Kelapa Kopyor : Potensi Hasil Perkebunan Lokal di Kabupaten Pati, Jawa Tengah

Pati, 25 September 2025- Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) Kementerian Keuangan, melakukan studi lapangan ke Kabupaten Pati. Kegiatan ini mencakup studi lapangan ke Laboratorium Kultur Embrio Kelapa Kopyor di Balai Penyuluhan Pertanian ( BPP ), Dinas Pertanian Kabupaten Pati, lahan penanaman bibit kelapa kopyor milik Pemerintah Daerah Kabupaten Pati yang dikelola oleh Dinas Pertanian setempat, serta ke salah satu sentra penghasil kelapa kopyor di Kabupaten Pati yaitu Kecamatan Dukuhseti.
BPDP yang sebelumnya hanya berfokus pada Program Pengembangan Kelapa Sawit, kini mendapatkan amanah baru melalui Peraturan Presiden Nomor 132 Tahun 2024 untuk menjalankan Program Pengembangan Perkebunan tidak hanya perkebunan kelapa sawit, namun juga perkebunan kelapa dan perkebunan kakao. Untuk Program Pengembangan Perkebunan Kelapa sendiri, sudah dipersiapkan program pengembangan perkebunan kelapa dari sektor dari hulu hingga hilir. Program Pengembangan Kelapa pada sektor hulu sendiri, telah dipersiapkan meliputi Program Peremajaan Perkebunan Kelapa serta Program sarana dan prasarana perkebunan.
Kabupaten Pati sejak lama dikenal sebagai salah satu sentra kelapa kopyor di Indonesia. Komoditas unik ini memiliki rasa dan tekstur berbeda dari kelapa biasa dengan harga jual tinggi mencapai Rp40.000 hingga Rp75.000 per butir. Cita rasa yang unik serta tekstur yang lembut, menjadikan kelapa kopyor memiliki nilai ekonomi besar sekaligus berpotensi untuk dikembangkan dalam industri makanan dan minuman.
Produksi kelapa kopyor di Pati terus meningkat dari tahun ke tahun, adapun sentra penghasil kelapa kopyor di Pati Adalah Kecamatan Dukuhseti, Tayu dan Margoyoso. Dengan daerah yang menjadi penyangga adalah Kecamatan Gunungwungkal, Tlogowungu dan dan Gembong. Berdasarkan data dari Dinas Pertanian Kabupaten Pati, per tahun 2024, luas areal tanaman kelapa kopyor di Kabupaten Pati mencapai 1.280,27 hektare dengan rata-rata produksi 1.974,57 kg per hektare. Komoditas kelapa ini dikelola oleh sekitar 4.354 pekebun, sehingga hasil perkebunan kelapa menjadi salah satu sumber pendapatan penting bagi masyarakat setempat.
Perkembangan tanaman kelapa kopyor kini juga meluas ke wilayah Karesidenan Pati yang meliputi Kabupaten Jepara, Blora, Kudus, dan Rembang. Potensi tersebut menjadikan kopyor sebagai salah satu sumber pendapatan penting bagi petani, meski produksinya terbatas. Secara alami, peluang munculnya buah kopyor hanya sekitar 20 - 40 persen dari satu pohon, sehingga ketersediaan buah kerap tidak sebanding dengan permintaan pasar.
Untuk menjawab tantangan tersebut, Pemerintah Kabupaten Pati melalui Badan Penyuluh Pertanian (BPP), Dinas Pertanian Pati membangun Laboratorium Kultur Embrio Kelapa Kopyor. Laboratorium ini berfungsi untuk memperbanyak bibit kopyor murni melalui metode kultur embrio, sebuah teknik kultur jaringan yang terbukti mampu mempercepat pemuliaan tanaman dan membantu perbanyakan bibit yang sulit tumbuh secara alami. Dengan dukungan teknologi ini, Pati diharapkan dapat memperkuat posisinya sebagai pusat pengembangan kelapa kopyor nasional sekaligus meningkatkan ketersediaan bibit unggul bagi petani.
Dalam rangka mempelajari lebih dekat pengembangan bibit kelapa kopyor yang berkualitas, BPDP Kemenkeu mendapat kesempatan melakukan studi lapangan ke Laboratorium Kultur Embrio Kelapa Genjah Kopyor di BPP, Dinas Pertanian Kabupaten Pati. Kunjungan ini didampingi oleh Kepala Bidang Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan Bapak Sugiharto, SP dan Tim Laboratorium BPP.
Laboratorium Kultur Embrio Kelapa Genjah Kopyor yang berlokasi di Jalan Syeh Jangkung, Desa Plangitan, Kecamatan Pati, Kabupaten Pati ini, merupakan satu-satunya laboratorium yang mampu memproduksi Benih Unggul kelapa kopyor dengan metode produksi kultur jaringan yang terbaik di Provinsi Jawa Tengah
Laboratorium Kultur Embrio Kelapa Kopyor di Balai Penyuluhan Pertanian ( BPP ), Dinas Pertanian Kabupaten Pati, mempunyai lahan uji coba seluas lebih 30 m2. Proses percobaan tanam kelapa genjah kopyor kultur jaringan dengan hasil 95-100% kelapa kopyor. Rencananya setelah proses tanam pertama, lahan uji coba akan terus dikembangkan dan diperluas. Tujuannya agar pembuktian hasil perkebunan semakin baik
BPDP juga studi lapangan ke Agrowisata Omah Kopyor yang terletak di Desa Ngagel, Kecamatan Dukuhseti, Kabuapten Pati. Pengelola Omah Kopyor, merupakan salah satu anggota Asosiasi Petani Kelapa Indonesia (APKI) Jawa Tengah, serta anggota APKI Kabupaten Pati. Pada lokasi ini, pengelola memberikan penjelasan mengenai teknik penanaman dan perawatan kelapa kopyor. Dengan lahan seluas 3.500 meter persegi, Omah Kopyor mampu memproduksi sekitar 300 butir kelapa dan 150 bibit setiap bulan, sekaligus menjadi destinasi wisata edukatif bagi masyarakat.
Kehadiran Laboratorium Kultur Embrio Kelapa Kopyor di Pati dan Agrowisata Omah Kopyor memperlihatkan bahwa kelapa kopyor di Pati bukan hanya sekadar komoditas bernilai tinggi, tetapi juga menjadi bagian dari inovasi teknologi dan pengembangan wisata. Melalui kombinasi antara riset, pertanian, dan pariwisata, kelapa kopyor semakin menguatkan identitas Pati sebagai sentra kopyor di Indonesia sekaligus membuka peluang kesejahteraan lebih luas bagi masyarakat setempat. (DV/ AN)