Kelapa Sawit Jadi Solusi Bahan Baku Pakan Global

Perkebunan kelapa sawit melalui pemanfaatan produk samping memberi solusi sebagai bahan baku industri pakan ternak.

Kelapa Sawit Jadi Solusi Bahan Baku Pakan Global

Industri pakan konsentrat ternak global menunjukkan peningkatan produksi dari tahun ke tahun seiring dengan kenaikan konsumsi produk ternak. Tiga negara produsen utama pakan konsentrat ternak dunia adalah Uni Eropa (UE) dengan pangsa 24 persen, disusul China sebesar 18 persen, dan Amerika Serikat sebesar 16 persen (FEFAC, 2018).

Di kawasan Uni Eropa, produksi pakan ternak terus bertumbuh dari sekitar 189 juta ton pada tahun 2010 menjadi 250 juta ton pada tahun 2017. Peningkatan tersebut berimplikasi langsung terhadap kenaikan kebutuhan pasokan bahan baku pakan (feedstuff). Pada periode tahun 2009-2017, tiga komponen bahan baku utama pakan ternak UE adalah serealia dengan pangsa 50 persen, oil cake and meal sebesar 26 persen, co-product industri pangan dan bioethanol sebesar 12 persen, serta bahan pakan lain sebesar 1,4 persen.

Akan tetapi sejak tahun 2017, komposisi tersebut mengalami pergeseran dengan grain menjadi bahan baku utama sebesar 71 persen dan oil meal sebesar 24 persen (Rabo Bank, 2017). Grain yang dimaksud mencakup wheat (32 persen), corn (30 persen), barley (25 persen), dan other grains (13 persen).

Sementara itu, komponen oil meal terdiri atas soybean meal (31,6 persen), rapeseed meal (13 persen), sunseed meal (7,5 persen), dan palm kernel meal (2,6 persen). Dominasi serealia dan grain dalam struktur bahan baku pakan ternak UE menunjukkan potensi munculnya dilema food-feed-fuel di sektor tersebut.

Salah satu alternatif bahan baku bagi industri pakan ternak adalah pemanfaatan produk samping (by-product) dari industri kelapa sawit seperti palm kernel meal (PKM), palm oil mill effluent (POME), palm press fibre (PPF), dan oil palm fronds (OPF). Sejumlah kajian menunjukkan bahwa pemanfaatan by-product sawit layak digunakan baik dari aspek nutrisi maupun finansial (Aspar, 2001; Boateng et al., 2008; Zahari et al., 2011; Abdeltawab et al., 2018).

PASPI Monitor (2021) dalam jurnal berjudul Kebun Sawit Feeding Ternak Eropa mengatakan bahwa perkebunan kelapa sawit melalui pemanfaatan produk samping memberi solusi sebagai bahan baku industri pakan ternak. Saat ini PKM telah dikenal luas dan diperdagangkan secara internasional sebagai bahan pakan ternak. Sebagai produsen sawit terbesar di dunia, Indonesia dan Malaysia merupakan eksportir PKM terbesar dengan volume ekspor yang meningkat setiap tahun.

Secara global, ekspor PKM meningkat dari sekitar 3,7 juta ton pada tahun 2005 menjadi 7,6 juta ton pada 2020. Indonesia menyumbang 50-56 persen dari total ekspor tersebut. Negara-negara importir utama PKM meliputi Uni Eropa, Selandia Baru, China, dan Korea Selatan dengan perubahan pangsa impor yang cukup signifikan pada periode tahun 2008-2020.

Pangsa impor UE menurun dari 56 persen pada tahun 2008 menjadi 24 persen pada 2020. Sebaliknya, pangsa impor Selandia Baru meningkat dari 15 persen menjadi 24 persen dan China dari lima persen menjadi 10 persen. Meskipun pangsanya menurun, UE tetap menjadi salah satu importir terbesar PKM dunia bersama Selandia Baru.

Selain aspek nutrisi dan harga yang kompetitif, PKM memiliki keunggulan tambahan di mata negara konsumen karena tidak terpapar isu genetic modified organism (GMO) serta bebas dari deforestasi tidak langsung mengingat produk ini merupakan by-product industri kelapa sawit.

Jadi selain menghasilkan produk minyak sawit untuk kebutuhan pangan (feeding) maupun biodiesel (biofuel), perkebunan kelapa sawit juga berkontribusi besar terhadap industri pakan global.