Ramah Lingkungan dan Berkelanjutan, Ini Bukti Komoditas Kelapa Sawit Nihil Limbah
Kelapa sawit merupakan komoditas nihil limbah di mana semua bagian tumbuhannya dapat dimanfaatkan dengan baik dan bernilai ekonomi tinggi.

Kelapa sawit merupakan komoditas nihil limbah di mana semua bagian tumbuhannya dapat dimanfaatkan dengan baik dan bernilai ekonomi tinggi. Salah satu produk samping kelapa sawit yang seringkali dianggap sebagai limbah adalah cangkang sawit.
Cangkang sawit dihasilkan dari proses ekstraksi minyak sawit yang melibatkan pengepresan buah kelapa sawit sehingga menghasilkan cangkang sebagai produk sekunder.
PASPI (2025) dalam laman berjudul Kegunaan Cangkang Sawit & Studi Kasus menemukan, distribusi produk dari proses pengolahan tandan buah segar (TBS) kelapa sawit menghasilkan sebanyak 23% minyak sawit mentah (CPO); 26% serat; 16% tandan kosong; 8,5% limbah cair; 6% cangkang kernel; 4% bungkil inti sawit; 3% limbah pada, dan lainnya sebanyak 13,5%.
Berdasarkan studi literatur yang dirangkum PASPI (2025), diketahui bahwa cangkang sawit memiliki banyak manfaat dan kegunaan yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan produk-produk bernilai tinggi. Berikut manfaat-manfaat dari cangkang sawit:
1. Agregat Ringan → Palm kernel shell (PKS) telah terbukti efektif sebagai agregat ringan dalam pembuatan beton, khususnya di negara-negara tropis. PKS memenuhi persyaratan minimum yang diperlukan untuk digunakan dalam aplikasi agregat ringan;
2. Biochar dan Penyerap Urea → Biochar dan karbon aktif yang dihasilkan dari PKS memiliki kemampuan untuk menyerap urea melalui metode adsorpsi. Hal ini membuat cangkang sawit bermanfaat dalam berbagai aplikasi, termasuk dalam pengembangan pupuk;
3. Sensor Polutan → Titik kuantum karbon yang didoping dengan nitrogen dan sulfur dari limbah cangkang sawit memiliki kemampuan mendeteksi nitrofenol. Hal ini menunjukkan perannya dalam deteksi polusi dan pemantauan lingkungan;
4. Pengisi dalam Matriks Polimer → Karakteristik PKS membuatnya cocok sebagai bahan pengisi dalam komposit polimer, baik mono maupun hibrida, sehingga meningkatkan properti dari bahan tersebut;
5. Material Konstruksi → Di negara-negara tropis, PKS sedang diteliti sebagai material konstruksi yang serba guna dan berkelanjutan, dengan penelitian khususnya di daerah seperti Ghana.
Lebih lanjut dikatakan PASPI dalam sumber yang sama, cangkang sawit ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi yang ramah lingkungan dan berkelanjutan yakni dalam bentuk pembangkit uap, pembangkit listrik termal, serta arang aktif.
Potensi pemanfaatan cangkang sawit sebagai bahan bakar biomassa yang ramah lingkungan dan berkelanjutan tersebut didasarkan pada hasil penelitian terkait karakteristik termokimia cangkang sawit yang dilakukan oleh Wen-Tien Tsai (2019). Berdasarkan penelitian tersebut ditemukan bahwa:
1. Kadar Air (moisture content) yang relatif rendah (11,89% dan 12,20%) → mengindikasikan bahwa PKS memiliki potensi untuk terbakar dengan baik. Kadar air yang lebih rendah dalam biomassa mengurangi kebutuhan energi untuk menguapkan air selama pembakaran, sehingga meningkatkan efisiensi pembakaran;
2. Kadar Abu (ash content) yang terukur (3,87% dan 2,98%) tergolong rendah → Ini penting karena kadar abu yang rendah berarti bahwa pembakaran PKS akan menghasilkan lebih sedikit residu abu. Abu yang berlebihan dapat menyebabkan masalah dalam operasi pembakaran, seperti penyumbatan dan keausan pada peralatan;
3. Bahan Bakar (combustibles) dengan persentase yang tinggi (85,76% dan 84,82%) → menunjukkan bahwa sebagian besar PKS merupakan materi yang mudah terbakar. Hal ini menjadikannya sumber energi yang efektif;
4. Kandungan Karbon, Hidrogen, dan Oksigen yang tinggi mendukung pembakaran yang efektif → Karbon dan hidrogen adalah kontributor utama energi dalam bahan bakar, sementara oksigen mendukung proses pembakaran;
5. Kadar Nitrogen dan Sulfur yang sangat rendah (hampir nol) sangat menguntungkan dari sudut pandang lingkungan → Pembakaran bahan bakar dengan kadar nitrogen dan sulfur yang rendah menghasilkan emisi NOx dan SOx yang lebih rendah, yang merupakan polutan utama yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar;
6. Nilai Kalor yang tinggi (20,89 MJ/kg dan 20,43 MJ/kg) → mengindikasikan bahwa PKS adalah sumber energi yang efisien. Nilai kalor yang tinggi berarti PKS mampu menghasilkan jumlah energi yang signifikan per unit massa saat dibakar.
Fakta-fakta di atas menunjukkan bahwa PKS adalah bahan bakar biomassa yang efektif dan ramah lingkungan, dengan potensi untuk menggantikan atau melengkapi bahan bakar fosil dalam berbagai aplikasi, terutama karena rendahnya emisi dan residu yang dihasilkan (PASPI, 2025).
Selain berpotensi sebagai sumber bahan bakar nabati, cangkang sawit juga memiliki potensi ekonomi yang sangat besar. Adapun potensi ekonomi dari cangkang sawit tersebut di antaranya:
1. Sumber Energi Alternatif → Cangkang sawit memiliki potensi besar sebagai biomassa untuk produksi energi. Mengingat kelimpahan cangkang sawit di Indonesia, pemanfaatannya dapat menjadi sumber energi terbarukan yang signifikan, sehingga berperan dalam mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil;
2. Bahan Baku Industri → Beragam produk seperti karbon aktif, biochar, dan agregat ringan untuk konstruksi dapat dihasilkan dari olahan cangkang sawit. Produk-produk tersebut menambah nilai ekonomi dan berpotensi meningkatkan pendapatan industri sawit;
3. Kontribusi Sektor Industri → Cangkang sawit, ketika digunakan sebagai agregat ringan dalam beton atau material konstruksi lainnya, dapat solusi yang lebih ekonomis dan berkelanjutan bagi industri konstruksi;
4. Pengembangan Produk Ramah Lingkungan → Pemanfaatan cangkang sawit dalam pembuatan produk ramah lingkungan, seperti bioplastic dan bahan bakar bioenergi, membuka peluang pasar baru;
5. Ekspor Produk Turunan → Indonesia berpotensi besar dalam mengekspor produk turunan cangkang sawit ke pasar global, terutama ke negara-negara yang mencari solusi produk ramah lingkungan dan berkelanjutan;
6. Penciptaan Lapangan Kerja → Industri pengolahan cangkang sawit dapat membuka lapangan kerja baru, tidak hanya dalam sektor hulu tetapi juga di dalam sektor hilir.