Tren Bahan Bakar Nabati Dunia Untungkan Indonesia

TREN penggunaan bahan bakar nabati (BBN) dunia diyakini akan menjadi pendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi Indonesia karena kebutuhan dunia akan BBN terus meningkat. Sebagai produsen biodiesel berbasis sawit, Indonesia akan mendapat keuntungan dari tren tersebut.

Tren Bahan Bakar Nabati Dunia Untungkan Indonesia
Staf Ahli Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Bidang Sinergi Ekonomi dan Pembiayaan, Amalia Adininggar Widyasanti

TREN penggunaan bahan bakar nabati (BBN) dunia diyakini akan menjadi pendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi Indonesia karena kebutuhan dunia akan BBN terus meningkat. Sebagai produsen biodiesel berbasis sawit, Indonesia akan mendapat keuntungan dari tren tersebut.

“Apabila Indonesia dapat mendorong produksi biofuel dalam negeri untuk dapat memenuhi 30% kebutuhan dunia di tahun 2025 maka ekspor biofuel akan memberikan sumbangan devisa lima kali lebih besar dari tahun 2018,” ujar Staf Ahli Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas Bidang Sinergi Ekonomi dan Pembiayaan Amalia Adininggar Widyasanti saat berbicara dalam Pekan Riset Sawit Indonesia 2019 yang digelar Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) di Jakarta, Kamis (1/8/2019).

Menurutnya, pengembangan bahan bakar nabati akan menciptakan efek pengganda terhadap perekonomian karena adanya penciptaan nilai tambah di sepanjang rantai pasok dan rantai nilai.

“Bagi Indonesia, pengembangan bahan bakar nabati akan meningkatkan pendapatan petani sawit serta mendorong pembangunan ekonomi inklusif,” jelas Amalia. Ia juga menegaskan penggunaan BBN juga mendukung upaya Indonesia untuk mencapai target agenda PBB Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs). Sebab, masih terdapat celah antara produksi biofuel dengan target SDGs. “Ini merupakan potensi yang bisa dimanfaatkan,” tegas Amalia.

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Joko Supriyono.

Hal senada juga disampaikan Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Joko Supriyono yang berbicara pada kesempatan yang sama. “Sawit berpeluang menjadi market leader dan tantangan ini harus kita jawab bersama.”

Menurut Joko, Indonesia memiliki keunggulan dalam pengembangan industri sawit. Yakni lahan dan iklim yang sesuai, tenaga kerja tersedia, penggunaan yang luas, dan ada dukungan dari pemerintah.

“Keunggulan ini sesuai dengan peluang yang ada, yakni permintaan global yang meningkat, kebutuhan energi di pasar domestik, dan adanya tren penggunaan energi terbarukan,” tegas Joko.

Dia juga mengungkapkan, populasi manusia di dunia pada 2025 diprediksi mencapai 8 miliar. Peningkatan ini akan diikuti dengan peningkatan konsumsi minyak nabati sekitar 60 juta ton. “Ini artinya diperlukan tambahan pasokan minyak nabati sebanyak 5 juta ton per tahun,” papar Joko. ***