Awas, Harga CPO Semakin Turun

Sampai dengan pertengahan Oktober 2018 harga minyak sawit mentah menunjukkan tren negatif sejak awal tahun.

Awas, Harga CPO Semakin Turun

SAMPAI dengan pertengahan Oktober 2018 harga minyak sawit mentah menunjukkan tren negatif sejak awal tahun. Perdagangan di bursa Rotterdam mencatat per 16 Oktober harga CPO ditutup di level USD530/MT, bahkan harga sempat menyentuh level terbawah pada tanggal 27 September sebesar USD515/MT.

Seperti ulangan di tahun 2015 yang ketika itu harga turun +/-36% dalam kurun waktu satu tahun, di tahun ini harga CPO juga turun di level yang sama. Apa sebenarnya yang berbeda diantara kedua kondisi tersebut?, dan bagaimana harga akan bergerak sampai dengan penghujung tahun 2018?  

Perbedaan Faktor Fundamental Penggerak Harga CPO

Kondisi persediaan selalu menjadi alasan utama penyebab menurunnya harga jual CPO. Secara teori, komoditas sawit yang dikategorikan sebagai `continuous producing commodity` memiliki efek respon yang lebih besar saat menghadapi volatilitas tingkat permintaan.

Peningkatan level persediaan minyak sawit yang disebabkan oleh penurunan tingkat permintaan akan berdampak lebih besar terhadap penurunan harga jual dibandingkan dengan produk lainnya yang memiliki sifat produksi musiman.

Hampir sama dengan tahun 2015, kondisi persediaan CPO pada bulan September 2018 meningkat melebihi kapasitas normal. Jumlah ekspor yang meningkat sampai dengan September 2018 sebesar 3,3 juta MT dari tahun lalu (yoy), tidak dapat mengimbangi kenaikan produksi yang meningkat sebesar 4,5 juta MT (yoy).

Terdapat hal fundamental lain yang seharusnya menjadi perhatian di sisi permintaan. Berdasarkan pengamatan data statistik selama 10 tahun terakhir, minyak sawit tercatat bergerak mengikuti harga minyak kedelai dan rapeseed. Berdasarkan data perdagangan bursa rotterdam, penurunan harga jual minyak kedelai sejak awal tahun 2018 diikuti oleh penurunan harga jual minyak sawit.

Rata-rata harga jual minyak kedelai di bulan September turun menjadi USD729/MT dari sebelumnya USD766/MT di bulan Agustus 2018. Perang dagang antara AS dan China menyebabkan stok kedelai AS meningkat sehingga memaksa harga jual terjun bebas.

Di sisi lain, rapeseed komoditas andalan Eropa mengalami kegagalan panen di bulan Juni-Juli pasca kekeringan yang melanda benua biru tersebut. Harga jual rapeseed meningkat sejak Mei 2018 dari USD812/MT dan mencapai puncak di Agustus sebesar USD853/MT.

Jika dibandingkan kondisi di tahun 2015, pergerakan harga minyak sawit tidak mengikuti pergerakan minyak kedelai dan rapeseed terutama di periode semester kedua. Harga minyak sawit terjun bebas di bulan Agustus dan September masing-masing sebesar USD551/MT dan USD533/MT. Sementara itu, harga minyak kedelai dan rapeseed stabil di rata-rata harga masing-masing USD750/MT dan

Proyeksi Harga CPO Tahun 2018

Kekurangan pasokan minyak nabati dan harga jual kedelai AS yang rendah menyebabkan ekspor kedelai AS meningkat ke pasar eropa. Hal tersebut membuat perang harga minyak CPO dengan kedelai semakin terbuka di pasar eropa. Turunnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS semakin memberikan eksporter minyak sawit fleksibilitas menurunkan harga jual. Pasar berekspektasi harga jual minyak kedelai AS di triwulan terakhir akan meningkat ke level USD636-630/MT.

Peningkatan tersebut berdampak pada peningkatan harga jual minyak kedelai di bursa rotterdam ke level USD737-743/MT. Sesuai dengan prediksi curah hujan yang mulai meningkat di bulan Oktober, menyebabkan produksi CPO di Indonesia dan Malaysia sampai dengan akhir tahun masing-masing mencapai level 10,5 juta MT dan 5,5 juta MT.

Di sisi ekspor, perbaikan permintaan minyak sawit Indonesia di pasar India yang diproyeksikan terus terjadi seiring keterbatasan impor kedelai dari AS serta ekspor biodiesel ke China yang terus menunjukkan tren positif membuat ekspor Indonesia dan Malaysia pada periode Oktober-Desember 2018 diproyeksikan mencapai 9,8 juta MT dan 5,2 juta MT.

Di sisi pasar domestik, perluasan biodiesel untuk sektor Non PSO oleh pemerintah Indonesia diproyeksikan dapat menyerap stok melalui konsumsi dalam negeri sebesar 1,6 juta MT. Sehingga diproyeksikan stok minyak sawit di Indonesia dan Malaysia ditutup menurun ke level 6,5 juta MT dan 2 juta MT di akhir tahun 2018.

Diproyeksikan harga CPO rotterdam akan mengalami penurunan di bulan Oktober ke level USD581-526/MT sebelum kembali meningkat pada bulan November dan Desember masing-masing ke level USD610-571/MT dan USD640-605/MT. Turunnya harga di bulan Oktober seiring proyeksi puncak produksi terjadi pada periode tersebut.

Langkah Strategis Pemerintah

Beberapa langkah penting saat ini sedang dilakukan pemerintah bersama dengan pelaku industri untuk menyerap produksi yang sedang mengalami peningkatan besar. Perluasan implementasi program B20 ke sektor non-PSO membuka pasar domestik yang diharapkan mampu menyerap persediaan minyak sawit.

Harga minyak mentah yang saat ini diatas harga CPO, membuat biodiesel menjadi kompetitif dibandingkan dengan bahan bakar fosil. Sementara itu guna meningkatkan daya saing produk kelapa sawit di pasar luar negeri, sedang dilakukan kajian tarif. Dharapkan dari hasil kajian tersebut dapat meningkatkan ekspor kelapa sawit nasional. Oleh: Fajril A