Mewujudkan Industri Sawit Hijau Melalui Strategi Hilirisasi
Industri kelapa sawit nasional memberi manfaat dan kontribusi yang signifikan terhadap perkembangan ekonomi hijau di Indonesia.
Industri kelapa sawit merupakan salah satu sektor strategis dalam mendukung transformasi menuju ekonomi hijau di Indonesia. Hal tersebut tercermin dari manfaat dan kontribusi yang dihasilkan oleh industri sawit sejalan dengan prinsip ekonomi hijau, yaitu pertumbuhan ekonomi inklusif, peningkatan kesejahteraan manusia dan keadilan sosial, serta pengurangan risiko lingkungan termasuk penurunan emisi karbon.
PASPI Monitor (2025) dalam jurnal berjudul Industri Sawit dalam Membangun Ekonomi Hijau di Indonesia menyatakan bahwa pemanfaatan ilmu pengetahuan, hasil riset, serta sumber daya manusia yang kreatif (innovation-driven) merupakan elemen kunci yang dapat meningkatkan dan memperluas kontribusi industri sawit dalam pembangunan ekonomi hijau nasional.
Potensi tersebut dapat dioptimalkan melalui implementasi strategi hilirisasi yang mencakup empat jalur utama, yaitu kompleks oleofood (oleofood complex), kompleks oleokimia (oleochemical complex), kompleks bioenergi (biofuel/bioenergy complex), dan kompleks biomassa (biomass-biomaterial complex). Keempat jalur hilirisasi sawit tersebut mampu menghasilkan produk berbasis sawit yang dapat menyubstitusi produk turunan minyak fosil yang boros emisi (PASPI Monitor, 2025g). Berikut ulasan mengenai keempat jalur hilirisasi sawit tersebut.
Kompleks Oleofood. Minyak sawit memiliki peran penting dalam industri makanan karena sifatnya yang stabil, fleksibel dalam penggunaan, serta efisien dari segi biaya. Kondisi minyak sawit yang semi-padat pada suhu ruang menjadikannya sesuai untuk produk pangan yang memerlukan tekstur tertentu tanpa penggunaan lemak trans.
GAPKI (2025) mengatakan bahwa produk utama kelapa sawit, yaitu minyak sawit mentah (crude palm oil atau CPO) dan minyak inti sawit (crude palm kernel oil atau CPKO) merupakan bahan baku penting bagi berbagai industri pangan. Produk tersebut digunakan dalam pembuatan minyak goreng, margarin dan shortening, roti, biskuit, mie instan, krimer nabati, cokelat, serta berbagai jenis makanan ringan lain.
PASPI (2025) dalam jurnal berjudul Empat Jalur Hilirisasi Sawit mengatakan oleofood sawit memiliki berbagai macam manfaat seperti sumber vitamin E yang baik, bebas kolesterol dan lemak trans, tahan lama dan stabil saat dipanaskan, memiliki rasa dan aroma netral, hingga memberikan tekstur yang diinginkan pada produk akhir.
Kompleks Oleokimia. Jalur kompleks oleokimia mencerminkan pemanfaatan bernilai tinggi dari sifat kimia minyak sawit untuk menghasilkan produk yang sebelumnya bergantung pada bahan berbasis minyak bumi. Pengolahan minyak sawit melalui jalur hilirisasi kompleks oleokimia juga berpotensi menghasilkan produk oleokimia dasar dan produk turunannya yang dapat menyubstitusi produk petrokimia dan turunan yang boros emisi (PASPI Monitor, 2025b).
GAPKI (2025) mengatakan bahwa pemanfaatan minyak sawit pada produk-produk oleokimia yang sering ditemui sehari-hari mencakup sabun, detergen, sampo, conditioner, make-up, skincare, zat pewarna dan cat, bioplastik, hingga pelumas ramah lingkungan.
Produk oleokimia dari sawit memiliki berbagai macam keunggulan seperti terbarukan dan ramah lingkungan, dapat terurai secara alami (biodegradable), mengurangi ketergantungan pada petrokimia, harga lebih stabil dibanding produk berbasis minyak bumi, hingga sifat kimia yang unggul untuk berbagai aplikasi.
Kompleks Bioenergi. Pada saat ini kelapa sawit menjadi tumpuan bagi pengembangan energi terbarukan di Indonesia. Kelapa sawit terbukti merupakan salah satu bahan baku bioenergi yang paling efisien apabila dibandingkan tanaman minyak nabati lain di dunia.
Berdasarkan data, penggunaan biodiesel sawit di Indonesia melalui program mandatori biodiesel sudah terbukti menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK) hingga mencapai 35,58 juta ton CO2 eq pada tahun 2024 lalu (PASPI Monitor, 2023j, 2024c, 2025h).
GAPKI (2025) mengatakan bahwa pemanfaatan minyak sawit pada produk-produk bioenergi yang sering ditemui sehari-hari mencakup biodiesel, diesel sawit (green diesel), avtur sawit (sustainable aviation fuel), dan bensin sawit (green gasoline). Pemanfaatan tersebut mendukung upaya Indonesia mengurangi impor bahan bakar fosil dan meningkatkan kemandirian energi nasional.
Produk bioenergi sawit memiliki berbagai macam keunggulan seperti mampu mengurangi emisi karbon apabila dibanding bahan bakar fosil, merupakan sumber energi terbarukan dan berkelanjutan, menghasilkan produksi tinggi per hektare lahan, mengurangi ketergantungan pada impor minyak bumi, serta mendukung program energi bersih nasional.
Kompleks Biomassa. Jalur kompleks biomassa memanfaatkan komponen non-minyak dari tanaman sawit yang mencerminkan upaya industri dalam mengadopsi prinsip tanpa limbah (zero-waste) dengan mengoptimalkan seluruh bagian tanaman sawit. Pengolahan minyak dan biomassa sawit memiliki potensi besar untuk menyubstitusi energi fosil dan menurunkan emisi (PASPI Monitor, 2023f, 2025a).
GAPKI (2025) mengatakan bahwa produk hilirisasi dari biomassa sawit meliputi pakan ternak, gula merah sawit, bioplastik, bioethanol, biocoal dan biochar, pupuk organik atau kompos, kerajinan anyaman, hingga furnitur dari kayu sawit.
Produk biomassa sawit memiliki berbagai macam manfaat seperti mengurangi limbah perkebunan sawit, menciptakan aliran pendapatan tambahan, memaksimalkan nilai ekonomi dari setiap bagian tanaman, mendukung ekonomi sirkular dan zero-waste, hingga mengurangi jejak karbon industri sawit.

































