Ekspor Biomassa Sawit Bisa Menjadi Alternatif di Kala Pandemi COVID-19

Pengusaha kelapa sawit disarankan untuk melakukan diversifikasi produk eskpor untuk menyiasati perlambatan ekonomi akibat pandemi COVID-19. Produk laurat dan biomassa merupakan alternatif produk ekspor yang menjanjikan.

Ekspor Biomassa Sawit Bisa Menjadi Alternatif di Kala Pandemi COVID-19

JAKARTA—Pengusaha kelapa sawit disarankan untuk melakukan diversifikasi produk eskpor untuk menyiasati perlambatan ekonomi akibat pandemi COVID-19. Produk laurat dan biomassa merupakan alternatif produk ekspor yang menjanjikan.

Demikian disampaikan Ratnawati Nurkhoiry, Ketua Kelompok Peniliti Sosio Tekno Ekonomi pada Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), dalam #BincangPakar bertajuk “Sawit di Kala Pandemik Covid-19” yang digelar secara online oleh PPKS, Kamis (30/4/2020). Menurutnya, selama pandemi COVID-19, banyak negara menerapkan lockdown sehingga berpengaruh pula pada aktivitas perdagangan.

Namun demikian, terdapat sejumlah komoditas yang perdagangannya tidak bisa berhenti, seperti bahan bakar untuk pembangkit listrik atau produk-produk kesehatan. Banyak negara yang menggunakan renewable energy seperti dari biomassa sawit untuk bahan bakar, misalnya Jepang dan Korea Selatan.

“Pengusaha bisa mengekspor produk yang tidak terpengaruh COVID-19, misalnya biomassa sawit yang digunakan untuk bahan bakar pembangkit listrik. Kalau pembangkit listrik kan harus tetap jalan meski ada pandemi,” ujar Ratnawati.

Selain biomassa, minyak laurat juga menjadi komoditas ekspor yang tahan COVID-19, apalagi minyak ini dipercaya bisa meningkatkan daya tahan tubuh yang menjadi kunci pencegahan COVID-19. “Minyak laurat juga menjadi komoditas ekspor dan ada pasar yang terbuka untuk komoditas ini.”

Ratnawati yakin bahwa pasar ekspor sawit akan segera pulih ketika negara-negara tujuan ekspor mengakhiri kebijakan lockdown. “Ekspor pasti akan recovery setelah tidak ada lagi lockdown. China misalnya sangat membutuhkan sawit untuk program biodiesel B5 mereka. India juga demikian karena selama lockdown fasilitas penyulingan sawit di India tidak berjalan maksimal. Begitu lockdown berhenti, permintaan sawit dari India akan akan tinggi lagi.” ***