Peneliti dan BPDPKS Kembangkan Bioplastik dari Tandan Kosong Sawit

TANDAN kosong kelapa sawit (TKKS) sering pula disebut sebagai limbah padat dari kelapa sawit. Namun, limbah ini bukan tidak ada manfaatnya, sebaliknya segudang manfaat bisa diperoleh dari TKKS.

Peneliti dan BPDPKS Kembangkan Bioplastik dari Tandan Kosong Sawit

Itulah sebabnya sebagian kalangan memilih tidak menyebutnya sebagai limbah. Sejumlah peneliti belum lama ini terdorong untuk mengembangkan aneka manfaat dari TKKS, salah satunya yang dilakukan oleh tiga peneliti yang dikoordinasikan Masyarakat Perkelapasawitan Indonesia (Maksi).

Bekerjasama dengan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), tiga peneliti yakni Isroi Adi Cifriadi, Khaswar Syamsul, dan Tri Panji Nendyo Adi Wibowo, mengembangkan bioplastik dari TKKS. Bioplastik sepintas tidak ada bedanya dengan plastik yang banyak digunakan saat ini.

Bedanya, bioplastik terbuat dari bahan-bahan terbarukan (renewable) dan bisa terdegradasi seperti pati dan selulosa. Bioplastik inilah yang tengah dikembangkan oleh peniliti tersebut dengan menggunakan TKKS sebagai bahan bakunya.

TKKS merupakan limbah padat  terbesar yang dihasilkan dari pabrik minyak sawit mentah/Crude Palm Oil (CPO) yang jumlahnya kira-kira sama dengan CPO dari pabrik minyak sawit tersebut. Di Indonesia, potensi TKKS diperkirakan mencapai 21 juta ton per tahun.

Tandan kosong sawit merupakan limbah yang banyak mengandung selulosa, sehingga masih dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku bagi produk-produk yang berbasis selulosa. TKKS mengandung kurang lebih 28% selulosa, sayangnya selulosa dari TKKS tidak bersifat plastis. Karena itu, agar selulosa dari TKKS mempunyai sifat plastis, diperlukan modifikasi struktural dan penambahan bahan-bahan lain.

Salah satu tujuan penelitian ini antara lain melakukan modifikasi tersebut. Hasil penelitian ini akan sangat bermanfaat untuk mendapatkan bahan plastik alternatif. Saat ini konsumsi plastik di Indonesia terbilang besar dan kebutuhan akan produk plastik mencapai 4,6 juta ton per tahun dengan pertumbuhan rata-rata 5% per tahun.

Sebagian dari kebutuhan itu dipasok dari luar negeri dengan pertumbuhan volume impor barang jadi plastik sebesar rata-rata 11,7% per tahun. Berdasarkan data 2011, volume impor barang jadi plastik mencapai 405.181 ton. Angka tersebut diperkirakan meningkat karena kebutuhan terus bertambah.

Di lain pihak, pertumbuhan penggunaan plastik juga mendorong pencemaran lingkungan karena sifat plastik yang tidak bisa didegradasi oleh alam. Karena itulah dibutuhkan alternatif plastik lain yang lebih ramah lingkungan dan bioplastik merupakan jawabannya. ***