Wow, Produk Turunan Sawit Bisa Diolah Menjadi Alternatif Kemasan Plastik, Subtitusi Parafin Malam Batik, dan Ragam Produk Lainnya

Yogyakarta – Politeknik Lembaga Pendidikan Perkebunan (LPP) Yogyakarta mengenalkan dan menjelaskan kurang lebih 26 produk turunan sawit hasil penelitian dan pengembangan dari civitas akademika Politeknik LPP Yogyakarta yang dapat diproduksi skala UMKM.
Produk tersebut antara lain: handsanitizer, sunscreen, biopelet, bioplastik, edible film pembungkus mie instan dan wraping, biopot untuk wadah semai, tinta organik, bahan material, dan produk lainnya yang seluruhnya terbuat dari bahan dasar kelapa sawit.
Hal ini mengemuka pada kegiatan Workshop dan Fieldtrip UMKM Sawit bertajuk 'Pemberdayaan UMKM Guna Mendukung Pemanfaatan Produk Turunan Kelapa Sawit' yang diselenggarakan Politeknik LPP Yogyakarta bekerjasama dengan Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) di Ballroom Borobudur Yogyakarta pada 26 s.d. 27 Februari 2025.
Kegiatan ini menghadirkan 100 peserta dari berbagai latar belakang, mulai dari pelaku UMKM, akademisi, hingga mahasiswa dari Politeknik LPP Yogyakarta, Institut Pertanian Stiper (Instiper), dan Akademi Komunitas Perkebunan Yogyakarta (AKPY).
Peneliti Politeknik LPP Yogyakarta Lestari Hertalesi Saputri mengenalkan salah satu inovasi yaitu reusable wrap (pembungkus serbaguna yang bisa dipakai berulang) dengan memanfaatkan limbah tekstil dan minyak goreng, yang dapat menjadi solusi alternatif pengganti plastik sekali pakai.
“Bahan baku pembuatan reusable wrap diantaranya yaitu kain katun 100%, lilin lebah, getah pinus, minyak goreng, dan esensial oil (opsional),“ kata Lestari.
Pada kegiatan ini, seluruh peserta UMKM, mahasiswa maupun umum, diberi kesempatan untuk melakukan praktik pembuatannya. Lestari menjelaskan tips & tricks dalam pembuatan dan penggunaan reusable wrap antara lain jangan gunakan reusable wrap pada suhu tinggi karena dapat melelehkan lilin. Reusable wrap dapat dibersihkan dengan air dingin dan sabun lunak, sebelum kembali digunakan.
Acara pembukaan Workshop dihadiri oleh Direktur Utama BPDP yang diwakili Kepala Divisi UKMK BPDP, Kepala Bidang Pembinaan Pelaksanaan Anggaran II Kanwil Ditjen Perbendaharaan DIY, Kepala Seksi Bank KPPN Yogyakarta, Sekretaris Dinas Koperasi dan UKM DIY, dan Wakil Direktur II Politeknik LPP Yogyakarta.
Wakil Direktur II Politeknik LPP Yogyakarta, Galuh Banowati, menyampaikan kegiatan workshop dilakukan sebagai bentuk penerapan penelitian serta pengabdian kepada masyarakat. Pihaknya berupaya untuk menggandeng para pelaku UMKM dalam penyebaran edukasi untuk mengembangan produk turunan kelapa sawit.
"UMKM digandeng pada kegiatan ini guna memberikan edukasi untuk meningkatkan lapangan kerja dengan menciptakan atau menginspirasi para UMKM untuk mengembangan produk turunan kelapa sawit dan akan menaikkan pendapatan per kapita," ujar Galuh.
Politeknik LPP Yogyakarta juga memberikan apresiasi kepada BPDP yang secara konsisten mendukung program-program institusi pendidikan perkebunan, sehingga dapat menciptakan dampak nyata bagi pelaku usaha dan masyarakat luas.
Lebih lanjut dia mengatakan di DIY tidak ada budidaya tanaman sawit, oleh karena itu produk turunan yang ditekankan dan disampaikan kepada UMKM, untuk memperkuat pemahamanan bahwa produk turunan kelapa sawit potensinya banyak.
"Sasaran kami adalah apa yang didapatkan atau dihasilkan pendidikan tinggi, kami politeknik disampaikan kepada pelaku UMKM," lanjutnya.
