Peningkatan Kompetensi SDM di Industri Sawit Nasional
Penguatan kapasitas SDM sangat diperlukan guna menghasilkan industri kelapa sawit nasional yang berdaya saing dan berkelanjutan.

Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu faktor penting dalam perkembangan industri kelapa sawit nasional, khususnya pada era innovation-driven. Hal tersebut disebabkan oleh peningkatan produktivitas pada era tersebut sangat bergantung pada dua faktor produksi utama, yaitu penelitian atau ilmu pengetahuan serta SDM yang kompeten (PASPI, 2019).
Dengan demikian, pengembangan SDM di sektor industri kelapa sawit menjadi agenda strategis yang perlu mendapat perhatian serius dalam upaya mendorong kemajuan dan keberlanjutan industri kelapa sawit nasional pada masa mendatang. Selain itu, pengembangan SDM diperlukan untuk meningkatkan daya saing industri sawit nasional dalam berkompetisi di tingkat internasional (PASPI, 2016).
PASPI (2019) dalam jurnal berjudul Penguatan Capacity Building SDM Sawit untuk Industri Sawit yang Makin Sustainable menjelaskan bahwa untuk mengembangkan industri kelapa sawit nasional yang berkelanjutan maka langkah awal yang penting dilakukan adalah melakukan penguatan kapasitas SDM guna menghasilkan industri kelapa sawit yang berdaya saing.
Berdasarkan peran dan fungsinya, SDM industri kelapa sawit dapat dibagi dalam dua kategori yakni (1) SDM pelaku usaha atau entrepreneurship dan (2) SDM ilmu pengetahuan dan teknologi atau SDM IPTEK. Berikut ini ulasan mengenai peningkatan kompetensi dua aktor SDM industri kelapa sawit nasional tersebut.
SDM Pelaku Usaha. SDM pelaku usaha memiliki peran dalam proses produksi pada industri kelapa sawit. SDM tersebut memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, sumber daya alam, sumber daya modal, modal sosial, serta manajemen untuk menghasilkan berbagai produk dari industri kelapa sawit. SDM pelaku usaha ini meliputi tenaga kerja yang berada di perkebunan kelapa sawit milik rakyat, swasta, maupun BUMN atau BUMD, serta di sektor industri hilir kelapa sawit.
Penguatan capacity building dan peningkatan kompetensi pada SDM pekebun dilakukan melalui kegiatan pelatihan yang difasilitasi oleh kelembagaan pekebun sawit rakyat sekawasan (PASPI, 2019a). Kompetensi yang dikembangkan untuk mewujudkan SDM pekebun yang unggul meliputi dua aspek utama, yaitu kompetensi pelaksanaan kultur teknis (hard skill) yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dan kompetensi dinamika kelompok (soft skill) yang bertujuan untuk memperkuat koordinasi dan kerja sama.
Selain itu, SDM pekebun yang berperan sebagai pengurus kelembagaan sekawasan akan mendapatkan pelatihan manajerial guna meningkatkan kemampuan dalam mengelola kelembagaan pekebun sawit rakyat secara efektif dan efisien.
Sementara itu, peningkatan kompetensi SDM karyawan baik di perusahaan perkebunan maupun industri hilir kelapa sawit difasilitasi oleh perusahaan masing-masing melalui lembaga pendidikan internal maupun eksternal yang diselenggarakan secara berkala atau reguler.
Target peningkatan kompetensi disesuaikan dengan tugas pokok dan fungsi (tupoksi) serta tujuan perusahaan yang meliputi kompetensi teknis serta dikombinasikan dengan adopsi teknologi untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas. Kemudian peningkatan kompetensi capacity building untuk memperkuat kemampuan interpersonal sehingga karyawan dapat bekerja sama secara efektif dalam mencapai tujuan perusahaan.
SDM IPTEK. SDM ilmu pengetahuan dan teknologi industri kelapa sawit memiliki dua peran utama, yaitu menghasilkan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang industri kelapa sawit (invensi) serta mengubah invensi tersebut menjadi inovasi. Kemudian peran selanjutnya adalah melaksanakan kegiatan pendidikan, pelatihan, dan regenerasi SDM dalam rangka meningkatkan kompetensi tenaga kerja di sektor industri kelapa sawit.
Penguatan capacity building dan peningkatan kompetensi dalam rangka menghasilkan SDM IPTEK baik peneliti maupun pendidik yang unggul dapat dilakukan melalui pendidikan formal maupun informal seperti kegiatan seminar dan pelatihan ilmiah lain.
Dengan kompetensi yang relevan terhadap bidang penelitian masing-masing serta dukungan kerja sama dengan tim peneliti lain maka diharapkan SDM IPTEK peneliti mampu menghasilkan inovasi berupa produk, teknologi, maupun kebijakan yang dapat memberikan manfaat langsung bagi perkembangan industri kelapa sawit nasional.
Untuk mendukung hal tersebut, diperlukan kebijakan yang mengatur penambahan key performance index (KPI) di mana poin yang lebih tinggi diberikan kepada peneliti yang tidak hanya memublikasikan hasil penelitiannya di jurnal internasional, tetapi juga mampu menghasilkan inovasi yang dapat langsung dimanfaatkan oleh industri kelapa sawit.
Selain itu, dibutuhkan dukungan kebijakan lain guna menciptakan insentif bagi SDM peneliti dalam menghasilkan inovasi yang meliputi kebijakan penyediaan infrastruktur dan fasilitas riset, kebijakan pengembangan SDM riset, kebijakan insentif fiskal riset, kebijakan alokasi dana riset, serta penguatan kelembagaan dan organisasi riset sawit nasional.
Penguatan kelembagaan riset diperlukan untuk mendukung produksi inovasi industri kelapa sawit nasional melalui pembentukan koordinator nasional yang berfungsi dalam mengintegrasikan kegiatan serta hasil riset dari berbagai lembaga penelitian sawit.
Dalam hal ini, Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) sebagai lembaga penelitian milik BUMN dapat berperan sebagai koordinator nasional dengan tugas untuk melakukan diseminasi dan promosi hasil penelitian ke skala bisnis dan komersialisasi serta menyusun KPI bagi seluruh SDM peneliti di bidang kelapa sawit.
Sementara itu, SDM IPTEK pendidik diharapkan memiliki kompetensi yang relevan dengan bidang pengajaran serta didukung oleh kemampuan interpersonal dan komunikasi yang baik sehingga mampu menghasilkan lulusan lembaga pendidikan yang siap terjun langsung ke dalam industri kelapa sawit nasional.
Untuk mewujudkan keterpaduan antara dunia pendidikan dan dunia industri (link and match) maka diperlukan penyusunan kurikulum spesifik bidang kelapa sawit yang disesuaikan dengan perkembangan dan kebutuhan industri di masa depan, termasuk penerapan teknologi terkini dalam proses pembelajaran dan praktik industri.