Kementan Berhasil Kembangkan B100

KEMENTERIAN Pertanian berhasil mengembangkan biodiesel yang terbuat dari 100% minyak kelapa sawit (B100) dan telah berhasil diujicobakan pada kendaraan. Pengembangan yang dilakukan oleh Badan Litbang Pertanian ini menghasilkan B100 dengan rendemen 87%.

Kementan Berhasil Kembangkan B100
Menteri Pertanian Amran Sulaiman (Foto: Merdeka.com)

KEMENTERIAN Pertanian berhasil mengembangkan biodiesel yang terbuat dari 100% minyak kelapa sawit (B100) dan telah berhasil diujicobakan pada kendaraan. Pengembangan yang dilakukan oleh Badan Litbang Pertanian ini menghasilkan B100 dengan rendemen 87%.

Saat meninjau Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar, Badan Litbang Pertanian Kementan, Kamis (21/2/2019), Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengungkapkan keberhasilan ini mewujudkan impian Indonesia untuk memproduksi B100 dalam rangka penggunaan bahan bakar non-fosil.

"Impian Indonesia ciptakan biodiesel B100 dari CPO (Crude Palm Oil) berhasil terwujud. Bahan bakar yang berasal dari 100 persen CPO dengan rendemennya 87 persen ini masih terus dikembangkan. Semua tidak ada campuran. B100 ini inovasi dari Badan Litbang Pertanian. Ingat ini B100 bukan B20 atau B30,` ujar Amran sebagaimana diberitakan laman pertanian.go.id

Amran menjelaskan bahan bakar B100 memiliki keunggulan yakni 40 persen lebih efisien dibandingkan dengan bahan bakar fosil. Dengan menggunakan bahan bakar fosil seperti solar, satu liter hanya dapat menempuh jarak 9,4 kilometer, sedangkan dengan menggunakan B-100 dimungkinkan menempuh jarak hingga 13 kilometer per liter.

Menurut Dibyo Pranowo, Peneliti Utama Bidang Ekofisiologi Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar, Kementerian Pertanian pengembangan biodiesel 100% dari minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) sudah lolos pengujian dengan 19 determinan dan masih menyisakan satu kajian mendalam. Yakni, dalam hal karbon residu yang dihasilkan B100 CPO Sawit.

"Sampai sekarang sudah diproduksi hampir 2 ton dengan menggunakan reaktor biodiesel ciptaan sendiri. Produksi ini merupakan penyempurnaan parameter dengan metode dry oil," jelas Dibyo.

Selama satu bulan terakhir, pengujian aplikasi pada kendaraan dilakukan dengan menggunakan Toyota Hilux. Kendaraan tersebut telah menempuh jarak 1.600 km menggunakan bahan bakar B100 CPO. Setelah menempuh 2.000 km, mesin kendaraan akan dibongkar meneliti karbon residu.

Dibyo menjelaskan, selain CPO, bahan bakar B100 bisa juga diproduksi dari kemiri sunan, nyampulung, pongamia, kelapa, kemiri sayur, termasuk dari biji karet. Namun, saat ini CPO masih merupakan yang terbaik. Dilihat dari skala industri, jumlah industri sawit sudah siap dan pasokannya juga melimpah.

"Teknologi B100 menjadi teknologi bahan bakar terbaru yang akan menjadi alternatif untuk Indonesia di masa depan. Pemerintah berusaha mendorong hal ini melalui Kementerian Pertanian," tegasnya. ***