Peran Strategis Industri Sawit dalam Pengentasan Kemiskinan

Industri kelapa sawit memiliki kontribusi dan peran strategis dalam mendorong pembangunan ekonomi lokal sekaligus mengentaskan kemiskinan di daerah.

Peran Strategis Industri Sawit dalam Pengentasan Kemiskinan
Ilustrasi seorang pekerja di perkebunan kelapa sawit. Pembangunan perkebunan kelapa sawit menjadi salah satu agenda pemerintah dalam rangka meningkatkan pembangunan pedesaan dan pengentasan kemiskinan.

Sebagian besar penduduk miskin di Indonesia tinggal di kawasan pelosok, pedalaman, terisolir, dan pinggiran. Salah satu upaya pemerintah Indonesia untuk mengentaskan kemiskinan adalah pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan sektor pertanian.

Pada sektor pertanian, pembangunan perkebunan kelapa sawit menjadi salah satu agenda pemerintah dalam rangka meningkatkan pembangunan pedesaan (rural development) dan pengentasan kemiskinan pedesaan (rural poverty alleviation) (PASPI, 2015).

Industri kelapa sawit memiliki kontribusi dan peran strategis dalam mendorong pembangunan ekonomi daerah sekaligus mengurangi jumlah penduduk miskin di daerah. Pada umumnya, perkebunan kelapa sawit menjadi kegiatan ekonomi pioner di daerah pedesaan. Perkembangan perkebunan yang memproduksi minyak sawit sebagai komoditas unggulan ekspor dan bahan baku industri maka diharapkan dapat menjadi lokomotif pembangunan yang mampu menurunkan kemiskinan di wilayah tersebut.

PASPI Monitor (2015) dalam jurnal berjudul Industri Minyak Sawit Merupakan Industri Strategis Nasional mengatakan, peningkatan produksi minyak sawit di sentra-sentra perkebunan sawit berkaitan erat dengan penurunan kemiskinan. Peningkatan produksi minyak sawit menurunkan kemiskinan pedesaan secara signifikan.

Terdapat tiga jalur industri sawit yang dapat berkontribusi pada pengurangan kemiskinan di Indonesia. Pertama, melalui kehadiran perkebunan kelapa sawit. Kedua, melalui kegiatan hilirisasi komoditas kelapa sawit. Ketiga, melalui penyediaan minyak sawit dengan harga murah dan terjangkau sehingga meningkatkan daya beli penduduk miskin.

Bank Dunia mengatakan, perkembangan kebun sawit yang cepat di Indonesia memberikan kontribusi penting dalam penurunan kemiskinan di Tanah Air. Hal tersebut selaras dengan laporan dari berbagai macam studi yang mengatakan bahwa pengembangan perkebunan kelapa sawit di Indonesia berhasil menurunkan tingkat kemiskinan di wilayah pedesaan.

Susila dan Munadi (2008) maupun Joni et.al (2012) melaporkan, peningkatan produksi minyak sawit nasional mengurangi angka kemiskinan. Goenadi (2008) mengemukakan, lebih dari enam juta orang yang terlibat dalam perkebunan kelapa sawit di Indonesia berhasil keluar dari jerat kemiskinan. Senada dengan studi tersebut, Edwards (2019) memperkirakan bahwa sekitar 2,6 juta masyarakat Indonesia terangkat dari masalah kemiskinan.

Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (2019) mengungkapkan bahwa sejak tahun 2000, sekitar 1,3 juta penduduk pedesaan dan sekitar 10 juta penduduk Indonesia berhasil keluar dari kemiskinan melalui pertumbuhan industri sawit. World Growth (2011) juga mengemukakan bahwa perkebunan kelapa sawit di Indonesia menjadi bagian penting dan signifikan dalam mengurangi kemiskinan.

Studi Alamsyah et.al. (2020) mengungkapkan, perkembangan perkebunan kelapa sawit di 10 provinsi sentra sawit Indonesia terbukti secara signifikan menurunkan jumlah masyarakat miskin baik di wilayah pedesaan dan perkotaan. Studi tersebut juga mengungkapkan bahwa untuk menurunkan satu persen jumlah orang miskin di wilayah pedesaan dan perkotaan maka dibutuhkan ekspansi perkebunan kelapa sawit seluas 1,05 juta hektare. Adapun, untuk menurunkan satu persen jumlah orang miskin di pedesaan maka dibutuhkan ekspansi perkebunan kelapa sawit seluas 959,7 ribu hektare.

Dengan pertumbuhan produksi minyak sawit, kapasitas perekonomian daerah juga meningkat dalam menghasilkan output, pendapatan, dan penyerapan tenaga kerja, baik pada perkebunan kelapa sawit maupun pada sektor lain. Dampak multiplier pembangunan perkebunan kelapa sawit juga dinikmati oleh sektor modern lain di daerah tersebut seperti lembaga keuangan, restoran dan hotel, food processing, electric equipment, dan sektor manufaktur.

Peranan perkebunan sawit dalam pengurangan jumlah penduduk miskin tak hanya di Indonesia, tetapi juga signifikan terjadi di negara-negara produsen minyak sawit lainnya (World Bank, 2011) seperti di Malaysia (Norwana et.al., 2011), Papua New Guinea (ITS Global, 2012), Nigeria (Adebo et.al., 2015), Ghana (Ayodele, 2010), dan Kolombia (Castiblanco et.al., 2015; Qaim et.al., 2020; Porter, 2020). Hal ini menunjukkan bahwa perkebunan kelapa sawit telah menjadi salah satu lokomotif penting dalam pengurangan angka kemiskinan di negara-negara produsen minyak sawit dunia (PASPI Monitor, 2021aa).

Uraian di atas menunjukkan bahwa perkebunan kelapa sawit berperan dan berkontribusi besar dalam penurunan jumlah penduduk miskin baik pada level desa, daerah, maupun nasional. Pengembangan perkebunan kelapa sawit yang tersebar di daerah pelosok, pinggiran, terisolir, telah mendorong tumbuh berkembangnya pusat-pusat pertumbuhan ekonomi sehingga berdampak pada penurunan kemiskinan di daerah tersebut (PASPI, 2021).