Pakistan, Gerbang Perluasan Pasar Sawit Indonesia
PARA pemangku kepentingan di sektor kelapa sawit berkumpul di Hotel Kartika Chandra, Jakarta, Rabu (8/5/2019), dalam sebuah forum diskusi membahas pengembangan pasar minyak kelapa sawit Indonesia ke kawasan Asia Selatan, Asia Tengah, dan Timur Tengah. Acara Focus Group Discussion (FGD) tersebut digelar untuk membahas kajian yang tengah dilakukan oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) dengan Institut Pertanian Bogor (IPB). Kajian itu bertajuk `Potensi Pakistan sebagai Hub Pengembangan Bisnis Minyak Sawit Indonesia di Kawasan Asia Selatan dan Timur Tengah`. FGD dengan pembicara kunci Duta Besar RI untuk Pakistan Iwan Suyudhie Amri itu menghadirkan sejumlah narasumber dari kalangan akademisi dan praktisi dunia usaha di sektor kelapa sawit.
PARA pemangku kepentingan di sektor kelapa sawit berkumpul di Hotel Kartika Chandra, Jakarta, Rabu (8/5/2019), dalam sebuah forum diskusi membahas pengembangan pasar minyak kelapa sawit Indonesia ke kawasan Asia Selatan, Asia Tengah, dan Timur Tengah.
Acara Focus Group Discussion (FGD) tersebut digelar untuk membahas kajian yang tengah dilakukan oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) dengan Institut Pertanian Bogor (IPB). Kajian itu bertajuk `Potensi Pakistan sebagai Hub Pengembangan Bisnis Minyak Sawit Indonesia di Kawasan Asia Selatan dan Timur Tengah`.
FGD dengan pembicara kunci Duta Besar RI untuk Pakistan Iwan Suyudhie Amri itu menghadirkan sejumlah narasumber dari kalangan akademisi dan praktisi dunia usaha di sektor kelapa sawit. Direktur Utama BPDPKS Dono Boestami menyampaikan sambutan pada acara tersebut.
Narasumber yang hadir antara lain Tim Kajian Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB; tim Kajian PwC Pakistan; Diana Chalil, Dosen Universitas Sumatera Utara; dan Togar Sitanggang, Wakil Ketua Umum bidang Perdagangan dan Industri Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI).
Hadir pula sebagai pembahas antara lain Bustanul Arifin, Guru Besar UNILA dan Komisi Riset BPDPKS; Parulian Hutagaol, Guru Besar FEM IPB; dan Delima Azahari, Ketua Gabungan Perusahaan Perkebunan Indonesia (GPPI).
Pakistan merupakan salah satu negara non tradisional yang menjadi mitra dagang strategis bagi Indonesia. Kementerian Perdagangan menyebutkan sejak implementasi Indonesia-Pakistan Preferential Trade Agreement (IP PTA) pada 2013, produk minyak sawit Indonesia telah menggeser dominasi produk minyak sawit Malaysia di pasar Pakistan. Pangsa pasar Indonesia pada tahun 2016 sebesar 82% dan pangsa pasar Malaysia sebesar 18%, sedangkan sebelumnya pada tahun 2013, pangsa pasar Indonesia sebesar 38% dan pangsa pasar Malaysia sebesar 62%.
Dalam konstelasi perdagangan minyak sawit global, Pakistan menjadi destinasi yang strategis sekaligus sebagai pintu gerbang akses pasar komoditi Indonesia untuk masuk kawasan Asia Tengah dan kawasan di sekitarnya. Saat ini, Pakistan menduduki peringkat ke-2 sebagai mitra perdagangan Indonesia di wilayah Asia Selatan.
Pakistan menempati posisi ke-19 sebagai negara tujuan ekspor Indonesia dengan persentase sebesar 1% dari keseluruhan ekspor Indonesia ke dunia. Sedangkan untuk negara asal impor Indonesia, Pakistan menempati posisi ke-46 dari keseluruhan impor Indonesia dari dunia.
Dapat diidentifikasi bahwa Kawasan Timur Tengah, Asia Selatan, dan Asia Tengah merepresentasikan 47,57 persen dari pasar minyak sawit Indonesia. Urgensi tersebut menunjukkan bahwa pada dasarnya negara di kawasan tersebut dapat menjadi captive market bagi produk minyak sawit Indonesia.
Peluang captive markets tersebut dapat diutilisasi dengan menggunakan potensi Pakistan sebagai trade and investment hub yang bermanfaat untuk meningkatkan fasilitasi perdagangan dengan menyederhanakan, menyelaraskan dan menstandardisasi prosedur untuk transaksi lintas batas di Pakistan dan negara non tradisional di kawasan.
Trade hub akan menyediakan lingkungan yang terintegrasi dengan informasi peraturan yang tepat sehingga dapat mengakselerasi cross border trade pada perdagangan intra maupun extra kawasan.
Di samping itu, PRC Pakistan Economic Corridor sebagai bagian dari kebijakan One Belt One Road PRC yang menghubungkan Xinjiang dan Pelabuhan Gwadar di Pakistan Selatan diprediksi akan meningkatkan akses perdagangan sawit. Hal ini dikarenakan koridor ekonomi akan meliputi pembangunan dan perbaikan infrastruktur secara masif mencakup jalan tol jalur kereta api, pipa minyak dan gas bumi serta jaringan fiber optik. ***