Invensi Hasil Grant Riset Sawit BPDP untuk Peningkatan Produktivitas Petani

Kampar, Riau - Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) bersama Asosiasi Inventor Indonesia (AII) mempromosikan hasil riset dari Program Grant Riset Sawit (GRS) BPDP yang aplikatif bagi peningkatan produktivitas petani. Langkah ini agar hasil riset tersebut dapat dimanfaatkan oleh penggunanya, yaitu petani atau UMKM kelapa sawit.
Hal ini mengemuka dalam penyelenggaraan kegiatan Diseminasi Teknologi Hasil GRS yang Aplikatif bagi Peningkatan Produktivitas Petani di Hotel Labersa, Kampar, Riau pada Rabu (30/04/2025) yang diikuti 52 peserta dari petani dan UMKM kelapa sawit.
Direktur Penyaluran Dana BPDP, Mohammad Alfansyah, dalam sambutannya menyampaikan bahwa BPDP telah melaksanakan salah satu tugas sesuai mandatnya yakni membiayai kegiatan riset dari berbagai lembaga riset atau perguruan tinggi dan lembaga penelitian di tanah air untuk menghasilkan kebijakan dan juga teknologi yang dapat mendorong terwujudnya industri kelapa sawit nasional yang tangguh di pasar global.
“Kerjasama dengan AII ini diharapkan agar teknologi yang ditemukan dapat diaplikasikan dan dimanfaatkan bagi para petani kelapa sawit sebagai penggunanya,” ujar Mohammad Alfansyah.
Alfansyah menjelaskan, dana riset untuk riset sawit berasal dari kontribusi para pelaku industri kelapa sawit nasional, termasuk petani. Sehingga hasilnya juga diarahkan untuk dimanfaatkan langsung oleh petani untuk meningkatkan kinerjanya.
BPDP selain mendanai riset kelapa sawit juga meningkatkan kapasitas SDM kelapa sawit, dengan menyediakan beasiswa bagi anak-anak petani kelapa sawit untuk melanjutkan ke perguruan tinggi dengan mendalami perkelapasawitan, pada program diploma dan sarjana. Mekanisme penyaluran beasiswa dilaksanakan melalui Dinas Perkebunan setempat dan dikoordinasikan oleh Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian.
“Dua hal ini penting itu karena bukan hanya kebun kelapa sawit tua saja yang perlu diremajakan, tetapi juga petaninya. BPDP juga menyediakan dana untuk replanting, sarana dan prasarana kebun seperti jalan dan lain-lain,” katanya.
Sementara itu, Ketua Umum AII, Prof (Ris). Ir. Didiek Hadjar Goenadi, M.Sc., Ph.D., IPU, INV mengatakan latar belakang pelaksanaan kegiatan karena masih ada keluhan dari para petani kelapa sawit bahwa hasil riset program GRS masih kurang dapat dimanfaatkan.
“Masih diharapkan penyampaian langsung teknologi yang bermanfaat bagi petani, semoga dengan dukungan BPDP, AII dapat melakukan kegiatan diseminasi ini pada tiga provinsi, yaitu Riau, Sumatera Utara, dan Kalimantan Selatan. Harapannya agar melalui kegiatan ini teknologi-teknologi yang aplikatif untuk petani khususnya dalam rangka meningkatkan produktivitas dapat dimanfaatkan para petani atau UMKM kelapa sawit,” kata Didiek Hadjar Goenadi.
Pada kegiatan diseminasi di Kampar disajikan tiga invensi yang erat kaitannya dengan produktivitas petani kelapa sawit, yaitu alat pendeteksi kematangan buah (TBS) hasil invensi Dr-Eng Muhammad Makky, STP, MSi dan tim dari Universitas Andalas.
Selain itu, ada sistem pintar dengan android sebagai penyuluh kelapa sawit bagi petani oleh Muhdan Syahovy, SP, MSc dari Pusat Penelitan Kelapa Sawit (PPKS) Medan. Teknologi lainnya yaitu pengendalian secara kuratif terhadap penyakit Ganoderma dengan fungisida nabati oleh Ciptadi Achmad Yusup, SP, MSi dari PPKS Unit Bogor.
Invensi Teknologi untuk Petani dan UMKM Sawit
Tentang alat deteksi kematangan buah, dijelaskan, dapat meningkatkan mutu hasil panen petani dan secara langsung dapat meningkatkan pendapatan petani, tanpa khawatir menerima potongan harga dari pabrik kelapa sawit (PKS) akibat TBS yang dipanen di bawah standar mutu siap olah maupun hilangnya (losses) perolehan akibat menunggu TBS yang “memberondol” yang selama ini menjadi indikator kematangan secara konvensional.
Aplikasi dalam perangkat android yang berisi berbagai informasi standar budidaya kelapa sawit menawarkan kemudahan kepada petani untuk berkonsultasi dalam kegiatan pengelolaan kebun yang efisien, sehingga dapat mencapai produktivitas yang maksimal.
Untuk menangani Ganoderma yang masih terus mengancam kebun kelapa sawit, penggunaan fungisida nabati telah dibuktikan secara efektif dapat memperbaiki jaringan yang rusak akibat terserang Ganoderma. Teknologi itu dapat diaplikasikan oleh petani untuk melindungi tanaman dari serangan penyakit atau menyembuhkan untuk tanaman yang sudah terlanjur terserang (kuratif).
Dalam sambutan penutupannya, Ketua Pelaksana Kegiatan, Dr Ir Mochamad Yunus menyampaikan, kegiatan di Kampar merupakan tahap awal. Kegiatan selanjutnya di Sumatera Utata pada Juni, dan Kalimantan Selatan pada Agustus 2025.
Kegiatan diseminasi yang intensif dan masif diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan petani dan sektor UMKM kelapa sawit di seluruh Indonesia. *** (Anwar/BPDP)