Bukti Empiris Multifungsi Perkebunan Kelapa Sawit
Mesin biologis tanaman kelapa sawit multifungsi pertanian, yakni green function, blue services/function, yellow services/function, dan white function.

Perkebunan kelapa sawit telah ada di Indonesia sejak tahun 1911 silam dan semakin berkembang hingga saat ini. Di balik hamparan perkebunan kelapa sawit, terdapat mesin biologis tanaman kelapa sawit yang paling vital dan menjadi mata rantai penghubung antara lingkungan alam fisik dengan kehidupan manusia.
Mesin biologis yang dimaksud adalah proses fotosintesis dan respirasi tanaman kelapa sawit. Melalui proses biologis tersebut, terjadi penyerapan karbondioksida dari atmosfer bumi (disimpan dalam bentuk tubuh dan produksi tanaman) dan menghasilkan oksigen ke atmosfer bumi.
Pohon kelapa sawit dapat bertumbuh dan berproduksi (menghasilkan TBS) dimungkinkan karena karbondioksida yang diserap jauh lebih besar daripada yang dilepas melalui respirasi.
PASPI Monitor (2025) dalam jurnal berjudul Multifungsi Perkebunan Kelapa Sawit dan Isu Sustainability menjelaskan bahwa mesin biologis tanaman kelapa sawit tersebut menghasilkan multifungsi pertanian (multifunctional agriculture). Multifungsi pertanian mencakup empat fungsi yakni green function, blue services/function, yellow services/function, dan white function (Aldington, 1998; Dobbs and Petty, 2001; Moyer and Josling, 2002; Harwood, 2003; Jongeneel and Slangen, 2004, Huylenbroeck, et.al, 2007).
Keempat fungsi pertanian/perkebunan tersebut secara internasional sering disebut 3-P yakni profit (white function), people (yellow service), dan planet (green function and blue service). Multifungsi perkebunan di Indonesia juga diakui bahwa perkebunan mempunyai tiga fungsi yakni, (1) fungsi ekonomi berupa peningkatan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat serta penguatan struktur ekonomi wilayah dan nasional); (2) fungsi ekologi berupa peningkatan konservasi tanah dan air, penyerapan karbon, penyedia oksigen, dan penyangga kawasan lindung; dan (3) fungsi sosial budaya berupa sebagai perekat dan pemersatu bangsa.
Dengan demikian, perkebunan kelapa sawit merupakan bentuk dan cara pemanfaatan dan pelestarian multifungsi yang melekat pada perkebunan kelapa sawit tersebut secara lintas generasi. Melalui pembudidayaan tanaman kelapa sawit (perkebunan kelapa sawit) fungsi ekonomi (primary function), fungsi sosial (yellow function, white function), dan fungsi ekologis (green function, blue function) tersebut tidak hanya dipanen/dinikmati oleh generasi sekarang tapi juga dinikmati generasi yang akan datang.
Bahkan, pelestarian biodiversity melalui pembudidayaan (seperti kelapa sawit) merupakan cara yang lebih efektif dan berdaya guna. Tanaman kelapa sawit yang tadinya hanya empat pokok sebagai tanaman biodiversity di Kebun Raya Bogor tahun 1848, melalui pembudidayaan tanaman kelapa sawit tersebut sejak 1911 di Indonesia telah terlestarikan dan diperbesar secara lintas generasi sehingga menghasilkan puluhan varietas baru kelapa sawit.
Kemudian selama proses pembudidayaan/pelestarian kelapa sawit tersebut (sejak 1911 sampai sekarang) masyarakat secara lintas generasi telah menikmati manfaat dari multifungsi perkebunan kelapa sawit tersebut, seperti produk oleopangan, oleokimia, kelestarian siklus karbon dioksida, oksigen dan air, kelestarian perkebunan kelapa sawit, serta pendapatan yang tercipta.
Kelestarian multifungsi perkebunan kelapa sawit tersebut tidak hanya dinikmati oleh masyarakat Indonesia, melainkan juga dinikmati oleh masyarakat dunia baik yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam industri minyak sawit.
Melalui perdagangan internasional, produk-produk oleopangan dan oleokimia yang melibatkan hampir seluruh negara dunia menikmati manfaat ekonomi/konsumsi produk tersebut. Sebagai satu ekosistem global, masyarakat internasional juga menikmati jasa kelestarian siklus karbon dioksida, oksigen, dan air, yang dihasilkan dari perkebunan kelapa sawit.
Bukti Empiris Multifungsi
Secara empiris, fungsi ekonomi dari industri minyak sawit telah banyak dibuktikan berbagai ahli, antara lain yakni sumber devisa dan pendapatan negara, pembangunan ekonomi daerah, dan peningkatan pendapatan petani (Tomic dan Mawardi, 1995; Sato, 1997; Susila, 2004; Sumarto dan Suryahadi, 2004; Joni, 2012; Rofiq, 2013; World Growth, 2009, 2011; PASPI, 2014).
Demikian juga fungsi sosial budaya dari industri minyak sawit juga telah terbukti secara empiris antara lain peranannya dalam pembangunan pedesaan (memperbaiki kualitas kehidupan) dan pengurangan kemiskinan (Sumarto dan Suryahadi, 2004; Susila, 2004; Gunadi, 2008; World Growth, 2009, 2011; Joni, 2012; Rofiq, 2013; PASPI, 2014).
Selain itu, sumber daya manusia yang terlibat dalam perkebunan kelapa sawit di setiap daerah merupakan suatu persekutuan keragaman antar-etnis di Indonesia. Pelibatan multietnis dalam kegiatan ekonomi berarti juga bahwa perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu wadah pelestarian keragaman interaksi sosial antar-etnis/budaya.
Berbagai penelitian juga membuktikan bahwa fungsi ekologis dari perkebunan sawit mencakup pelestarian daur karbondioksida dan oksigen (proses fotosintesis, yakni menyerap karbondioksida dari atmosfer bumi dan menghasilkan oksigen ke atmosfer bumi), restorasi degraded land konservasi tanah dan air, peningkatan biomassa dan karbon stok lahan (Henson, 1999; Harahap dkk, 2005; Fairhurst dan Hardter, 2004; Chan, 2002) dan bahkan mengurangi emisi gas rumah kaca/restorasi lahan gambut (Murayama dan Baker, 1996; Melling et,al. 2005, 2007; Sabiham, 2013).
Penjelasan di atas menunjukkan bahwa industri minyak sawit menghasilkan komoditas/produk (private goods) dan non-komoditas (public goods) secara bersamaan (jointness). Komoditas yang dimaksud adalah minyak sawit mentah (crude palm oil/kernel oil) dan produk turunannya (oleokimia, oleofood, biodiesel).
Adapun, non-komoditas yang dihasilkan berupa jasa lingkungan seperti kelestarian siklus oksigen, kelestarian daur hidrologi, dan kelestarian siklus karbondioksida yang merupakan bagian penting dari fungsi ekosistem global.
Karbondioksida yang dikeluarkan (sebagai sampah) oleh masyarakat global dan kegiatannya yang mengonsumsi BBM fosil seperti industri, transportasi, perumahan, dan lain-lain, oleh perkebunan kelapa sawit diserap (melalui fotosintesis) kemudian disimpan dalam bentuk biomassa dan dihasilkan oksigen untuk kehidupan manusia di planet bumi.
Semakin luas dan makin menyebar perkebunan kelapa sawit semakin besar dan semakin menyebar pula penyerapan karbondioksida, produksi biomassa, dan produksi oksigen dari perkebunan kelapa sawit.