Kemenlu Kirim Diplomat ke Kebun Sawit
[:id]BELITUNG--Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat) Kementerian Luar Negeri kembali menyelenggarakan Diklat Fungsional Sekolah Staf dan Pimpinan Dinas Luar Negeri (Sesparlu). Peserta angkatan ke-63 ini mengikuti pelatihan di perkebunan kelapa sawit milik PT Austindo Nusantara Jaya Tbk (PT ANJ) di Belitung, Kepulauan Bangka Belitung pada 14 hingga 16 November 2019. Peserta yang merupakan diplomat itu selain mengikuti pembekalan di ruang kelas juga mengunjungi perkebunan serta pabrik pengolahan sawit.
[:id]BELITUNG--Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat) Kementerian Luar Negeri kembali menyelenggarakan Diklat Fungsional Sekolah Staf dan Pimpinan Dinas Luar Negeri (Sesparlu). Peserta angkatan ke-63 ini mengikuti pelatihan di perkebunan kelapa sawit milik PT Austindo Nusantara Jaya Tbk (PT ANJ) di Belitung, Kepulauan Bangka Belitung pada 14 hingga 16 November 2019.
Peserta yang merupakan diplomat itu selain mengikuti pembekalan di ruang kelas juga mengunjungi perkebunan serta pabrik pengolahan sawit. Kepala Divisi Perusahaan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) Achmad Maulizal Sutawijaya membuka kegiatan ini dengan memaparkan kondisi terkini industri sawit nasional dalam konteks perdagangan internasional. Selain itu disampaikan pula upaya yang telah dilakukan BPDPKS dalam mendorong pengembangan pasar baru ekspor sawit ke negara-negara non tradisional.
Para peserta juga mendapat pembekalan mengenai fakta seputar sawit dalam kaitannya dengan perhutanan, yang disampaikan oleh guru besar dari IPB Prof. Yanto Santosa. Peserta mendapat penjelasan bahwa kelapa sawit tidak identik dengan perusakan hutan. Fakta ini sekaligus membantah tudingan komunitas internasional yang mengaitkan antara sawit dan perusakan hutan.
Selain itu, dipaparkan pula kelapa sawit dalam aspek kesehatan oleh Prof. Dr. Ir. Ambar Rukmini, M.P, guru besar dalam Bidang Pangan dan Gizi, Universitas Widya Mataram Yogyakarta; aspek perdagangan oleh Agam Fatchurrochman, Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki); dan aspek gastronomi oleh Pamungkas Trishadiatmoko, Wakil Presiden Indonesian Gastronomy Association (IGA).
Para diplomat juga memperdalam pengetahuan teknis seputar kelapa sawit, mulai dari pembibitan, pemanenan, hingga produksi CPO dan pemanfaatan limbah sawit untuk biogas. Di lokasi perkebunan, para peserta melihat proses pembibitan dan pemeliharaan kebun kelapa sawit serta pabrik pengolahan kelapa sawit menjadi CPO.
Selain itu para peserta juga melihat langsung proses pengolahan limbah kelapa sawit menjadi gas metana, yakni gas yang digunakan sebagai bahan bakar untuk pembangkit listrik. Para peserta diberikan pengetahuan mengenai produksi gas metana dari proses pembusukan limbah cair pabrik kelapa sawit (POME) yang kemudian dibakar untuk menghasilkan listrik.
Diklat ini merupakan salah satu prasyarat bagi para diplomat untuk memperoleh pangkat/gelar yang lebih tinggi. Para peserta diklat juga diproyeksikan untuk menduduki jabatan pimpinan di Kemlu dalam tiga hingga lima tahun mendatang.
Para peserta dibekali antara lain strategic diplomacy mengenai berbagai isu dan kebijakan strategis terkait bidang ekonomi dan digital. Salah satunya adalah diplomasi minyak kelapa sawit yang sangat diperlukan bagi menangani kampanye hitam. ***
[:en]BELITUNG—Another training session on palm oil topic has been held by Training Center of Indonesian Ministry of Foreign Affairs (MoFA) to expand the knowledge base of senior diplomats on sustainable palm oil.
The Senior Diplomatic Training Course (Sesparlu) Batch 63 was held at the Training Center of PT Austindo Nusantara Jaya Tbk (PT ANJ) in Belitung, Kepulauan Bangka Belitung, 14 to 16 November 2019. Apart from attending class session, diplomats who participated in the program also made a visit to oil palm plantation of PT ANJ.
Head of Corporate Affairs of the Indonesia Oil Palm Plantation Fund Management Agency (BPDPKS) Achmad Maulizal Sutawijaya delivered opening remark elaborating current palm oil industry performance in the context of international trade. He also laid stress on BPDPKS’s effort to support market expansion to non-traditional countries.
Topics on sustainable palm oil were addressed by speakers from reputable universities including Yanto Santosa, a professor at IPB University, who delivered a presentation on palm oil in the context of forestry. He stated the oil palm plantations were not the major cause of forest loss and deforestation in Indonesia. Palm oil in the context of health was addressed by Ambar Rukmini, a professor of food and nutrition science at Widya Mataram Yogyakarta University.
The session also had a presence of Agam Fatchurrochman, General Secreatry of the Indonesian Palm Oil Association (Gapki) who spoke about trade and Pamungkas Trishadiatmoko, Vice President of Indonesian Gastronomy Association (IGA) who spoke about gastronomy.
Participants also improved their knowledge on key sustainability issues in palm oil industry, from seedling management, planting, to waste management system.
At the plantation, the diplomats witnessed sustainable palm oil management from selecting seeds, fertilization, and harvesting. They also witnessed crude palm oil (CPO) production which is derived from fresh fruit bunches (FFB). They also observed a process of waste management system that utilize palm oil mills wastes to produce biogas for use in a gas engine. This will produce electrical power, replacing diesel generators.
Sesparlu is the highest diplomatic training at MoFA Indonesia. Senior diplomats taking part in the program have spent at least 15 years at the Ministry and have been posted twice at overseas Indonesian Missions. **
[:]