Biomassa Sawit Mendukung Ketahanan Energi Berkelanjutan

Indonesia memiliki potensi manfaat dari tanaman kelapa sawit berupa dukungan terhadap pencapaian ketahanan energi nasional yang berkelanjutan.

Biomassa Sawit Mendukung Ketahanan Energi Berkelanjutan
Para pekerja sedang memuat buah kelapa sawit ke atas truk di salah satu perkebunan di Indonesia.

Kelapa sawit telah memberikan manfaat yang besar bagi perekonomian Indonesia dalam beberapa dekade terakhir. Hasil pengolahan kelapa sawit berupa minyak sawit mentah (CPO) dan minyak inti sawit (PKO) menjadi produk ekspor andalan Indonesia dan menghasilkan devisa yang besar. Berdasarkan data GAPKI (2024), volume ekspor CPO+CPKO Indonesia sepanjang tahun 2023 tercatat sebanyak 32,21 juta ton dengan total nilai ekspor sebesar US$30,32 miliar.

Tidak hanya produk utama kelapa sawit tersebut yang memberikan nilai ekonomi yang besar, tetapi produk samping atau limbah dari kelapa sawit juga memiliki potensi yang dapat dikembangkan serta memberikan manfaat ekonomi dan lingkungan. Dari tandan buah segar (TBS), hanya sekitar 20-22 persen yang dikonversi menjadi produk utama kelapa sawit, sedangkan sisanya akan menjadi limbah (PASPI, 2021).

Dengan pemanfaatan limbah kelapa sawit yang baik, akan semakin menunjukkan bahwa komoditas kelapa sawit Indonesia merupakan industri yang memiliki manfaat ekonomi yang besar dan berkelanjutan (sustainable).

Salah satu pemanfaatan limbah sawit yang bernilai guna dan berkelanjutan tersebut adalah pemanfaatan biomassa atau limbah padat sawit sebagai biofuel generasi kedua.

Pemanfaatan biomassa ini tidak akan menyebabkan terjadinya trade off sehingga Uni Eropa (European Union Renewable Energy Directives, RED) maupun Amerika Serikat (US Renewable Fuels Standard, RFS) merekomendasikan penggunaan energi biofuel generasi kedua (second generation biofuel) seperti biomassa sebagai energi paling berkelanjutan dunia (Naik, et.al. 2010 dalam jurnal berjudul Production of First and Second Generation Biofuels).

PASPI (2021) dalam laporan berjudul Potensi Pemanfaatan Limbah Kelapa Sawit menjelaskan, biomassa kelapa sawit dapat diperoleh pada saat pruning berupa pelepah daun dan batang sawit saat replanting. Selain itu, biomassa dapat diperoleh dari limbah pabrik kelapa sawit berupa tandan kosong, serat, dan cangkang buah.

Hasil penelitian Foo-Yuen Ng (2011) di perkebunan sawit Malaysia mengungkapkan bahwa perkebunan kelapa sawit dapat menghasilkan biomassa dari tandan kosong (empty fruit bunch) sekitar 1,4 ton bahan kering/hektare/tahun; biomassa dari serat buah dan cangkang (oil palm fibre and shell) sekitar 2,4 ton bahan kering/hektare/tahun; biomassa dari pelepah/daun (oil palm frond) sekitar 9,3 ton bahan kering/hektare/tahun; dan biomassa dari batang sawit (oil palm trunk) sekitar 2,9 ton bahan kering/hektare/tahun.

Mengacu pada hasil penelitian tersebut, PASPI dalam laporan yang sama menyimpulkan, dengan luas areal perkebunan kelapa sawit Indonesia pada tahun 2017 yang telah mencapai 12,3 juta hektare, akan mampu menghasilkan biomassa total sebanyak 196,8 juta ton bahan kering/tahun. Biomassa tersebut terdiri dari tandan kering 17,22 juta ton bahan kering/tahun; serat buah dan cangkang 29,52 juta ton bahan kering/tahun; pelepah dan daun 114,39 juta ton bahan kering/tahun; serta biomassa dari batang saat proses replanting sebesar 35,67 juta ton bahan kering/tahun.

PASPI (2021) dalam laporannya tersebut di atas juga menemukan, biomassa kebun sawit dapat diolah menjadi bioetanol (pengganti premium/gasoline). Menurut pengalaman KL Energy Corporation (2007), setiap ton bahan kering biomassa dapat menghasilkan sebanyak 150 liter etanol.

Dengan demikian, apabila biomassa kelapa sawit Indonesia digunakan untuk produksi bioethanol maka dengan 196,8 juta ton bahan kering akan mampu menghasilkan sekitar 29,52 juta kilo liter bioethanol. Selain itu, biomassa kelapa sawit juga dapat digunakan untuk pembangkit listrik tenaga biomassa.

Berdasarkan perhitungan, pabrik kelapa sawit (PKS) dengan kapasitas 60 ton/jam mampu menghasilkan energi listrik dari pemanfaatan cangkang sekitar 2 megawatt (MW); pemanfaatan serat sekitar 1,5 MW; dan pemanfaatan tandan kosong sekitar 1,5 MW (PASPI 2018).

Dengan demikian, potensi pemanfaatan biomassa dari PKS dapat menghasilkan energi listrik 4336 MW. Berdasarkan perhitungan diperoleh juga bahwa setiap 1 MW setara dengan 4 ribu kiloliter solar dan dapat memenuhi kebutuhan listrik 1.050 rumah tangga di pedesaan (PASPI, 2021).

PASPI dalam laporannya juga menemukan, limbah kelapa sawit tidak hanya berbentuk padat atau biomassa, namun PKS juga menghasilkan limbah cair yaitu palm oil mill effluent (POME) dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan limbah padat.

POME dapat digunakan untuk menghasilkan listrik dengan mekanisme methane capture dengan potensi energi sebesar 25,3-40,6 kWh/ton TBS. Oleh karena itu, pemanfaatan POME dari PKS dengan kapasitas 45 ton TBS/jam dapat menghasilkan energi listrik sebesar 0,95-1,52 MW.

Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia memiliki potensi manfaat lain dari kelapa sawit yaitu mampu mendukung pencapaian ketahanan energi nasional yang berkelanjutan.