Mengoptimalkan Potensi Vitamin A dari Minyak Sawit

Minyak sawit merupakan salah satu sumber daya yang memiliki potensi besar dalam menyediakan vitamin A atau pro-vitamin A.

Mengoptimalkan Potensi Vitamin A dari Minyak Sawit

Salah satu permasalahan gizi mikro yang masih banyak dialami oleh masyarakat Indonesia adalah kekurangan vitamin A (KVA). Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO), jumlah penduduk Indonesia yang mengalami KVA mencapai sekitar 10 juta jiwa yang terdiri dari 37 persen anak balita, 17 persen wanita hamil, dan 13 persen ibu menyusui (Wahyuniardi et al., 2017).

Kekurangan vitamin A khususnya pada kelompok balita dan anak-anak berpotensi untuk menimbulkan berbagai gangguan kesehatan seperti gangguan penglihatan hingga kebutaan serta hambatan pertumbuhan yang dapat berujung pada stunting, yakni kondisi tubuh pendek dan rendahnya fungsi kognitif.

Dampak dari kondisi tersebut tidak hanya terbatas pada aspek kesehatan individu, tetapi juga dapat mengancam produktivitas dan daya saing generasi penerus bangsa. Dalam jangka panjang, risiko KVA berpotensi untuk menghambat pertumbuhan ekonomi, meningkatkan angka kemiskinan, serta memperlebar kesenjangan sosial di masyarakat.

Untuk memenuhi kebutuhan vitamin A yang cukup besar, Indonesia masih bergantung pada impor dari dua perusahaan internasional, yaitu BASF (Jerman) dan Roche (Prancis). Berdasarkan data, volume impor produk vitamin A dan turunannya (HS 29362100) di Indonesia tercatat sebesar 227 ton pada tahun 2001 dan meningkat hampir dua kali lipat menjadi 603 ton pada tahun 2018.

Sejalan dengan peningkatan volume tersebut, nilai impor produk vitamin A dan turunannya juga mengalami lonjakan signifikan yakni dari US$4,38 juta (sekitar Rp72,7 miliar) menjadi US$40,75 juta (Rp677,6 miliar) pada periode yang sama.

Dalam upaya memenuhi kebutuhan vitamin A dan pro-vitamin A yang terus meningkat, baik untuk keperluan farmasi maupun pangan, Indonesia perlu mengembangkan produksi vitamin A dan pro-vitamin A di dalam negeri dengan memanfaatkan sumber daya lokal. Sumber daya tersebut harus memiliki ketersediaan melimpah dan berkelanjutan untuk menjamin kontinuitas suplai dan produksi.

PASPI Monitor (2019) dalam jurnal berjudul Potensi Penyediaan Pro-Vitamin A Berbasis Minyak Sawit mengatakan bahwa salah satu sumber daya lokal yang memiliki potensi besar dalam menyediakan vitamin A atau pro-vitamin A adalah minyak sawit.

Selama ini minyak sawit dikenal sebagai sumber terkaya karotenoid alami (richest source of natural carotenoid) dengan kandungan beta-karoten yang tinggi (Nagendran et al., 2000; Dauqan et al., 2011). Secara ekuivalen, kandungan vitamin A dalam minyak sawit bahkan lebih tinggi dibandingkan dengan sumber alami lain seperti jeruk, pisang, tomat, dan wortel.

Selain itu, minyak sawit mengandung beta-karoten dalam jumlah melimpah yang berfungsi sebagai antioksidan sekaligus prekursor alami vitamin A (Krinsky, 1993).

Sejumlah penelitian merekomendasikan virgin red palm oil (VRPO) atau minyak sawit merah sebagai sumber fortifikan yang kaya akan beta-karoten. Penelitian yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 1963–1965 menunjukkan bahwa penggunaan minyak sawit merah dapat meningkatkan status vitamin A yang ditunjukkan melalui peningkatan kadar vitamin A dalam serum anak-anak (Oey et al., 1967).

Kandungan karoten (alfa dan beta) dalam VRPO mencapai 300–500 mg/kg. Berdasarkan hasil penelitian Yuliasari et al. (2017), metode mikroenkapsulasi dengan bahan pengapsul yang terbuat dari kombinasi maltodekstrin dan xanthum gum direkomendasikan untuk melindungi kandungan beta-karoten dalam VRPO sekaligus memperluas aplikasi fortifikan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa VRPO dapat dimanfaatkan sebagai sumber pro-vitamin A dan fortifikan pada minyak goreng sawit (MGS).

Penelitian Hariyadi (2019) mengungkapkan, campuran 10 persen VRPO yang mengandung beta-karoten sebanyak 300 ppm dengan 90 persen MGS yang tidak mengandung beta-karoten akan menghasilkan MGS kaya karoten sebesar 30 ppm atau setara dengan kandungan vitamin A (pro-vitamin A) sebesar 50 IU. Kandungan tersebut melampaui standar yang ditetapkan dalam SNI MGS, yaitu 45 IU.

Penggunaan VRPO sebagai fortifikan MGS dalam rangka implementasi SNI MGS juga dinilai lebih aman bagi kesehatan mengingat VRPO merupakan fortifikan alami. Temuan ini sejalan dengan penelitian Kupan et al. (2016) yang menunjukkan bahwa ekstraksi beta-karoten dari minyak sawit merupakan langkah strategis dalam menghadapi perubahan preferensi pasar global terhadap produk vitamin dan pro-vitamin A alami yang sehat, aman untuk konsumsi jangka panjang, serta ramah lingkungan.

Berdasarkan uraian tersebut diketahui bahwa minyak sawit memiliki potensi besar sebagai sumber pro-vitamin A yang dapat dimanfaatkan oleh industri di Indonesia, baik untuk produk kesehatan maupun fortifikasi pangan. Oleh karena itu, pengembangan dan peningkatan produksi VRPO sebagai salah satu sumber pro-vitamin A berbasis minyak sawit bisa menjadi solusi guna memperkuat ketahanan gizi nasional dan mendukung kemandirian industri dalam negeri.