Riset Sawit Upaya BPDPKS Tingkatkan Pemberdayaan Pekebun

Riset Sawit Upaya BPDPKS Tingkatkan Pemberdayaan Pekebun

JAKARTA – Program penelitian dan pengembangan (Litbang/riset) perkebunan kelapa sawit dari aspek hulu hingga hilir yang dikembangkan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) merupakan salah satu upaya BPDPKS untuk melakukan penguatan, pengembangan dan peningkatan pemberdayaan perkebunan dan industri kelapa sawit nasional

“Semakin banyak hasil penelitian yang diberikan akan berdampak positif terhadap produk kelapa sawit Indonesia bagi petani dan di pasar global,” ujar anggota Komite Litbang BPDPKS Tony Liwang dalam Seminar Teknis Kelapa Sawit 2023 yang diselenggarakan Media Perkebunan, di Jakarta, Selasa (20/6).

Lebih lanjut Tony mengatakan, yang diharapkan dari riset kelapa sawit adanya produk baru. Kebanyakan orang hanya mengetahui produk sawit adalah minyak goreng. Padahal banyak produk terbuat dari bahan sawit, seperti sabun, shampo, bahkan helm sepeda motor terbuat dari serat sawit.

Hampir semua dari pohon sawit dapat menghasilkan berbagai produk hilir. Bahkan nilai tambahnya lebih banyak dari minyak sawit mentah (CPO). Cangkang sawit misalnya banyak diekspor ke Jepang yang dapat menghasilkan filter air.

“Selain riset yang outputnya berupa inovasi produk dan teknologi, BPDPKS juga mendukung riset dari fokus bidang lainnya seperti model bisnis, model kelembagaan, rekomendasi kebijakan dan sebuah sistem pengambilan keputusan dalam manajemen perkebunan kelapa sawit,” papar Tony.

Bahkan, lanjut Tony, teknologi ICT untuk mendukung peningkatan produktivitas kinerja hilirsasi sawit. Program Litbang sejak tahun 2015 hingga 2022 BPDPKS telah mendanai 279 riset yang melibatkan 950 peneliti di 78 lembaga penelitian dan pengembangan di Indonesia dengan dana yang telah disalurkan mencapai Rp501,2miliar.

Di tahun 2023 ini BPDPKS lebih selektif dalam pendanaan riset sawit dengan prioritas riset-riset yang berpotensi untuk mencapai komersialisasi dan dapat dimanfaatkan langsung oleh industri. “Karena banyak proposal yang masuk ke BPDPKS topik dan judulnya hampir sama, seperti masalah ganoderma,” ujar Tony. (YR)