Kawasan ASEAN Sebagai Pusat Minyak Sawit Dunia

Kawasan ASEAN memiliki peran signifikan dalam industri minyak sawit global.

Kawasan ASEAN Sebagai Pusat Minyak Sawit Dunia
Ilustrasi pabrik minyak sawit di Indonesia. Kawasan ASEAN berperan sebagai produsen utama sekaligus salah satu kawasan konsumen minyak sawit tertinggi di dunia.

Indonesia bersama dengan dua negara lain dari kawasan Asia Tenggara yakni Malaysia dan Thailand menduduki posisi tiga besar sebagai negara dengan produksi minyak sawit (crude palm oil/CPO) terbesar di dunia. Berdasarkan data USDA (2025), total produksi CPO dari ketiga negara tersebut mencapai 68,7 juta ton pada periode 2024/2025 atau setara dengan 87 persen dari total produksi CPO global.

PASPI Monitor (2022) dalam jurnal berjudul Kawasan Asia sebagai Pusat Pertumbuhan Konsumsi Minyak Sawit Dunia mengatakan, kawasan ASEAN memiliki peran signifikan dalam industri minyak sawit global. Selain berperan sebagai produsen utama, kawasan ASEAN juga merupakan salah satu wilayah dengan tingkat konsumsi minyak sawit tertinggi di dunia.

Berikut ini ulasan mengenai peran dan posisi kawasan ASEAN sebagai pusat produksi sekaligus konsumsi minyak sawit dunia yang dirangkum dari jurnal PASPI (2022).

Sentra Produksi CPO Global. Selama periode 2010–2021, produksi minyak sawit dunia mengalami peningkatan signifikan, yakni dari 49 juta ton pada tahun 2010 menjadi sekitar 75 juta ton pada tahun 2021. Dengan demikian, dalam kurun waktu tersebut telah terjadi penambahan produksi sekitar 27 juta ton atau setara dengan rata-rata 2,7 juta ton per tahun (PASPI, 2022).

Sekitar 87-89 persen dari total produksi minyak sawit dunia pada periode 2010-2021 dihasilkan di kawasan Asia Tenggara yang tergabung dalam Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara atau Association of Southeast Asian Nations (ASEAN). Empat negara utama produsen minyak sawit di kawasan tersebut adalah Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Filipina.

Selain berperan di dalam ASEAN, negara-negara produsen minyak sawit di kawasan Asia Tenggara tersebut juga menjadi anggota dalam organisasi lain, seperti ASEAN Free Trade Area (AFTA) dan Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC). Secara kolektif, keanggotaan ini memperkuat peran strategis kawasan dalam penyediaan minyak nabati, baik untuk memenuhi kebutuhan regional maupun global.

ASEAN sebagai produsen terbesar minyak sawit sekaligus minyak nabati di dunia memiliki peran strategis tidak hanya dalam pemenuhan kebutuhan oleofood complex global, tetapi juga dalam oleochemical complex dan bioenergy/biofuel complex dunia. Minyak sawit yang dihasilkan oleh negara-negara ASEAN menjadi penopang utama berbagai sektor ekonomi di banyak negara. Hal tersebut mengingat tingginya ketergantungan industri global terhadap pasokan minyak sawit dari kawasan ini (Shigetomi et.al., 2020).

Kawasan Konsumsi Minyak Sawit Dunia. Selain menjadi pusat produksi minyak sawit di dunia, kawasan ASEAN juga berperan sebagai konsumen utama minyak sawit global (PASPI, 2022). Kawasan ini mencatat konsumsi sekitar 30 persen dari total konsumsi minyak sawit global.

Pangsa konsumsi minyak sawit di ASEAN menunjukkan pertumbuhan pesat. Pada tahun 2010, pangsa konsumsi kawasan ini tercatat sekitar 26 persen dari total konsumsi minyak sawit dunia, kemudian meningkat menjadi sekitar 33 persen pada tahun 2021. Peningkatan konsumsi tersebut membuktikan bahwa kawasan ASEAN tidak terlalu bergantung pada pasar di luar wilayah. Pertumbuhan ini mencerminkan peningkatan kemandirian ASEAN sebagai produsen sekaligus konsumen utama minyak sawit global.

Secara umum, peningkatan pendapatan masyarakat baik dari kelompok berpendapatan rendah menuju menengah maupun dari kelompok menengah menuju tinggi cenderung diikuti oleh peningkatan konsumsi minyak sawit, baik dalam bentuk produk oleofood, oleokimia, maupun biofuel atau bioenergi (Kojima et.al., 2016; Parcell et.al., 2018).

Kondisi tersebut menunjukkan bahwa pasar minyak sawit di kawasan Asia Tenggara akan mengalami pertumbuhan yang pesat apabila dibandingkan periode sebelumnya. Pertumbuhan tersebut didorong oleh beberapa faktor, antara lain peningkatan jumlah penduduk, perubahan struktur demografis, serta pertumbuhan ekonomi kawasan (PASPI, 2022).

Apabila dibandingkan dengan Uni Eropa yang hanya mengonsumsi sekitar 10 persen dari total konsumsi minyak sawit dunia maka terlihat bahwa pasar ASEAN memiliki kapasitas jauh lebih besar yakni mencapai sekitar tiga kali lipat dari pasar Uni Eropa. Hal tersebut membuktikan bahwa potensi pasar domestik ASEAN sangat besar (PASPI, 2022).