Salah Kaprah Larangan Minyak Sawit di Toserba Iceland
ICELAND Food, sebuah perusahaan makanan asal Inggris akan melarang penggunaan minyak kelapa sawit dalam produk mereka pada akhir tahun ini. CEO Iceland, Richard Walker beralasan minyak nabati tersebut diproduksi dengan mengorbankan lingkungan.
ICELAND Food, sebuah perusahaan makanan asal Inggris akan melarang penggunaan minyak kelapa sawit dalam produk mereka pada akhir tahun ini. CEO Iceland, Richard Walker beralasan minyak nabati tersebut diproduksi dengan mengorbankan lingkungan. Dasarnya, saat berkunjung ke Indonesia, Walker melihat video rawa-rawa dan seperti lahan terlantar yang disebabkan oleh perkebunan kelapa sawit.
Walker dalam videonya mengatakan, ”Saat ini tidak ada supermarket besar atau produsen makanan yang dapat sepenuhnya membuktikan apakah minyak kelapa sawit yang mereka gunakan benar-benar berkelanjutan dan apakah kerusakan lingkungan seperti hutan tropis yang disebabkan oleh minyak kelapa sawit akan terus terjadi.”
Walker, 37 tahun, seorang lulusan jurusan geografi Universitas Durham yang telah menggeluti pekerjaan ini selama tiga tahun, adalah pengusaha muda dan idealis. Ia juga merupakan putra pendiri dan CEO Iceland, Sir Malcolm Walker.
Namun idealisme anak muda ini terlalu terburu-buru dalam membuat keputusan dan itu potensi salahnya sangat besar. Ini Alasannya; pertama, Walker seharusnya juga tahu bahwa industri minyak kelapa sawit bukanlah penggerak kerusakan lingkungan terbesar di dunia, melainkan industri peternakan.
Jadi jika dia sangat ingin membuktikan kepada pelanggannya bahwa produk Iceland bukan penyebab kerusakan lingkungan, seharusnya dia juga tidak menggunakan semua produk daging sapi. Walker pasti tidak dapat mengabaikan dampak industri peternakan terhadap lingkungan. Mengapa dia, dan beberapa kelompok aktivis lingkungan terkemuka, mencari cara lain untuk mengalihkan topik ketika ditanya mengenai daging sapi? Apakah itu karena himbauan untuk tidak makan daging sapi akan membuat industri daging sapi di Inggris mengalami kesulitan.
Kedua, jika Walker sangat peduli dengan deforestasi, Iceland seharusnya tidak menggunakan produk kedelai karena budidaya kedelai adalah penyebab utama deforestasi di Amazon. Mengapa hanya memilih minyak sawit jika menyangkut masalah penggundulan hutan dan perusakan lingkungan?
Ketiga, kalaupun Richard benar bahwa tidak ada supermarket besar atau produsen makanan yang dapat sepenuhnya membuktikan bahwa minyak sawit yang mereka gunakan benar-benar berkelanjutan, maka klaim itu berarti mengabaikan kemajuan besar yang dibuat oleh pemain di industri ini. Padahal, di dalamnya mecakup banyak aspek, seperti RSPO, petani sawit, pembeli sawit partai besar multinasional seperti Nestle yang hanya menggunakan minyak sawit berkelanjutan, dan lain-lain. ***