Keunggulan Minyak Sawit Dibandingkan Minyak Nabati Lain di Dunia

Dengan luas perkebunan paling kecil, minyak sawit merupakan minyak nabati dengan produksi terbanyak dibandingkan tanaman penghasil minyak nabati dunia lain.

Keunggulan Minyak Sawit Dibandingkan Minyak Nabati Lain di Dunia
Ilustrasi perkebunan kelapa sawit. Luas areal perkebunan kelapa sawit dunia berada di angka 26,9 juta hektare.

Minyak sawit merupakan salah satu minyak nabati yang paling banyak diproduksi di dunia.

Mengutip PASPI (2023) dalam laman berjudul Minyak Sawit vs 3 Minyak Nabati Dunia, dari berbagai macam jenis minyak nabati dunia, terdapat empat minyak nabati utama dunia, yakni minyak sawit, minyak kedelai, minyak rapeseed, dan minyak bunga matahari. Keempat jenis minyak nabati utama tersebut menyumbang pada 90% volume produksi dan konsumsi minyak nabati dunia.

Berdasarkan data USDA (2024), luas areal tanaman kedelai yang memproduksi minyak kedelai di tahun 2023 mencapai 139,7 juta hektare, menjadi minyak nabati dengan perkebunan terluas di dunia. Selanjutnya, luas tanaman rapeseed mencapai 41,5 juta hektare, dan tanaman bunga matahari mencapai 28,2 juta hektare. Sementara itu, luas areal perkebunan kelapa sawit dunia berada di angka 26,9 juta hektare.

Tidak hanya memiliki areal tanaman terluas, pertambahan luas areal tanaman kedelai selama periode tahun 1980-2021 juga paling besar di antara ketiga tanaman minyak nabati lainnya. Tambahan (ekspansi) luas areal tanaman kedelai dunia mencapai 81,5 juta hektare.

Sedangkan peningkatan luas areal perkebunan kelapa sawit dunia selama periode tersebut hanya seluas 24 juta hektare atau 29 persen dari tambahan luas areal kedelai dunia (USDA, 2022 diolah PASPI, 2022 dalam laman berjudul 9 Isu Minyak Sawit dalam Persaingan Minyak Nabati Global-Mitos vs Fakta).

Jika diasumsikan asal-usul lahan untuk tanaman minyak nabati tersebut berasal dari konversi hutan maka perubahan tata guna lahan global, termasuk di dalamnya deforestasi (land use land use change forestry/LULUCF) yang terbesar, terjadi untuk ekspansi perkebunan kedelai. Kemudian disusul untuk perkebunan rapeseed dan perkebunan bunga matahari (PASPI, 2025).

Dengan luas perkebunan paling kecil dibandingkan luas tanaman penghasil minyak nabati dunia lainnya, minyak sawit merupakan minyak nabati dengan produksi terbanyak yang mencapai 88,4 juta ton selama tahun 2023 (USDA, 2024). Berikutnya, minyak kedelai sebanyak 62,4 juta ton; minyak rapeseed dengan 34 juta ton; serta minyak bunga matahari sebanyak 21,8 juta ton.

Dengan data tersebut, Executive Director PASPI, Tungkot Sipayung, menegaskan bahwa minyak sawit merupakan anugerah Tuhan YME untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dunia, baik dari sisi volume (available), harga yang terjangkau (affordable), dan makin sustainable.

Tungkot Sipayung juga menerangkan, kebun sawit memiliki produktivitas minyak per hektare yang tinggi, yakni sekitar 8-10 kali dari produktivitas minyak nabati lainnya seperti minyak kedelai, minyak rapeseed, dan minyak biji bunga matahari. Kelapa sawit tidak hanya paling efisien dalam penggunaan lahannya, tetapi juga paling tinggi produktivitas minyaknya (PASPI Monitor, 2021a; PASPI, 2023).

Sementara itu, produktivitas sawit dalam menghasilkan minyak (CPO+CPKO) mencapai 3,36 ton per hektare. Berbeda jauh dengan produktivitas tanaman bunga matahari, rapeseed, dan kedelai dalam menghasilkan minyaknya, yang berturut-turut hanya sebesar 0,78 ton per hektare; 0,74 ton per hektare; dan 0,47 ton per hektare.

Selain produktivitasnya yang tinggi, keunggulan minyak sawit dibandingkan minyak nabati lain terletak pada harganya yang lebih kompetitif (murah). Studi Kojima et.al. (2016) dan Cui & Martin (2017) mengungkapkan, jika terjadi kenaikan harga minyak kedelai, minyak rapeseed, minyak biji bunga matahari, maka hal tersebut akan disertai dengan peningkatan konsumsi minyak sawit.

Dengan begitu, minyak sawit dapat berperan mencegah terjadinya kenaikan harga berlebihan pada minyak nabati lain (PASPI, 2023). Pasalnya, peningkatan konsumsi minyak sawit akan meredam kenaikan harga yang berlebihan dari ketiga minyak nabati lainnya dikarenakan penurunan demand pada minyak kedelai, minyak rapeseed, dan minyak biji bunga matahari.

Kelebihan lainnya adalah banyaknya produk turunan yang bisa dihasilkan dari minyak sawit. Minyak sawit merupakan bahan baku yang aplikasinya sangat luas (PASPI, 2023) baik untuk produk oleo food complex (misalnya minyak goreng, margarin, shortening, coklat, biskuit, roti, dan lainnya), produk oleochemical complex (misalnya produk kosmetik, toiletries, skincare, produk kebersihan, dan lain-lain), serta biofuel complex (biodiesel, diesel sawit, bensin sawit, avtur sawit).

Penggunaan minyak sawit yang luas dalam berbagai aspek kehidupan tidak hanya digunakan oleh hampir seluruh sektor-sektor ekonomi, tetapi juga terjadi pada hampir seluruh masyarakat dunia (Shigetomi et.al., 2020).

Selanjutnya, tanaman kelapa sawit memiliki struktur morfologi berbentuk pohon dengan ukuran batang yang relatif besar, bertumbuh cepat, dan memiliki siklus hidup yang panjang (25-30 tahun). Dengan karakteristik yang demikian, kebun sawit dunia melalui proses fotosintesis yang mampu menyerap jutaan ton karbondioksida atau berperan dalam siklus carbon sink dan carbon sequestration (PASPI, 2023; PASPI Monitor, 2023a, 2023f).

Dengan kemampuan sawit yang sangat besar dan berlangsung lama jika dibandingkan minyak nabati lainnya, mengonsumsi produk sawit akan membantu penyerapan emisi karbon yang dihasilkan masyarakat dunia melalui perkebunan sawit dunia (PASPI, 2024).

Sementara itu dari segi konsumsi minyak nabati dunia, kehadiran minyak sawit telah menggeser dominasi minyak kedelai dalam struktur konsumsi empat minyak nabati utama dunia tersebut. Berdasarkan data USDA (2022), minyak nabati yang paling banyak dikonsumsi pada tahun 1965 adalah minyak kedelai (61 persen), kemudian diikuti dengan minyak rapeseed (23 persen), minyak sawit (16 persen), dan minyak bunga matahari (1 persen).

Dengan semakin tersedianya minyak sawit secara internasional, harga yang relatif lebih murah dan aplikasi yang luas menyebabkan pangsa penggunaan minyak sawit mengalami peningkatan. Hingga pada tahun 2021, pangsa minyak sawit menempati posisi pertama yakni 40 persen. Kemudian disusul oleh minyak kedelai (33 persen), minyak rapeseed (17 persen), dan minyak bunga matahari (11 persen).