Peran Strategis Industri Minyak Goreng Sawit Nasional

Minyak goreng sawit merupakan komponen penting dalam mendukung ketahanan pangan sekaligus perekonomian nasional.

Peran Strategis Industri Minyak Goreng Sawit Nasional
Ilustrasi minyak kelapa sawit. Minyak goreng sawit merupakan salah satu komoditas yang bernilai strategis di Indonesia.

Selain sebagai produsen terbesar, Indonesia juga tercatat sebagai konsumen minyak sawit terbesar di dunia (PASPI, 2023). Industri hilir sawit di Indonesia yang paling banyak menggunakan minyak sawit adalah industri pangan. Sebagian besar produk pangan berbasis sawit yang diproduksi di Indonesia berupa minyak goreng sawit. Dengan konsumsi minyak goreng sekitar 20 kilogram/kapita/tahun, Indonesia memerlukan sekitar 5,4 juta kilogram minyak goreng sawit setiap tahun (PASPI, 2023).

PASPI Monitor (2023) dalam jurnal berjudul Kebijakan DMO-DPO dan Alternatif Kebijakan untuk Stabilisasi Migor Domestik mengatakan bahwa minyak goreng sawit merupakan salah satu komoditas yang bernilai strategis di Indonesia. Ketersediaan minyak goreng secara tepat waktu, tempat, dan harga yang terjangkau turut berdampak pada stabilitas ekonomi nasional.

Minyak goreng sawit termasuk salah satu dari sembilan kebutuhan pokok (sembako) yang memiliki peran cukup penting. Minyak goreng sawit dikonsumsi oleh sekitar 278 juta penduduk Indonesia. Selain untuk kebutuhan rumah tangga, minyak goreng sawit memegang peranan penting dalam aktivitas ekonomi sektor UMKM khususnya pedagang makanan, horeka (hotel, restoran, dan kafe), serta industri makanan dan minuman lain.

Kebiasaan konsumsi masyarakat Indonesia yang cenderung menyukai makanan yang digoreng (deep fried) menjadi salah satu faktor utama yang mendorong besarnya pasar minyak goreng di Indonesia, selain pertumbuhan populasi dan peningkatan daya beli masyarakat. Hal tersebut menegaskan bahwa minyak goreng sawit merupakan komponen penting dalam mendukung ketahanan pangan sekaligus perekonomian nasional.

Produksi dan konsumsi minyak goreng sawit mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Peningkatan tersebut sejalan dengan pertumbuhan jumlah penduduk, perkembangan pabrik dan industri makanan, serta peningkatan konsumsi masyarakat terhadap minyak goreng (PASPI, 2023).

Jumlah industri minyak goreng sawit di Indonesia tercatat sebanyak 104 pabrik dan 137 pabrik repacker (Kemenperin, 2022). Total kapasitas produksi minyak goreng sawit nasional mencapai 43,36 juta kiloliter. Adapun, realisasi produksi minyak goreng sawit domestik baru mencapai sekitar 50 persen dari kapasitas terpasang, yaitu sebesar 22,4 juta kiloliter. Dengan kapasitas dan tingkat produksi tersebut, kebutuhan minyak goreng sawit dalam negeri dapat terpenuhi secara memadai.

Perkembangan industri minyak goreng di Indonesia menunjukkan tren pertumbuhan positif dengan rata-rata pertumbuhan produksi sebesar 10,1 persen per tahun dan rata-rata pertumbuhan konsumsi sebesar 7,5 persen per tahun. Pada tahun 1998, total produksi minyak goreng Indonesia tercatat sebesar 5,9 juta ton, sedangkan pada tahun 2008 meningkat hingga 15,5 juta ton (PASPI, 2022).

Secara historis, minyak goreng kelapa sawit telah mendominasi pangsa konsumsi minyak goreng nasional sejak tahun 1970. Sebelumnya, industri minyak goreng nasional didominasi oleh minyak goreng kelapa (coconut oil). Pergeseran dominasi tersebut disebabkan oleh karakteristik minyak sawit mentah yang relatif lebih mudah dibudidayakan. Pembudidayaan tanaman kelapa sawit tidak bergantung pada musim tertentu, lebih tahan terhadap serangan hama, serta dapat dikembangkan ke dalam skala besar sehingga mampu mencapai skala ekonomi yang lebih efisien.

PASPI (2023) mencatat bahwa minyak goreng sawit memiliki sejumlah keunggulan, antara lain

1. merupakan sumber energi yang relatif murah, mudah dicerna dan diserap tubuh, meningkatkan cita rasa (palatabilitas), serta mengandung zat gizi esensial;
2. memiliki komposisi asam lemak yang seimbang;
3. dalam proses produksinya tidak melalui tahapan hidrogenasi sehingga tidak menghasilkan asam lemak trans;
4. mengandung senyawa anti-kanker yang tinggi, yakni vitamin A (beta-karoten), vitamin E, serta asam lemak esensial.

Selain itu, minyak goreng sawit merupakan minyak goreng terbaik yang dapat digunakan dalam berbagai metode pengolahan makanan, khususnya pada proses menggoreng (deep frying) maupun menumis (sautéing). Keunggulan tersebut didasarkan pada karakteristik fisik dan kimiawi yang dimiliki oleh minyak goreng sawit (Hariyadi, 2010; MPOC, 2018).

Secara kimia, minyak goreng sawit memiliki tingkat stabilitas oksidatif yang relatif tinggi. Kondisi ini menjadikan minyak sawit lebih tahan terhadap proses oksidasi yang biasanya menyebabkan penurunan kualitas minyak. Stabilitas tersebut semakin diperkuat oleh kemampuannya untuk tetap stabil pada temperatur tinggi sehingga sangat sesuai untuk proses memasak yang membutuhkan panas tinggi dalam durasi tertentu (PASPI, 2023).

Dari aspek daya simpan, minyak goreng sawit memiliki ketahanan yang lebih baik dibandingkan minyak goreng lain. Sifatnya yang tidak mudah tengik membuat minyak ini lebih awet dalam penyimpanan, baik untuk kebutuhan rumah tangga, sektor UMKM, maupun industri makanan skala besar (PASPI, 2023). 

Keunggulan lain terletak penyerapan minyak rendah pada makanan, tidak berbau, dan beraroma netral. Keunggulan-keunggulan tersebut tidak hanya memosisikan minyak goreng sawit sebagai bahan pangan strategis di Indonesia, tetapi juga memiliki nilai kompetitif tinggi dalam industri minyak goreng global. Hariyadi (2014) menjuluki minyak goreng sawit sebagai the gold standard in frying.