeseed (25 persen), dan bunga matahari (21 persen).

Dalam Skenario S1 tersebut luas kedelai meningkat dari 127 juta hektare menjadi 239 juta hektare; luas rapeseed dari 35,5 juta hektare menjadi 65,5 juta hektare; dan luas bunga matahari dari 27,6 juta hektare menjadi 52,6 juta hektare.

Selisih antara S1 dan S0 menunjukkan tambahan penggunaan lahan sebesar 167 juta hektare yang mencerminkan tambahan deforestasi global jika minyak sawit tidak tersedia. Tambahan lahan tersebut terdiri dari 112 juta hektare untuk kedelai, 30 juta hektare untuk rapeseed, dan 25 juta hektare untuk bunga matahari.

Dengan demikian, ketiadaan minyak sawit akan memaksa negara produsen kedelai, rapeseed, dan bunga matahari untuk melakukan perluasan lahan hingga 167 juta hektare atau dengan kata lain memicu deforestasi dalam skala yang jauh lebih besar apabila dibandingkan dengan mengoptimalkan potensi komoditas kelapa sawit.

Sebaliknya, jika seluruh kebutuhan minyak nabati dunia sebesar 191 juta ton dipenuhi secara total oleh minyak sawit maka luas perkebunan yang dibutuhkan hanya sekitar 45 juta hektare. Alhasil, kehadiran perkebunan kelapa sawit turut berkontribusi terhadap kelestarian dan keberlanjutan lingkungan (PASPI Monitor, 2021).