Konsumen Minyak Sawit Terbesar Dunia, Begini Peran Minyak Sawit bagi India
Bagi India, impor minyak sawit bukan sekadar memenuhi kebutuhan konsumsi minyak nabati domestik tetapi juga menolong penduduk miskin serta memberikan manfaat ekonomi lain.

Minyak sawit merupakan salah satu dari sekitar 17 jenis sumber minyak nabati global. Meskipun minyak sawit hanya dihasilkan dari negara-negara tropis seperti Indonesia, namun manfaatnya dinikmati oleh seluruh masyarakat dunia, termasuk masyarakat India.
Minyak sawit merupakan anugerah dari Tuhan YME untuk masyarakat dunia yang disalurkan melalui perdagangan internasional yang juga menciptakan dan membagi berbagai manfaat bagi masyarakat dunia (PASPI, 2024).
PASPI (2024) dalam jurnal berjudul Minyak Sawit untuk India: Menghemat Devisa Impor dan Pro-poor mengatakan, India merupakan salah satu negara yang mengonsumsi minyak sawit dengan volume cukup besar dalam konsumsi minyak nabati domestik. Bagi India, impor minyak sawit bukan sekadar memenuhi kebutuhan konsumsi minyak nabati domestik. Lebih dari sekadar konsumsi, pilihan impor minyak sawit selain menghemat devisa impor minyak nabati juga menolong penduduk miskin serta memberikan manfaat ekonomi lain.
Berdasarkan data USDA (2024), India memerlukan sekitar 25-27 juta ton minyak nabati setiap tahun. Pola konsumsi minyak nabati India terdiri atas minyak sawit (33 persen), minyak kedelai (24 persen), minyak mustar (16 persen), dan minyak bunga matahari (delapan persen) (Mehta, 2023). Hal yang sama juga diungkapkan oleh USDA (2024), di mana minyak sawit menjadi minyak nabati penting dalam konsumsi minyak nabati India.
Pangsa konsumsi minyak sawit tahun 2023 mencapai 46 persen, kemudian diikuti minyak kedelai (24 persen), minyak rapeseed (19 persen), dan minyak bunga matahari (11 persen).
Selain bersumber dari produksi domestik, India melakukan impor untuk memenuhi kebutuhan konsumsi minyak nabati dalam negeri. Dalam 10 tahun terakhir, India mengimpor minyak nabati sekitar 55-77 persen atau rata-rata 60 persen dari kebutuhan minyak nabati domestik. Misalnya pada tahun 2022, impor minyak nabati India mencapai sekitar 15 juta ton, di mana sekitar 62 persen adalah impor minyak sawit dan sisanya impor minyak nabati lainnya seperti minyak kedelai, minyak rapeseed, dan minyak bunga matahari.
Konsumen utama minyak sawit India adalah sektor horeca (hotel, restaurant, catering) dengan pangsa sekitar 33 persen. Kemudian diikuti oleh sektor rumah tangga (18 persen), industri bakery dan vanaspati (18 persen), industri biskuit dan frying (18 persen), dan industri nonpangan (13 persen).
Dijelaskan PASPI (2024) dalam jurnal berjudul Minyak Sawit untuk India: Menghemat Devisa Impor dan Pro-poor, ada beberapa alasan mengapa India memilih untuk mengimpor minyak sawit yang lebih besar dibandingkan minyak nabati lain.
Pertama, minyak sawit merupakan minyak nabati dengan harga yang paling kompetitif (relatif lebih murah) dibandingkan minyak nabati lainnya. Pada tahun 2022, rata-rata harga CPO dunia (CIF Rotterdam) mencapai US$1.347 per ton. Jika dibandingkan minyak sawit, harga minyak nabati lainnya relatif lebih tinggi, misalnya minyak kedelai (US$1.667 per ton), minyak rapeseed (US$1.757 per ton), dan minyak bunga matahari (US$1.651 per ton).
Selisih harga minyak sawit dengan minyak nabati lain mencapai US$300-400 per ton. Volume impor minyak nabati India pada tahun 2022 mencapai 15 juta ton, di mana sekitar 9,3 juta ton adalah impor minyak sawit dan sisanya impor minyak nabati lainnya (5,7 juta ton).
Dengan volume impor minyak nabati yang demikian, besarnya devisa yang dihabiskan India untuk mengimpor minyak nabati sekitar US$22 miliar. Seandainya jika India tidak mengimpor minyak sawit dan hanya mengimpor minyak nabati non-sawit maka devisa yang dikeluarkan India untuk mengimpor minyak nabati mencapai US$25 miliar. Artinya, keputusan India untuk mengimpor minyak sawit dapat menghemat devisa impor minyak nabati sekitar US$3 miliar. Semakin besar pangsa minyak sawit dalam impor minyak nabati India maka akan semakin memperbesar penghematan devisa (PASPI, 2024).
Kedua, impor minyak sawit juga menghemat pengeluaran penduduk dalam konsumsi minyak nabati. Pada level retailer, perbedaan harga minyak goreng sawit dengan minyak nabati lainnya mencapai sekitar US$0,40-1,30 atau rata-rata sekitar US$1,00 per liter. Dengan konsumsi minyak sawit India sebesar 8 juta ton per tahun, berarti konsumen minyak nabati India memperoleh penghematan pengeluaran untuk minyak nabati sekitar US$8 miliar per tahun.
Semakin besar pangsa minyak sawit dalam konsumsi minyak nabati India maka semakin besar penghematan pengeluaran masyarakat India untuk konsumsi minyak nabati (PASPI, 2024).
Ketiga, minyak sawit minyak nabati pro-poor. Sampai pada tahun 2019, jumlah penduduk miskin yakni dengan pendapatan kurang dari US$1,9 per hari per orang di India masih mencapai sekitar 10,2 persen dari penduduk India. Salah satu upaya untuk membantu masyarakat miskin adalah menyediakan bahan pangan yang cukup (availability) dengan harga terjangkau (affordability).
Dengan harga yang paling kompetitif (relatif murah) menjadikan minyak sawit sebagai minyak nabati yang mudah dijangkau oleh penduduk miskin atau pro-poor (PASPI, 2023; PASPI Monitor, 2021d).
Sejauh ini harga minyak sawit selalu jauh lebih murah dari harga minyak kedelai, minyak rapeseed, dan minyak bunga matahari. Disparitas harga minyak sawit dengan tiga minyak nabati lainnya di pasar dunia berkisar antara US$100-200 per ton (PASPI Monitor, 2021c).
Kondisi ini menguntungkan bagi masyarakat miskin dunia. Dengan pendapatan nominal yang tetap, volume minyak sawit yang dapat dikonsumsi masyarakat miskin menjadi lebih banyak atau dengan harga minyak sawit yang lebih murah maka alokasi anggaran penduduk miskin untuk konsumsi minyak sawit menjadi relatif sedikit sehingga tersedia anggaran yang lebih besar untuk memenuhi kebutuhan lain (PASPI, 2024).