Produsen Biodiesel Siap Berinvestasi Hadapi Penerapan B30

Kebijakan perluasan biodiesel 20 persen atau B20 oleh pemerintah akan dilanjutkan dengan penerapan B30 dalam tahun ini. Untuk menghadapinya, produsen biofuel nasional siap untuk berinvestasi, sekaligus untuk meningkatkan mutu produk.

Produsen Biodiesel Siap Berinvestasi Hadapi Penerapan B30

JAKARTA--Kebijakan perluasan biodiesel 20 persen atau B20 oleh pemerintah akan dilanjutkan dengan penerapan B30 dalam tahun ini. Untuk menghadapinya, produsen biofuel nasional siap untuk berinvestasi, sekaligus untuk meningkatkan mutu produk.

“Mudah-mudahan dalam uji coba, uji jalan B30 nanti, para perusahaan tidak perlu melakukan perbaikan. Kalau harus improve artinya harus ada investasi,” ungkap Ketua Harian Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi) Paulus Tjakrawan, melalui keterangan tertulisnya, Kamis (7/2/2019).

Jika biodiesel 30 persen (B30) diterapkan, maka total biodiesel yang diperlukan mencapai 9-10 juta kilo liter, sementara kapasitas terpasang industri biodiesel nasional saat ini 12 juta kilo liter. Karena itulah investasi menjadi sebuah keharusan bagi produsen biodiesel. Apalagi, penggunaan biodiesel tidak hanya berhenti pada B30, tetapi terus dikembangkan menjadi green fuels.

“Jika disatukan dengan kebutuhan pasar ekspor, maka kapasitas produksi pabrik dipastikan tak mencukupi. Itu belum termasuk peluang dari rencana penggunaan green diesel, yang jika berhasil, maka investasi untuk pabrik katalisnya menjadi keniscayaan.”

Menurutnya, kebijakan biodiesel di Indonesia telah diikuti sejumlah negara seperti China, Malaysia, dan Thailand. Kebijakan itu juga akan mendorong peningkatan ekspor biodiesel. “Thailand bisa menjadi peluang pasar baru bagi industri biodiesel Indonesia.”

Data Aprobi menyebutkan, untuk tahun 2018, ekspor biodiesel Indonesia melonjak 851 persen dari 164 ribu ton pada 2017 menjadi 1,56 juta ton. Sementara akibat penggunaan wajib B20 pada 1 September hingga akhir Desember permintaan biodiesel domestik naik 72 persen dari 2,2 juta ton pada 2017 menjadi 3,8 juta ton pada 2018. ***