Ekspor Sawit ke AS Mengalami Lonjakan Signifikan
Ekspor kelapa sawit Indonesia ke Amerika Serikat menunjukkan peningkatan yang signifikan selama Oktober 2018 sebesar 129�ri 58,20 ribu ton menjadi 133,46 ribu ton. Kendatipun volumenya tidak terlalu besar dibandingkan negara lain, namun persentase peningkatannya sangat berarti. “Secara persentase kenaikan itu sangat signifikan, sebesar 129%,” ujar Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Mukti Sardjono dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (8/12/2018). Selain ke AS, peningkatan eskpor kelapa sawit juga terjadi ke China dan Pakistan.
Ekspor kelapa sawit Indonesia ke Amerika Serikat menunjukkan peningkatan yang signifikan selama Oktober 2018 sebesar 129% dari 58,20 ribu ton menjadi 133,46 ribu ton. Kendatipun volumenya tidak terlalu besar dibandingkan negara lain, namun persentase peningkatannya sangat berarti. “Secara persentase kenaikan itu sangat signifikan, sebesar 129%,” ujar Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Mukti Sardjono dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (8/12/2018). Selain ke AS, peningkatan eskpor kelapa sawit juga terjadi ke China dan Pakistan. Pada Oktober 2018, China meningkatkan impor minyak sawit dari Indonesia hingga 63% atau dari 332,52 ribu ton di September terkatrol menjadi 541.81 ribu ton. Volume impor tersebut di luar dari permintaan untuk biodiesel. Sedangkan ke ekspor Pakistan meningkat 76% atau dari 140,16 ribu ton melonjak menjadi 246,97 ribu ton. Pada Oktober 2018, merupakan volume ekspor tertinggi sejak Oktober 2015. Kenaikan ini terjadi karena Pakistan mengisi stok di dalam negeri menyusul harga yang murah. Dalam beberapa bulan terakhir impor minyak sawit Pakistan sempat mengalami perlambatan akibat dari kondisi ekonomi yang sedang kurang baik karena defisit neraca perdagangan yang tinggi. Di sisi lain, pada Oktober India mencatatkan penurunan sebesar 12%, namun secara volume India tetap menjadi pengimpor minyak sawit tertinggi dari Indonesia. Oktober ini volume impor CPO dan produk turunannya oleh India hanya mampu mencapai 698,17 ribu ton, di mana bulan sebelumnya mencapai 779,44 ribu ton. Penurunan impor juga diikuti oleh negara Uni Eropa, yakni 8% dan negara Afrika 40%. ***