BPDP Dorong SDM Unggul Sawit Menuju Indonesia Emas 2045

BEKASI – Ketua Dewan Pengawas Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP), Dr.-Ing. Evita H. Legowo, menekankan pentingnya peran kelapa sawit sebagai komoditas strategis yang harus dijaga keberlanjutannya. Hal itu ia sampaikan dalam Kuliah Umum mahasiswa baru Politeknik Kelapa Sawit Citra Widya Edukasi (Poltek CWE), Kamis (2/10/2025), bertajuk “Sawit untuk Negeri: Investasi SDM Menuju Indonesia Emas 2045.”
Sawit Penopang Ekonomi dan Transisi Energi
Evita menjelaskan, meskipun dunia sempat terguncang pandemi Covid-19, industri sawit tetap menjadi penopang utama perekonomian nasional. Indonesia bahkan tercatat sebagai produsen biodiesel terbesar di dunia melalui program mandatori B40.
“Sawit adalah minyak nabati dengan produktivitas tertinggi. Bahkan Uni Eropa pun mengakui keunggulan sawit Indonesia,” ujarnya.
Namun, Evita mengingatkan masih banyak tantangan. Produktivitas kebun rakyat baru 3,5 ton CPO per hektare per tahun, padahal potensi optimalnya 6–8 ton. Isu tata kelola lahan dan kampanye negatif internasional juga masih menghantui. Untuk itu, BPDP terus mendorong peremajaan sawit rakyat (PSR), hilirisasi produk, serta penyediaan benih unggul, pupuk, dan mekanisasi pertanian.
Dalam konteks transisi energi, limbah sawit tengah dikaji untuk menghasilkan bioetanol. “Krisis energi global tidak bisa hanya dijawab dengan fosil. Sawit memiliki potensi besar sebagai sumber energi bersih,” tegasnya.
SDM Sebagai Investasi Masa Depan
Lebih jauh, Evita menekankan bahwa keberlanjutan sawit tidak hanya bergantung pada pohon dan pabrik, melainkan pada manusia yang mengelolanya. Sejak 2016, BPDP telah menjalankan program beasiswa sawit bagi anak pekebun, ASN, hingga pengurus koperasi. Skema ini mencakup biaya kuliah, biaya hidup, buku, hingga praktik lapangan dan sertifikasi.
Hingga Agustus 2025, program tersebut telah melahirkan ribuan lulusan: 3.200 lebih lulusan D1/D2, 3.345 lulusan D3, serta 2.727 lulusan D4/S1. Mereka kini tersebar di perusahaan perkebunan, koperasi, maupun kembali mengelola kebun keluarga.
“Kami ingin generasi sawit tidak hanya menjadi pekerja, tapi juga pemimpin, peneliti, bahkan pengusaha,” ujar Evita.
Tahun ini, BPDP menargetkan 11 ribu penerima manfaat melalui beasiswa, pelatihan vokasi, dan program manajerial. Bidang studinya beragam, mulai dari pembibitan, teknik mesin, manajemen logistik, hingga teknologi informasi.
Sinergi Pendidikan dan Pelatihan
Selain pendidikan formal, BPDP juga memperluas pelatihan vokasi sesuai Keputusan Dirjen Perkebunan Nomor 40 Tahun 2025. Materinya meliputi teknis panen, pascapanen, standar ISPO, kewirausahaan, hingga kepemimpinan. Beberapa alumni bahkan telah mendirikan koperasi, mengakses dana PSR, hingga mengembangkan usaha pengolahan sawit skala kecil.
“Kalau tidak disiapkan sejak dini, kita akan tertinggal. Pendidikan vokasi harus menjawab skill-gap industri sawit yang makin modern,” kata Evita.
Dukungan Direktur BPDP
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Penyaluran Dana Sektor Hilir BPDP Mohammad Alfansyah menegaskan komitmen lembaganya memperkuat regenerasi SDM. Tahun ini, 328 mahasiswa baru resmi bergabung dengan Poltek CWE, sebagian merupakan penerima beasiswa BPDP.
“Kalau tanamannya diremajakan, SDM-nya juga harus diremajakan. Anak muda harus punya inovasi untuk bisa hidup di kebun,” ucap Alfansyah.
Ia mengingatkan pentingnya integritas bagi lulusan perkebunan. “Jangan sampai tergoda dengan hal-hal negatif. Jangan pernah ada yang menjadi pencuri TBS sawit. Lulusan Poltek CWE harus jadi agen perubahan,” tegasnya.
Alfansyah juga menyinggung mandat baru BPDP yang kini tidak hanya mengelola dana sawit, tetapi juga kelapa dan kakao. “Ini tantangan baru, sekaligus peluang memperkuat posisi Indonesia sebagai produsen utama komoditas tropis dunia,” katanya.
Generasi Muda Penjaga Sawit
Direktur Poltek CWE, Nugroho Kristono, menambahkan, pendidikan di kampus ini dirancang komprehensif, mencakup budidaya, logistik, hilirisasi, hingga teknologi.
“Dua puluh tahun ke depan, mahasiswa inilah yang akan memegang tongkat kepemimpinan sawit. Maka mereka harus menghayati misi luhur ini,” ujarnya.
Kuliah perdana ditutup dengan pesan Evita kepada mahasiswa. Ia menatap mereka sambil berkata, “Sawit baik, sawit berkelanjutan. Kami titipkan pada generasi muda.” Ucapan itu disambut tepuk tangan panjang, seakan meneguhkan bahwa masa depan sawit ada di tangan mereka.