Kandungan Vitamin A dan E pada Minyak Sawit Dapat Mencegah Stunting
Kelapa sawit merupakan sumber makanan yang kaya dengan vitamin A dan E dan bisa menjadi solusi bagi persoalan stunting.

Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi di bawah lima tahun akibat kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya). Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal setelah bayi lahir, akan tetapi kondisi stunting baru tampak setelah bayi berusia dua tahun (Kementerian Kesehatan, 2021).
Pendataan Keluarga tahun 2021 oleh Kementerian Kesehatan telah mencatat, terdapat sebanyak 68.982.009 keluarga Indonesia (tidak termasuk Kabupaten Intan Jaya, Papua).
Selanjutnya, dari jumlah keluarga tersebut telah dipetakan sebanyak 40.159.115 keluarga sasaran dan terdapat 22.587.718 yang merupakan keluarga berisiko stunting atau 56,25% dari keluarga sasaran merupakan keluarga berisiko stunting (memiliki sasaran stunting seperti PUS, PUS hamil, keluarga memiliki anak usia 0-23 bulan dan keluarga memiliki anak 24-59 bulan).
Lebih lanjut dijelaskan Kemenkes (2022), dampak jangka pendek dari stunting adalah terganggunya perkembangan otak, kecerdasan, gangguan pada pertumbuhan fisik, serta gangguan metabolisme. Selain tubuh yang berperawakan pendek dari anak seusianya, ada juga ciri-ciri lain di antaranya pertumbuhan melambat, wajah tampak lebih muda dari anak seusianya, pertumbuhan gigi terlambat, performa buruk pada kemampuan fokus dan memori belajar, hingga mudah terserang berbagai penyakit infeksi.
Sementara itu, dampak jangka panjang dari stunting yang tidak ditangani dengan baik sedini mungkin yaitu penurunan kemampuan perkembangan kognitif otak anak, kekebalan tubuh lemah sehingga mudah sakit, risiko tinggi muncuinya penyakit metabolik seperti kegemukan, dapat menyebabkan penyakit jantung, penyakit pembuluh darah, hingga kesulitan belajar.
Menurut Bappenas (2013), stunting pada anak disebabkan oleh banyak faktor, yang terdiri dari faktor langsung maupun tidak langsung. Adapun faktor-faktor penyebab stunting yakni kurangnya asupan gizi balita, adanya penyakit infeksi, nutrisi ibu hamil yang buruk, faktor genetik, tidak menerapkan ASI ekslusif dan penghentian dini konsumsi ASI, faktor sosial ekonomi, faktor lingkungan, dan berbagai lainnya.
Oleh karena itu, penting bagi orang tua dan masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan tentang stunting dan upaya pencegahannya. Dengan menerapkan gaya hidup sehat, memberikan asupan gizi yang cukup, dan menciptakan lingkungan yang sehat, stunting pada anak dapat dicegah dengan baik.
PASPI (2025) dalam laman berjudul Stunting: Penyebab, Dampak, dan Cara Mencegahnya memaparkan, untuk mengatasi masalah stunting, diperlukan strategi pencegahan dan penanganan yang tepat. Berikut adalah beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk mencegah dan menanggulangi perawakan pendek pada anak usia 6-59 bulan:
a. Peningkatan Kecukupan Gizi
Peningkatan gizi adalah strategi utama dalam pencegahan dan penanganan stunting. Anak-anak yang mengalami stunting biasanya kekurangan gizi, terutama gizi mikro seperti vitamin A, zat besi, dan yodium. Sehingga peningkatan asupan gizi melalui makanan yang seimbang dan bergizi sangat penting.
Selain itu, pemberian suplemen gizi juga dapat membantu mencegah dan menanggulangi stunting.
b. Peningkatan Kesehatan Lingkungan
Kesehatan lingkungan yang buruk dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Oleh karena itu, peningkatan kesehatan lingkungan juga merupakan strategi penting dalam pencegahan dan penanganan stunting.
c. Pendidikan dan Penyuluhan
Orang tua dan masyarakat perlu diberikan edukasi tentang pentingnya gizi dan kesehatan lingkungan yang baik untuk pertumbuhan anak.
d. Pemantauan Pertumbuhan Anak
Dengan memantau pertumbuhan anak, dapat segera diketahui jika ada anak yang mengalami masalah perawakan pendek dan dapat segera dilakukan tindakan yang tepat. Pemantauan pertumbuhan anak dapat dilakukan melalui posyandu atau puskesmas.
Kita semua tahu bahwa stunting adalah masalah serius yang mempengaruhi pertumbuhan fisik dan kognitif anak-anak. Namun, apakah Anda tahu bahwa vitamin dalam sawit dapat menjadi solusi untuk mengatasi stunting?
Sawit adalah sumber makanan yang kaya akan vitamin A dan E. Vitamin A diperlukan untuk pertumbuhan tulang dan penglihatan yang sehat, sedangkan vitamin E membantu memperkuat sistem kekebalan tubuh. Kedua vitamin ini sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh anak-anak.
Oleh karena itu, mengonsumsi makanan yang kaya akan vitamin A dan E, seperti minyak kelapa sawit, dapat membantu mencegah stunting pada anak-anak. Selain itu, minyak kelapa sawit, khususnya minyak sawit merah juga mengandung karotenoid, yaitu senyawa yang dapat diubah menjadi vitamin A oleh tubuh.
Karotenoid merupakan senyawa yang sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan anak-anak. Oleh karena itu, mengonsumsi minyak kelapa sawit dapat membantu meningkatkan asupan vitamin A dan mencegah stunting pada anak-anak (PASPI, 2025).
Vitamin A dari minyak sawit juga bermanfaat bagi pencegahan penyakit kanker/tumor, menghambat pembengkakan hati, peningkatan imunitas tubuh, penurunan kolesterol, fungsionalitas mental, pencegahan penyakit jantung koroner dan pembuluh darah, dan lain- lain. (Oey et.al., 1967; Karyadi et.al., 1968; Muhilal et.al., 1991; Carlier et.al., 1993; Richard, 1993; Choo, 1994; Ooi et.al., 1994; Nagendran et.al., 2000; Van Stuijvenberg dan Benade, 2000; Canfield et.al., 2001; Oguntibeju et.al., 2009; Rice dan Burns, 2010; Sandjaja et.al., 2014).
Minyak sawit yang memiliki vitamin A juga bermanfaat untuk mengatasi berbagai penyakit akibat defisiensi vitamin A seperti kebutaan, xeroftalmia, dan hemerolopi. Hasil penelitian Departemen Kesehatan RI tahun 1963-1965 mengungkapkan bahwa penggunaan Red Palm Oil (RPO) dapat meningkatkan status vitamin A yakni dilihat dari kenaikan vitamin A dalam serum anak-anak (Oey et.al., 1967).
Kemudian hasil penelitian Puslitbang Gizi Bogor (Muhilal et.al., 1991) mengungkapkan bahwa minyak sawit dapat menyembuhkan penderita xeroftalmia yang berupa hemerolopi (buta senja).