BPDPKS Paparkan Kontribusi Sawit dalam Pencapaian SDGs di COP24

DIREKTUR Utama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) Dono Boestami mengungkapkan di hadapan peserta Konferensi Lingkungan Hidup COP24 bahwa industri kelapa sawit Indonesia turut memberikan kontribusi pada pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals). “Dari 17 SGGs objectives itu minimal ada enam, sebetulnya bisa sampai tujuh, kontribusi sawit terhadap pencapaian SGDs,” ujar Dono dalam pemaparannya di Paviliun Indonesia di ajang gelaran COP24 di Katowice, Polandia, Jumat (7/12/2018). COP24 merupakan sebutan informal untuk 24th Conference of the Parties to the United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC). Dalam forum ini, delegasi Indonesia memperjuangkan posisi negara dalam rentetan perundingan menyangkut perubahan iklim. Dono memaparkan, tujuan SDGs yang bisa dicapai oleh sektor kelapa sawit itu adalah, pertama, tujuan No.

BPDPKS Paparkan Kontribusi Sawit dalam Pencapaian SDGs di COP24
DIREKTUR Utama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) Dono Boestami mengungkapkan di hadapan peserta Konferensi Lingkungan Hidup COP24 bahwa industri kelapa sawit Indonesia turut memberikan kontribusi pada pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals). “Dari 17 SGGs objectives itu minimal ada enam, sebetulnya bisa sampai tujuh, kontribusi sawit terhadap pencapaian SGDs,” ujar Dono dalam pemaparannya di Paviliun Indonesia di ajang gelaran COP24 di Katowice, Polandia, Jumat (7/12/2018). COP24 merupakan sebutan informal untuk 24th Conference of the Parties to the United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC). Dalam forum ini, delegasi Indonesia memperjuangkan posisi negara dalam rentetan perundingan menyangkut perubahan iklim. Dono memaparkan, tujuan SDGs yang bisa dicapai oleh sektor kelapa sawit itu adalah, pertama, tujuan No. 1,  No Poverty (tanpa kemiskinan), yakni menghilangkan kemiskinan di segala tempat. Tingkat kemiskinan di Indonesia telah berkurang secara signifikan dari 60% pada 1970 menjadi hanya 9,82% pada Maret 2018. Selain itu, Koefisien GINI juga menurun dari 0,4 menjadi 0,3 dalam tiga tahun terakhir. “Sejak tahun 2000, sektor kelapa sawit Indonesia telah membantu 10 juta orang keluar dari kemiskinan karena ekspansi kelapa sawit secara langsung, dan 1,3 juta orang di antaranya berada di perdesaan.” Kedua, tujuan No. 10, Reduce Inequalities (berkurangnya kesenjangan), yakni mengurangi kesenjangan di dalam negeri dan antarnegara. Ketiga, tujuan No. 3, Good Health and Well-Being, (Kehidupan sehat dan sejahtera), yakni menggalakkan hidup sehat dan mendukung kesejahteraan untuk semua usia. Keempat, tujuan No. 2,  Zero Hunger (tanpa kelaparan), yakni mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan perbaikan nutrisi, serta menggalakkan pertanian yang berkelanjutan. “Melalui program peremajaan sawit rakyat, kami berharap lebih dari 50 juta ton kelapa sawit bisa diproduksi pada 2025. Ini memberikan pasokan yang cukup bagi industri makanan, termasuk minyak goreng dan makanan berbasis sawit,” papar Dono. Kelima, tujuan No. 13 Climate Action (penanganan perubahan iklim), yakni mengambil langkah penting untuk melawan perubahan iklim dan dampaknya. “Untuk tujuan ini, sektor kelapa sawit memiliki peranan penting dalam pengembangan energi berkelanjutan dan pengurangan emisi, mendukung moratorium hutan primer, dan mendukung penanganan pencegahan kebakaran hutan,” tutur Dono. Keenam, tujuan No. 8, Decent Work and Eonomic Growth (Pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi), yakni mempromosikan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dan inklusif, lapangan pekerjaan dan pekerjaan yang layak untuk semua. “Sebagai industri padat karya, kelapa sawit menyediakan lapangan kerja bagi jutaan orang. Lebih dari 16 juta orang berkerja di sektor ini, yakni 12 juta pada industri dan 4,6 juta orang petani,” ungkap Dono. Selain itu, sektor kelapa sawit juga memberikan kontribusi terhadap pencapaian tujuan SDGs No. 17  Partnership for The Goals (kemitraan untuk mencapai tujuan), yakni menghidupkan kembali kemitraan global demi pembangunan berkelanjutan. ***