BPDP Ajak Penyandang Disabilitas Berkreasi dengan Jajanan Pasar Berbasis Sawit, Kakao, dan Kelapa

BPDP Ajak Penyandang Disabilitas Berkreasi dengan Jajanan Pasar Berbasis Sawit, Kakao, dan Kelapa

Jakarta, 14–15 September 2025 – Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) bekerja sama dengan LKP Garini Halim menyelenggarakan pelatihan keterampilan bagi penyandang disabilitas selama dua hari, 14–15 September 2025. Kegiatan ini menjadi wujud nyata komitmen BPDP dalam mendorong pemberdayaan kelompok disabilitas melalui pengembangan keterampilan berbasis komoditas perkebunan strategis Indonesia, yakni sawit, kakao, dan kelapa.

Pelatihan ini menghadirkan suasana penuh semangat. Sejak pagi, para peserta disabilitas tampak antusias mengikuti arahan instruktur. Mereka belajar langsung bagaimana mengolah bahan turunan sawit, kakao, dan kelapa menjadi jajanan pasar yang lezat, menarik, dan bernilai ekonomis. Dari cara memilih bahan, meracik adonan, hingga teknik penyajian, semua dilakukan secara praktik sehingga peserta benar-benar bisa merasakan pengalaman baru yang bermanfaat.

Aida Fitria, selaku Ketua Tim Implikasi Pengarusutamaan Gender BPDP, dalam sambutannya menyampaikan bahwa pelatihan ini bukan hanya sekadar acara seremonial, melainkan upaya konkret untuk membuka jalan kemandirian ekonomi bagi penyandang disabilitas. “Pelatihan ini tidak sekadar mengajarkan keterampilan membuat makanan, tetapi juga memberi bekal kemandirian serta membuka peluang wirausaha. Kami berharap peserta mampu mengembangkan ilmu yang diperoleh menjadi usaha produktif sekaligus menginspirasi komunitas di sekitarnya,” ujarnya.

Muharyati, Ketua Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia (HWDI) Jakarta, menyambut baik langkah ini. Menurutnya, program pemberdayaan seperti ini sangat relevan dengan visi besar bangsa menuju Indonesia Emas 2045. “Kami berharap acara seperti ini bisa terus berkelanjutan ke depannya, karena pemberdayaan disabilitas sangat dibutuhkan guna mendukung terwujudnya Indonesia Emas. Disabilitas bukan penghalang untuk berdaya, melainkan potensi yang perlu difasilitasi,” tegasnya.

Sementara itu, Ayu, salah satu peserta, membagikan pengalamannya setelah mengikuti pelatihan. “Acara ini memberikan ilmu yang sangat bermanfaat bagi kami sebagai penyandang disabilitas. Keahlian yang diajarkan bisa menjadi mata pencaharian baru di masa depan,” ungkapnya penuh semangat.

Kegiatan ini memperlihatkan bahwa pembangunan sektor perkebunan tidak hanya berdampak pada aspek ekonomi makro seperti devisa dan perdagangan, tetapi juga dapat menjangkau kelompok masyarakat rentan. Dengan membuka ruang bagi penyandang disabilitas untuk belajar keterampilan praktis berbasis komoditas perkebunan, BPDP menegaskan komitmennya terhadap inklusi sosial.

Selain keterampilan teknis, pelatihan ini juga memberikan motivasi bagi peserta untuk berani memulai usaha kecil-kecilan. Beberapa produk yang dihasilkan selama pelatihan bahkan dinilai memiliki potensi pasar yang baik apabila dikemas dengan menarik dan dipasarkan melalui saluran daring. Hal ini menjadi peluang nyata bagi peserta untuk memperoleh kemandirian ekonomi sekaligus meningkatkan rasa percaya diri.

Ke depan, BPDP berencana untuk memperluas kegiatan serupa di berbagai daerah dengan tema yang beragam. Melalui kolaborasi dengan lembaga pendidikan, komunitas lokal, serta organisasi masyarakat, diharapkan semakin banyak penyandang disabilitas yang dapat mengakses program pemberdayaan ini. Dengan demikian, manfaat dana perkebunan tidak hanya berhenti pada dukungan industri hulu dan hilir, tetapi juga sampai kepada masyarakat luas yang membutuhkan.

Kegiatan di LKP Garini Halim ini menjadi bukti bahwa sawit, kakao, dan kelapa bukan hanya komoditas ekonomi, tetapi juga bisa menjadi sarana pemberdayaan sosial yang membawa perubahan nyata. Harapannya, para peserta dapat terus mengembangkan keterampilan yang diperoleh, membuka usaha mandiri, dan pada akhirnya berkontribusi pada kesejahteraan keluarga dan lingkungannya. Kita semua setara!