Kepala Divisi UKMK BPDP mewakili Direktur Utama BPDP, Helmi Muhansah menyampaikan BPDP punya divisi kemitraan, salah satu tugasnya mengkampanyekan kebaikan dari sawit. Dari sisi UMKM ia sebut kelapa sawit punya banyak manfaat, untuk kerajinan hingga pangan.
Di DIY menurutnya turunan dari kelapa sawit dimanfaatkan untuk membatik. Hilirisasi sawit tidak harus selalu berskala besar, namun bisa juga skala UMKM. "Di Jogja yang paling relevan membatik karena malamnya dari sawit, ini bagian dari kampanye kebaikan sawit," ungkapnya.
Helmi mengatakan BPDP siap berkolaborasi untuk upgrade pengetahuan terkait sawit. Menurutnya produk sawit banyak dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya barang-barang yang didisplay di toko ritel sekitar 78% nya memiliki kandungan sawit mulai dari produk pembersih hingga makanan.
Menurutnya serapan sawit di dalam negeri paling banyak untuk minyak goreng dan biodiesel. Sekarang produk ekspor sawit juga semakin hilir tidak hanya dalam bentuk crude palm oil. Produk yang semakin hilir juga mendapatkan insentif pungutan ekspornya semakin kecil.
Kepala Bidang Pembinaan Pelaksanaan Anggaran II Kanwil Ditjen Perbendaharaan, Juli Kestijanti menambahkan, dibutuhkan SDM yang kompeten dalam perekonomian Indonesia, pemerintahan berharap pelaku UMKM dapat meningkatkan kualitas produk sehingga mampu bersaing di pasar lokal hingga global.
Dijelaskan pula pentingnya peran APBN sebagai penyalur dana.
"Pemerintah menyadari bahwa akses pendanaan menjadi kesulitan bagi pelaku UMKM, maka APBN menjadi solusi dalam modal kerja, salah satunya dengan menggunakan KUR dengan bunga dua persen," sebutnya.
Anggaran juga diperlukan untuk mendukung program digitalisasi UMKM, agar para pelaku dapat meningkatkan usaha dengan jangkauan yang lebih luas.
“Transformasi digital harus terus berkembang sehingga UMKM dapat bersaing," imbuhnya.
Stearin: Alternatif Ramah Lingkungan untuk Lilin Malam Batik
Di hari kedua (27/2) para peserta melaksanakan fieldtrip ke Smart Batik untuk mengenal pembuatan malam batik berbasis produk turunan kelapa sawit dan praktik membatik.
Acara ini dibuka oleh CEO Smart Batik, Miftahudin Nur Ihsan, seorang inovator batik yang telah sukses mengenalkan batik berbasis malam sawit ke kancah global. Dalam sambutannya, Miftahudin menekankan pentingnya inovasi dalam industri kreatif, terutama dalam memanfaatkan bahan baku yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Workshop ini menghadirkan sesi praktik langsung pembuatan batik menggunakan stearin, salah satu fraksi minyak sawit yang dapat menggantikan parafin dalam malam batik. Para peserta diberikan wawasan tentang manfaat stearin, yang terbukti lebih unggul dibandingkan minyak bumi karena tidak mudah menggumpal, tidak berbau, serta lebih ramah lingkungan.
Pemanfaatan stearin sebagai bahan baku malam batik menjadi salah satu bentuk kampanye “Sawit Baik”, yang bertujuan untuk mengedukasi masyarakat tentang potensi besar kelapa sawit dalam industri kreatif serta mendukung keberlanjutan produk lokal. Sebagai negara penghasil sawit terbesar di dunia, Indonesia diharapkan dapat terus mengembangkan inovasi dalam pemanfaatan produk turunan sawit untuk mendukung perekonomian nasional.
Komitmen Pemberdayaan UMKM
Workshop ini menjadi salah satu bentuk nyata implementasi program penelitian dan pengabdian masyarakat yang dilakukan oleh Politeknik LPP Yogyakarta. Kolaborasi dengan BPDP dalam kegiatan ini menegaskan komitmen bersama untuk memajukan sektor UMKM melalui inovasi berbasis kelapa sawit.
Dengan terselenggaranya workshop ini, diharapkan para peserta tidak hanya memperoleh keterampilan baru, tetapi juga mampu mengembangkan produk bernilai ekonomis tinggi dengan memanfaatkan bahan baku sawit, serta berkontribusi dalam membangun ekosistem bisnis yang lebih inovatif dan berkelanjutan. *** (Anwar/BPDP)