Mengenal Dimensi Manfaat Ekonomi Kelapa Sawit yang Berkelanjutan

Perkebunan kelapa sawit mendorong perkembangan sektor ekonomi lain di kawasan pedesaan dan menciptakan pusat pertumbuhan ekonomi baru.

Mengenal Dimensi Manfaat Ekonomi Kelapa Sawit yang Berkelanjutan
Ilustrasi seorang pekerja di perkebunan kelapa sawit. Perkebunan kelapa sawit memiliki peran penting sebagai lokomotif perekonomian yang dinikmati secara inklusif oleh masyarakat.

Dalam dimensi keberlanjutan ekonomi (economic sustainability), inklusivitas merupakan konsep fundamental dalam mewujudkan pembangunan masyarakat yang adil dan sejahtera. Inklusivitas ekonomi bertujuan untuk memastikan akses, kesempatan, dan manfaat ekonomi yang berkeadilan bagi seluruh lapisan masyarakat, baik pada tingkat lokal, nasional, hingga global.

PASPI Monitor (2024) dalam jurnal berjudul Manfaat Ekonomi Inklusif Sawit mengatakan bahwa perkebunan kelapa sawit memiliki peran penting sebagai lokomotif perekonomian yang menciptakan pendapatan serta memberikan manfaat ekonomi yang dinikmati secara inklusif oleh masyarakat, baik pada tingkat lokal, nasional, maupun global. Selain itu, perkebunan kelapa sawit menarik perkembangan sektor ekonomi lain di kawasan pedesaan dan menciptakan pusat pertumbuhan ekonomi baru.

Berikut ini ulasan mengenai manfaat ekonomi perkebunan kelapa sawit pada tingkat lokal, nasional, hingga global yang dirangkum dari jurnal PASPI (2024).

Tingkat Lokal. Pada tingkat lokal, perkebunan kelapa sawit menjadi sumber pendapatan bagi petani maupun karyawan perusahaan perkebunan. Bagi petani, budidaya kelapa sawit dinilai sangat menguntungkan karena mampu memberikan pendapatan yang lebih tinggi, lebih stabil, dan lebih berkelanjutan apabila dibandingkan komoditas pertanian lain.

Perkebunan kelapa sawit juga menciptakan multiplier effect yang berperan sebagai lokomotif perekonomian karena mampu menarik pertumbuhan sektor-sektor ekonomi lain di kawasan pedesaan. Seiring dengan perkembangan perkebunan kelapa sawit, para pelaku UMKM di kawasan pedesaan turut mengalami pertumbuhan. Studi PASPI (2017) mengungkapkan, pusat-pusat pertumbuhan baru berbasis perkebunan kelapa sawit telah berkembang dari Aceh sampai Papua.

Perkebunan kelapa sawit memberikan dampak positif terhadap perekonomian masyarakat desa non-sawit. Hal tersebut menunjukkan peran perkebunan kelapa sawit dalam mengubah desa yang sebelumnya digolongkan sebagai daerah pelosok, pinggiran, tertinggal, dan degraded land menjadi pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru. Berbagai studi empiris membuktikan bahwa perekonomian daerah sentra kelapa sawit tumbuh lebih tinggi dan cepat apabila dibandingkan dengan daerah non-sawit.

Hasil studi PASPI (2014) dan Hariyanti et.al. (2022) menunjukkan, pertumbuhan produksi minyak sawit (CPO) berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan produk domestik regional bruto (PDRB) daerah-daerah sentra sawit. Pertumbuhan ekonomi daerah bahkan sangat responsif terhadap peningkatan produksi minyak sawit. Peningkatan produksi minyak sawit menarik pertumbuhan ekonomi daerah yang lebih tinggi.

Tingkat Nasional. Pada level nasional perkebunan kelapa sawit dan industri turunan berkontribusi besar terhadap pendapatan domestik bruto (PDB) nasional. Kontribusi industri sawit terhadap PDB nasional terus menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun (Rifin, 2010; PASPI, 2014; Kasryno, 2015).

Kontribusi industri sawit dalam PDB dapat dilihat dari kontribusi perkebunan kelapa sawit serta industri minyak dan lemak. Berdasarkan data Input-Output, pertumbuhan nilai output perkebunan kelapa sawit di Indonesia menunjukkan peningkatan yang relatif cepat, yakni dari Rp5 triliun pada tahun 2000 menjadi Rp367 triliun pada tahun 2021. Kemudian industri minyak dan lemak mengalami peningkatan nilai output dari Rp48 triliun menjadi Rp752 triliun pada periode yang sama.

Secara keseluruhan, nilai output industri kelapa sawit mengalami pertumbuhan signifikan dari Rp54 triliun menjadi Rp1.119 triliun atau meningkat lebih dari 20 kali lipat selama periode tahun 2000-2021.

Selain itu, nilai tambah industri kelapa sawit pada periode 2000–2021 menunjukkan tren peningkatan signifikan. Nilai tambah dari sektor perkebunan kelapa sawit meningkat dari Rp4 triliun menjadi Rp270 triliun. Sementara itu, industri minyak dan lemak mencatat peningkatan nilai tambah dari Rp19 triliun menjadi Rp240 triliun. Dengan demikian, total nilai tambah industri kelapa sawit secara keseluruhan meningkat dari Rp23 triliun menjadi Rp510 triliun selama periode tersebut.

Tingkat Global. Pada tingkat global, nilai ekonomi yang dihasilkan oleh perkebunan kelapa sawit tidak hanya dinikmati oleh masyarakat Indonesia sebagai negara produsen, tetapi juga oleh masyarakat negara importir.

Studi European Economics (2014) menunjukkan bahwa penerimaan pajak pemerintah (government tax revenue) yang diperoleh oleh negara-negara anggota Uni Eropa dari kegiatan impor dan hilirisasi minyak sawit mencapai €2,6 miliar. Besaran penerimaan pajak tersebut bervariasi di setiap negara, dipengaruhi oleh volume impor dan tingkat intensitas hilirisasi minyak sawit di negara bersangkutan. Lima negara dengan penerimaan pajak terbesar dari kegiatan tersebut adalah Italia (19 persen), Spanyol (8 persen), Jerman (7 persen), Inggris (7 persen), dan Prancis (6 persen).

Selain penerimaan pajak pemerintah, kegiatan hilirisasi sawit di negara importir menciptakan berbagai manfaat ekonomi. Pendalaman dan perluasan hilirisasi sawit di negara importir menciptakan manfaat langsung (direct impact) dan manfaat tidak langsung (indirect impact) bagi sektor ekonomi secara keseluruhan.

Studi European Economics (2016) melaporkan terdapat 15 sektor penting yang ikut berkembang dari hilirisasi sawit di negara importir sawit. Sektor-sektor tersebut antara lain meliputi sektor pangan, pertanian, perhotelan dan restoran, tekstil, konstruksi, administrasi publik dan jaminan sosial, perdagangan, kesehatan, pengolahan kayu, industri kimia dan produk kimia, jasa personal, pendidikan, serta industri pengolahan pulp dan kertas.

Shigetomi et.al. (2020) mengonfirmasi bahwa banyak sektor ekonomi global yang terlibat dalam rantai pasok (supply chain) minyak sawit. Sektor-sektor tersebut mencakup industri makanan, minuman, dan tembakau; industri kimia dan produk kimia; industri konstruksi; industri tekstil, produk pakaian, dan produk kulit; industri berbasis minyak bumi; hingga jasa kesehatan masyarakat dan pekerjaan sosial.