Focus Group Discussion (FGD) Penyusunan Roadmap Riset Industri Kelapa dan Kakao Indonesia Dari Hulu Sampai Hilir Periode Tahun 2025 – 2035

Focus Group Discussion (FGD) Penyusunan Roadmap Riset Industri Kelapa dan Kakao Indonesia Dari Hulu Sampai Hilir Periode Tahun 2025 – 2035
Focus Group Discussion (FGD) Penyusunan Roadmap Riset Industri Kelapa dan Kakao Indonesia Dari Hulu Sampai Hilir Periode Tahun 2025 – 2035

Bintaro, 15 Mei 2025 - Dalam rangka memperkuat arah pengembangan riset nasional di sektor kelapa dan kakao, Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) bertajuk “Penyusunan Roadmap Riset Industri Kelapa dan Kakao Indonesia dari Hulu sampai Hilir Periode 2025–2035” pada Rabu, 15 Mei 2025, secara hybrid dari Bintaro, Tangerang Selatan.

Acara ini dibuka oleh Direktur Perencanaan dan Pengelolaan Dana BPDPKS, Kabul Wijayanto, yang dalam sambutannya menekankan pentingnya penyusunan roadmap riset yang konkret, aplikatif, dan berkelanjutan. Roadmap ini diharapkan dapat menjadi panduan strategis bagi seluruh pemangku kepentingan dalam menjawab tantangan industri kelapa dan kakao secara menyeluruh, dari hulu hingga hilir, dengan pendekatan berbasis data, pemanfaatan teknologi, serta penguatan kemitraan lintas sektor.

FGD ini turut menghadirkan para pemangku kepentingan dari berbagai latar belakang, seperti perwakilan kementerian dan lembaga teknis, asosiasi petani, pelaku industri, lembaga riset, serta kalangan akademisi. Kehadiran yang beragam ini mencerminkan semangat kolaboratif dalam menyusun arah kebijakan riset yang inklusif dan berdampak luas.

Kegiatan diawali dengan pemaparan umum oleh Triana Meinarsih, Kepala Divisi Pendidikan SDM, Litbang dan Pengembangan SDM BPDP, yang menjelaskan latar belakang, tujuan, sasaran, serta teknis penyusunan roadmap riset kelapa dan kakao 2025–2035. Pemaparan ini menjadi landasan bagi rangkaian diskusi panel yang berlangsung sepanjang kegiatan.

Dalam sesi diskusi pertama, Baginda Siagian, M.Si., Direktur Tanaman Semusim dan Tahunan Kementerian Pertanian, menyoroti tantangan industri kakao nasional, seperti penurunan produktivitas akibat serangan hama, kurangnya peremajaan tanaman, dan terbatasnya minat regenerasi petani muda. Ia juga menekankan potensi besar industri pengolahan kakao, mengingat Indonesia merupakan negara penggiling kakao terbesar keempat di dunia.

Sementara itu, perwakilan Direktorat Tanaman Kelapa Sawit dan Aneka Palma Kementerian Pertanian, Rasyid, menjelaskan tantangan yang dihadapi sektor kelapa, seperti menyusutnya luas lahan sekitar 11.000 hektare per tahun, rendahnya produktivitas, dan kurangnya varietas unggul. Ia menyampaikan pentingnya riset kultur embrio untuk mempercepat penyediaan benih unggul sebagai langkah awal dalam mendorong pengembangan industri kelapa secara terpadu.

Diskusi dilanjutkan dengan pemaparan dari Dewan Kakao Indonesia dan Dewan Kelapa Indonesia yang membahas analisis SWOT masing-masing industri. Kajian ini menjadi masukan penting untuk memperkuat arah penyusunan roadmap yang berbasis pada kondisi riil di lapangan.

Pada sesi akhir, Prof. Dr. Erliza Hambali, M.Si., dari Fakultas Teknologi Pertanian IPB University, menyampaikan bahwa riset dan inovasi teknologi merupakan kunci daya saing industri kelapa dan kakao. Ia menekankan pentingnya isu keberlanjutan, digitalisasi, dan kolaborasi multipihak, serta perlunya orientasi pada pasar ekspor dan nilai tambah.

Selanjutnya, Prof (Ris) Ir. Didiek Hadjar Goenadi, MSc., Ph.D., Koordinator Komite Litbang BPDP, menjelaskan bahwa roadmap riset ini diperlukan untuk menyelaraskan arah program yang didanai oleh BPDP dengan dinamika dan isu-isu terkini. Ia menegaskan bahwa dokumen ini akan menjadi rujukan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program riset secara nasional.

Penutup diskusi disampaikan oleh perwakilan dari Kementerian PPN/Bappenas yang memaparkan Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025–2045. Dokumen ini disusun dalam empat fase pengembangan, dengan tujuan mentransformasi industri kelapa nasional melalui pemanfaatan potensi sumber daya, pengembangan produk turunan bernilai tambah tinggi, serta kontribusi terhadap sektor pangan, energi, kesehatan, dan industri.

Menutup kegiatan, Kabul Wijayanto menyampaikan harapannya agar forum ini menjadi awal dari penyusunan roadmap riset yang visioner dan implementatif. “Kami berharap roadmap ini mampu menjadi panduan strategis dalam mengembangkan industri kelapa dan kakao yang tangguh, inklusif, dan berdaya saing global selama satu dekade ke depan,” ujarnya.