Kontribusi Industri Minyak Sawit Atasi Masalah Kemiskinan Dunia
Industri minyak sawit dapat berperan dalam menurunkan angka kemiskinan global melalui tiga jalur utama.

Industri minyak sawit memiliki peran dan kontribusi strategis dalam mengatasi masalah kemiskinan global. Pada setiap mata rantai pasoknya, industri minyak sawit memiliki potensi untuk menciptakan sumber pendapatan (income generating) serta menghasilkan bahan pangan yang terjangkau (affordable) bagi masyarakat berpenghasilan rendah di berbagai belahan dunia.
PASPI Monitor (2021) dalam jurnal berjudul Kontribusi Industri Minyak Sawit dalam Pengurangan Kemiskinan Dunia mengatakan bahwa industri minyak sawit dapat berperan dalam menurunkan angka kemiskinan global melalui tiga jalur utama. Pertama, melalui pengembangan perkebunan kelapa sawit di negara-negara produsen minyak sawit dunia.
Kedua, melalui kegiatan industri hilir di negara-negara pengimpor minyak sawit. Ketiga, melalui penyediaan minyak sawit dengan harga terjangkau (affordable price) yang dapat meningkatkan daya beli masyarakat berpenghasilan rendah.
Berikut ini ulasan mengenai kontribusi industri minyak sawit dalam menurunkan angka kemiskinan global melalui tiga jalur utama tersebut.
Jalur Perkebunan. Berdasarkan hasil studi PASPI (2014) diketahui bahwa sektor perkebunan kelapa sawit memiliki peran penting dalam pengurangan tingkat kemiskinan. Peningkatan produksi minyak sawit terbukti beriringan dengan penurunan tingkat kemiskinan. Setiap kenaikan produksi minyak sawit sebesar 10 persen berkontribusi terhadap penurunan angka kemiskinan sebesar 7,7 persen.
Selain itu, perkebunan kelapa sawit menciptakan lapangan kerja dan peluang usaha yang berdampak pada peningkatan pendapatan serta daya beli masyarakat berpenghasilan rendah, khususnya di wilayah pedesaan. Pendapatan petani kelapa sawit (smallholder oil palm farmers) tercatat 5–10 kali lebih tinggi apabila dibandingkan dengan pendapatan petani non-sawit.
Temuan serupa juga dikonfirmasi oleh studi Edwards (2019) yang menunjukkan bahwa laju penurunan kemiskinan di kabupaten-kabupaten dengan area perkebunan sawit yang luas (sentra sawit) lebih cepat apabila dibandingkan dengan kabupaten yang tidak memiliki perkebunan kelapa sawit.
Peran signifikan industri minyak sawit dalam pengurangan kemiskinan juga dibuktikan melalui berbagai penelitian lain seperti Susila (2004), Susila dan Munadi (2008), World Growth (2011), Gingold (2011), serta Santika et al. (2011). Secara umum, hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa pertumbuhan industri minyak sawit berkontribusi terhadap penurunan tingkat kemiskinan, baik di wilayah pedesaan maupun perkotaan.
Kontribusi serupa juga tercatat di negara-negara produsen minyak sawit lainnya (World Bank, 2011) seperti Malaysia (Ayodele, 2010), Papua Nugini (ITS Global, 2012), Nigeria (Adobe et al., 2015), dan Kolombia (Porter, 2020). Fakta tersebut menunjukkan bahwa perkebunan kelapa sawit telah menjadi salah satu penggerak utama (driver) pengurangan kemiskinan di berbagai negara produsen minyak sawit dunia.
Jalur Hilirisasi di Negara Importir. Di negara-negara pengimpor minyak sawit, komoditas tersebut diolah lebih lanjut menjadi berbagai produk pangan maupun non-pangan. Proses pengolahan atau hilirisasi minyak sawit tersebut menciptakan nilai tambah ekonomi berupa kesempatan kerja (job creation) dan peningkatan pendapatan (income generation) yang dapat berkontribusi terhadap pengentasan kemiskinan di negara-negara tersebut.
Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Europe Economics (2016), kegiatan hilirisasi minyak sawit di negara-negara pengimpor mampu menciptakan kesempatan kerja baik secara langsung, tidak langsung, maupun melalui efek turunan (direct, indirect, and induced effects) bagi sekitar 2,3 juta orang (PASPI, 2021a).
Selain menciptakan lapangan kerja, kegiatan hilirisasi minyak sawit di negara-negara pengimpor juga menghasilkan pendapatan ekonomi yang sangat signifikan. Total nilai pendapatan yang tercipta melalui efek langsung, tidak langsung, dan efek turunan tersebut mencapai sekitar US$32,8 miliar atau sekitar Rp544,48 triliun (PASPI, 2021b).
Meskipun tidak seluruh manfaat dari penciptaan lapangan kerja dan pendapatan tersebut dirasakan secara langsung oleh kelompok masyarakat miskin, tetapi efek total multiplier yang dihasilkan dari kegiatan hilirisasi tetap memberikan dampak positif bagi masyarakat berpenghasilan rendah di negara pengimpor minyak sawit.
Dengan demikian, sebagian manfaat ekonomi baik secara langsung maupun tidak langsung tetap dapat dinikmati oleh kelompok masyarakat berpenghasilan rendah melalui peningkatan kesempatan kerja, aktivitas ekonomi turunan, serta perputaran pendapatan di sektor terkait.
Jalur Konsumsi. Pada jalur ketiga, industri minyak sawit menunjukkan kontribusi dalam membantu penduduk miskin dunia melalui penyediaan minyak sawit dengan harga terjangkau (affordable).
Di antara empat jenis minyak nabati utama dunia, minyak sawit merupakan komoditas dengan harga paling kompetitif sehingga lebih mudah diakses oleh masyarakat berpenghasilan rendah. Hingga saat ini harga minyak sawit secara konsisten berada di bawah harga minyak kedelai, minyak rapeseed, dan minyak biji bunga matahari (PASPI, 2021c).
Kondisi tersebut memberikan keuntungan bagi masyarakat miskin di berbagai negara. Dengan pendapatan nominal yang tetap, masyarakat miskin dapat mengonsumsi minyak sawit dalam jumlah lebih besar.
Selain itu, harga minyak sawit yang relatif lebih murah memungkinkan masyarakat berpendapatan rendah untuk mengalokasikan anggaran lebih kecil pada kebutuhan minyak goreng sehingga terdapat ruang anggaran tambahan untuk memenuhi kebutuhan pokok lainnya.