Produk Turunan Sawit Memiliki Banyak Manfaat bagi Kesehatan Kulit
Penggunaan minyak sawit dan turunannya sebagai produk perawatan kulit (skincare) semakin diminati oleh masyarakat global.

Minyak sawit merupakan salah satu sumber oleokimia alami yang tersedia di alam. Salah satu produk olahan (finished product) berbasis oleokimia sawit yang telah banyak digunakan masyarakat dunia adalah biosurfaktan, seperti produk-produk personal care dan toiletries seperti sabun, deterjen, shampoo, skincare, kosmetik, dan lain-lain.
Biosurfaktan sawit dapat menyubsitusi penggunaan surfaktan berbasis petrokimia dari fosil yang relatif tidak ramah lingkungan dan tidak dapat diperbarui (Hambali et.al., 2019). Biosurfaktan berbasis sawit yang diaplikasikan pada produk sabun, deterjen, dan produk kebersihan lainnya memiliki karakteristik disperse yang baik dengan sifat penyabunan yang baik terutama pada air (Hambali, 2019; Hidayati et.al., 2005).
Biosurfaktan sawit memiliki kemampuan untuk menurunkan tegangan permukaan air sehingga dapat berperan sebagai cleansing agent yang menghasilkan efek busa banyak dan memiliki sifat mikroba spektrum luas yang efektif mematikan bakteri dan virus, serta dapat dengan mudah mengangkat kotoran namun tetap menjaga kesehatan kulit.
Penggunaan minyak sawit dan turunannya sebagai produk perawatan kulit (skincare) juga semakin diminati oleh masyarakat global. Hal ini dikarenakan minyak sawit adalah bahan alami yang memiliki keunggulan dari segi keamanan dibandingkan minyak mineral maupun komponen sintesis. Produk skincare berbasis sawit yang dihasilkan bebas dari senyawa hidrokarbon polisiklik aromatik yang berbahaya bagi kulit manusia.
Komponen senyawa bioaktif seperti karoten (vitamin A) dan vitamin E pada minyak sawit yang kaya antioksidan juga memiliki manfaat bagi kesehatan kecantikan kulit seperti melembabkan kulit, mempercepat penyembuhan luka bakar, mampu meregenerasi kulit, memperlambat penuaan (anti-aging), dan lain-lain (Longganathan et.al., 2010).
Senyawa bioaktif lainnya dalam minyak sawit seperti squalene dan ubiquinone juga menjadi salah satu komposisi yang banyak digunakan pada produk skincare (Sinaga, 2021).
Squalene mampu memberikan kelembaban pada kulit khususnya bagi kulit sensitif, memperbaiki kerusakan kulit akibat sinar UV, hingga mengatasi kulit berjerawat dan berminyak. Sementara itu, penggunaan ubiquinone yang dikombinasikan dengan karoten juga efektif untuk memperlambat penuaan pada kulit seperti mengurangi kerutan dan mengatasi inflamasi.
Bahkan, kandungan asam palmitat pada minyak sawit membuat produk tersebut lebih aman digunakan oleh semua jenis kulit karena bersifat non-comedogenic (PASPI, 2025).
Uraian di atas menunjukkan bahwa aplikasi minyak sawit untuk berbagai produk toiletries dan personal care (termasuk skincare) sangat luas dan bervariasi. Kandungan senyawa bioaktif dalam minyak sawit menambah keunggulan produk toilleteries dan skincare berbasis minyak sawit karena dapat memberikan manfaat bagi kesehatan kulit.
Diharapkan, dengan meningkatnya consumer awareness terhadap produk yang lebih alami dan berkelanjutan, semakin mendorong pemanfaatan minyak sawit yang lebih luas pada produk toiletries dan skincare.
Untuk diketahui, vitamin E yang banyak terdapat dalam kandungan produk kecantikan merupakan senyawa gizi yang esensial bagi kesehatan tubuh manusia. Vitamin tersebut bermanfaat sebagai antioksidan, anti-penuaan dini, kesehatan kulit, kesuburan reproduksi, mencegah aterosklerosis, anti-kanker, dan meningkatkan imunitas (Walton et.al., 1980; Hirai et.al., 1982; Sylvester et.al., 1986; Cross, 1987; Sundram et.al., 1989; Komiyama et.al., 1989; Goh et.al., 1985, 1994; Guthrie et.al., 1993, 1995, 1997; Elson dan Qureshi, 1995; Nesaretnam, 2008; Ng et.al., 2009; Sen et.al., 2010; Anggarwal et.al., 2010; Nesaretnam dan Meganathan, 2010; Gopalan et.al., 2014).
Berdasarkan studi Slover (1971); Gunstone (1986); Palm Oil Human Nutrition (1989) yang dirangkum PASPI (2024), vitamin E tidak dapat diproduksi oleh tubuh manusia sehingga harus diperoleh melalui asupan bahan makanan. Salah satu sumber pangan kaya vitamin E adalah minyak sawit.
Kandungan vitamin E pada minyak sawit bahkan lebih besar dibandingkan dengan kandungan pada minyak nabati lainnya. Kandungan vitamin E pada minyak sawit mencapai 1.172 ppm, atau lebih tinggi dari kandungan vitamin E pada minyak kedelai (958 ppm), minyak bunga matahari (546 ppm), dan minyak jagung (782 ppm).
Hal yang menarik lainnya berkaitan dengan kandungan vitamin E pada minyak sawit adalah komponen utamanya terdiri dari 20% tocopherols dan 80% tocotrienols (Man dan Haryati, 1997).
Memang hampir seluruh minyak nabati memiliki kandungan tocopherols, namun selain mengandung tocopherols yang tinggi, minyak sawit juga mengandung tocotrienols yang relatif tinggi. Bahkan, minyak sawit dijuluki sebagai the richest natural source of tocotrienols (Chow, 1992; Sheppard et.al., 1993; EFSA, 2008).
Tocopherols dan tocotrienols berperan sebagai antioksidan, namun studi mengungkapkan bahwa alpha tocotrienols memiliki kemampuan 40-60 kali lebih efektif dan kuat untuk melawan radikal bebas dibandingkan alpha tocopherols (Serbinova et.al., 1991).
Hal ini menunjukkan bahwa minyak sawit memiliki kemampuan antioksidan yang sangat kuat. Beberapa studi empiris melaporkan, tingginya kandungan tocotrienols pada minyak sawit dapat menurunkan kolesterol plasma, menghambat sel kanker, dan melindungi membran seluler untuk melawan kerusakan oksidatif (Nesaretnam et.al., 1995; Kamat et.al., 1997).
Studi terbaru (Zainal, 2022) juga mengungkapkan bahwa kandungan tocotrienols yang melimpah pada minyak sawit mampu mencegah berbagai penyakit yang berhubungan dengan usia seperti demensia, alzheimer, stroke, cardiovaskuler, dan kerusakan kulit.