Mengenal Kontribusi Besar Industri Sawit Terhadap Distribusi Perekonomian Dunia
Manfaat dari industri sawit tak hanya dinikmati negara importir, tetapi juga dinikmati oleh masyarakat global.

Minyak sawit berkontribusi paling besar terhadap penyediaan minyak nabati dunia. Produksi minyak sawit dunia meningkat dari sekitar 55 juta ton pada tahun 2010 menjadi 84,2 juta ton pada tahun 2021 (USDA, 2022). Peningkatan produksi tersebut disertai dengan peningkatan volume perdagangan minyak sawit dunia, yakni dari sekitar 40,5 juta ton menjadi 42 juta ton pada periode yang sama.
Berdasarkan data USDA (2022), negara/kawasan yang menjadi importir minyak sawit terbesar di dunia selama periode tahun 2010-2021 secara berturut-turut adalah India (18 persen), Uni Eropa (15 persen), China (15 persen), Afrika (13 persen), dan Amerika Serikat (4 persen).
PASPI (2025) dalam laman berjudul 21 Isu Industri Sawit dalam Ekonomi menjelaskan, minyak sawit yang diimpor oleh kawasan/negara importir tersebut selanjutnya diolah lebih lanjut menjadi berbagai produk hilir.
Kegiatan hilirisasi sawit di negara tersebut menciptakan berbagai manfaat ekonomi. Pendalaman dan perluasan hilirisasi sawit di negara importir tidak hanya menciptakan manfaat langsung dan manfaat tidak langsung bagi sektor-sektor ekonomi secara keseluruhan yang pada akhirnya dinikmati oleh masyarakat secara keseluruhan, baik melalui konsumsi produk sawit secara langsung maupun tidak langsung.
Hasil studi European Economics (2016) mengungkapkan, terdapat setidaknya 15 sektor penting yang ikut berkembang dengan hilirisasi sawit di negara importir sawit. Sektor-sektor yang dimaksud antara lain adalah sektor pangan, pertanian, hotel dan restauran, tekstil, konstruksi, administrasi publik dan jaminan sosial, perdagangan, kesehatan, pengolahan kayu, kimia dan produk kimia, jasa, pendidikan, serta pengolahan pulp dan kertas.
Studi Shigetomi et.al. (2020) juga mengonfirmasi banyaknya sektor-sektor ekonomi dunia yang terlibat dalam aliran supply chain minyak sawit global. Sektor-sektor yang dimaksud mencakup:
- industri makanan, minuman dan tembakau;
- industri kimia dan produk kimia;
- industri konstruksi;
- industri tekstil, produk pakaian dan produk kulit;
- industri berbasis minyak bumi; serta
- jasa kesehatan masyarakat dan pekerjaan sosial.
Studi tersebut juga mengungkapkan bahwa manfaat ekonomi dari industri sawit tidak hanya dinikmati oleh negara importir saja, tetapi juga dinikmati oleh masyarakat global yang terlibat di dalam supply chain produk berbasis atau menggunakan minyak sawit. Rumah tangga di banyak negara sangat bergantung pada konsumsi produk jadi berbasis sawit atau disebut dengan hidden palm oil seperti produk pangan dan non-pangan (biofuel, kosmetik, dan toiletries) yang diperdagangkan secara internasional (PASPI, 2025).
Kombinasi manfaat langsung dan tidak langsung dari kegiatan impor dan hilirisasi sawit di negara-negara importir menyumbang pada peningkatan nilai tambah dan gross domestic product (GDP) dunia.
Studi European Economics (2016) mengungkapkan distribusi pendapatan dari hilirisasi sawit yang dinikmati negara-negara importir pada tahun 2013/2014 sebesar US$32,8 miliar.
Distribusi pendapatan akibat kegiatan impor dan hilirisasi bervariasi antar-negara importir minyak sawit. Uni Eropa menikmati manfaat distribusi pendapatan paling besar yakni 18,7 persen. Kemudian diikuti China (17 persen); India (16,7 persen); Afrika (13,5 persen); Pakistan dan Bangladesh (10,1 persen); Amerika Serikat (7,3 persen); dan rest of the world (17 persen).