Kunjungan Dubes Eropa ke Kebun Sawit Buktikan RI Transfaran

BADAN Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) menilai kunjungan delegasi negara Uni Eropa ke Jambi menunjukkan bahwa Indonesia memiliki komitmen kuat dalam menjalankan prinsip keberlanjutan (sustainability). Kunjungan tersebut memperlihatkan bahwa industri sawit Indonesia sangat terbuka dan tata kelolanya tidak ditutup-tutupi. “Kita ini kurang transparan apa.

Kunjungan Dubes Eropa ke Kebun Sawit Buktikan RI Transfaran
BADAN Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) menilai kunjungan delegasi negara Uni Eropa ke Jambi menunjukkan bahwa Indonesia memiliki komitmen kuat dalam menjalankan prinsip keberlanjutan (sustainability). Kunjungan tersebut memperlihatkan bahwa industri sawit Indonesia sangat terbuka dan tata kelolanya tidak ditutup-tutupi. “Kita ini kurang transparan apa. Mereka (delegasi Uni Eropa) difasilitasi untuk melihat langsung perkebunan sawit. Ibaratnya mereka melihat dapur sawit kita. Kunjungan ini juga memberikan kesempatan kepada delegasi untuk melihat langsung kelapa sawit karena mereka belum tentu pernah melihat sawit,” ungkap Direktur Utama BPDPKS Dono Boestami saat berbincang dengan awak Media (15/4/2018). Pada 15 April 2018, sejumlah duta besar dari negara Uni Eropa berkunjung ke Jambi untuk melihat langsung perkebunan kelapa sawit. Delegasi UE dipimpin oleh Duta Besar UE untuk Indonesia dan Brunei Darussalam Vincent Guerend dan disertai Duta Besar Austria untuk Indonesia Helene Steinhausl, Duta Besar Irlandia untuk Indonesia Kyle OSullivan, Duta Besar Polandia untuk Indonesia Beata Stoczyska, dan Duta Besar Swedia untuk Indonesia Johanna Brismar-Skoog. Datang pula bersama rombongan, Climate Change and Environment Counsellor UE Michael Bucki, Senior Advisor Kedutaan Besar Denmark Per Rasmussen, Head of Division Science and Technology Kedutaan Besar Jerman Edmond Svann-Marie Langguth, Head of the Economic Department Kedutaan Besar Belanda Siebe K Schuur, dan UK Lead Forestry Adviser Kedutaan Besar Inggris Paul Eastwood. Dono menjelaskan, Eropa merupakan rekanan sawit yang penting bagi Indonesia karena menempati konsumen ketiga terbesar setelah India dan Tiongkok. Sementara itu, Uni Eropa juga tetap memerlukan Indonesia sebagai mitra bisnis di kawasan Asia Tenggara. Karena itu, pemboikotan terhadap produk kelapa sawit dan turunannya oleh Uni Eropa bukan tindakan yang saling menguntungkan. “Di sinilah perlunya mutual understanding dan mutual respect. Karena sawit menjadi dasar penting bagi kita. Boikot belum tentu menguntungkan salah satu pihak. Bisa-bisa keduanya rugi,” tegas Dono. ***