Kawasan Afrika sebagai Pangsa Ekspor Minyak Sawit Indonesia
Kawasan Afrika memiliki potensi besar sebagai pasar yang sangat strategis untuk tujuan ekspor minyak sawit nasional.
Masyarakat di kawasan Afrika telah lama mengenal tanaman kelapa sawit dan memanfaatkan minyak sawit sebagai bahan pangan maupun untuk kebutuhan lain. Kebiasaan masyarakat Afrika dalam mengonsumsi minyak sawit tercermin dari struktur konsumsi minyak nabati yang mana minyak sawit masih menjadi jenis minyak dengan tingkat konsumsi tertinggi di wilayah tersebut.
Untuk memenuhi kebutuhan domestik, negara-negara Afrika melakukan impor minyak sawit terutama dari Indonesia dan Malaysia. Selama periode tahun 2010 hingga 2023, volume ekspor minyak sawit Indonesia ke kawasan Afrika menunjukkan tren peningkatan. Pada tahun 2010, volume ekspor Indonesia mencapai sekitar 1,19 juta ton atau 27 persen dari total impor minyak nabati Afrika. Pada tahun 2023 volume tersebut meningkat signifikan menjadi 3,7 juta ton atau sekitar 61 persen dari total impor minyak sawit Afrika.
PASPI Monitor (2024) dalam jurnal berjudul Minyak Sawit dalam Konsumsi Minyak Nabati Benua Afrika dan Implikasi bagi Indonesia mengatakan bahwa kawasan Afrika memiliki potensi besar sebagai pasar berkembang (emerging market) yang sangat strategis untuk tujuan ekspor minyak sawit nasional. Saat ini Indonesia terus melakukan diplomasi ekonomi dan perdagangan dengan negara-negara di kawasan Afrika untuk mengoptimalkan potensi ekspor minyak sawit tersebut.
Selain kultur konsumsi minyak sawit beberapa keunggulan lain pasar di kawasan Afrika adalah jumlah penduduk mencapai sekitar 1,37 miliar jiwa; nilai produk domestik bruto (PDB) sekitar US$3 triliun; hingga keberadaan kerja sama ekonomi regional melalui African Continental Free Trade Area atau ACFTA (PASPI Monitor, 2024).
Negara-negara Afrika juga memiliki keterikatan historis dan emosional dengan Indonesia. Setidaknya terdapat beberapa peristiwa yang menjadi landasan hubungan tersebut. Pertama, Afrika khususnya Afrika Barat merupakan wilayah asal tanaman kelapa sawit yang kemudian berkembang di Indonesia. Kedua, Konferensi Asia-Afrika pada tahun 1955 di Bandung yang menjadi tonggak lahirnya Gerakan Non-Blok sehingga menumbuhkan persamaan visi dan semangat solidaritas antar-bangsa.
Ketiga, keberhasilan Indonesia mencapai swasembada beras yang sempat menekan harga beras dunia turut memberi manfaat bagi masyarakat Afrika. Keempat, keberhasilan Indonesia menjadi produsen minyak sawit terbesar di dunia dan menjadikan minyak sawit sebagai minyak nabati paling murah secara global turut meningkatkan akses dan keterjangkauan minyak nabati bagi masyarakat Afrika (PASPI, 2023; PASPI Monitor, 2021).
Kehadiran minyak sawit di pasar dunia juga berperan dalam mencegah kenaikan harga berlebihan pada komoditas minyak nabati lain seperti minyak kedelai, bunga matahari, dan rapeseed. Berdasarkan uraian tersebut, Afrika memiliki potensi besar sebagai pasar strategis bagi ekspor minyak sawit Indonesia.
Dari banyak negara di kawasan Afrika, salah satu negara yang sangat potensial bagi penguatan strategi ekspor minyak sawit ke depan adalah Nigeria. Proyeksi ekonomi menunjukkan bahwa Nigeria yang merupakan negara dengan populasi terbesar di Afrika berpotensi masuk dalam lima besar ekonomi dunia pada beberapa dekade mendatang.

































